Qatar Ungkap Para Pemimpin Hamas Tak Berada di Doha, Kantornya Tutup Permanen
Di awal bulan ini, Qatar menghentikan perannya sebagai mediator dalam kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera antara Hamas dan Israel.
Qatar mengonfirmasi kantor Hamas di Doha telah tutup permanen dan para pemimpin kelompok perlawanan Palestina tersebut tidak lagi berada di sana. Hal ini diungkapkan juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar pada Selasa (19/11).
"Seperti yang Anda ketahui, mereka sering berpindah-pindah dari satu ibu kota ke ibu kota lainnya. Saya tidak ingin menjelaskan lebih jauh mengenai hal tersebut," ujarnya, seperti dilansir BBC, Rabu (20/11).
"Namun, yang bisa saya katakan dengan tegas adalah bahwa kantor Hamas di Doha didirikan untuk mendukung proses negosiasi. Tentu saja, ketika tidak ada proses mediasi, kantor tersebut tidak memiliki fungsi sama sekali," lanjutnya.
"Keputusan untuk menutup kantor secara permanen akan diumumkan langsung oleh kami dan tidak seharusnya menjadi bahan spekulasi media."
Sejak tahun 2012, Qatar telah menjadi tuan rumah bagi biro politik Hamas dan berperan penting dalam memfasilitasi negosiasi tidak langsung antara kelompok tersebut dengan Israel. Pada Senin (18/11), Hamas membantah melalui Telegram berbagai laporan dari media Israel yang menyatakan para pemimpin Hamas telah meninggalkan Qatar menuju Turki.
Turki tidak menganggap Hamas sebagai organisasi teroris, berbeda dengan Israel, AS, Inggris, dan banyak negara Barat lainnya, sehingga anggota kelompok tersebut sering berada di sana. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut Hamas sebagai gerakan perlawanan dan mengutuk perang genosida Israel di Jalur Gaza. Sejak perang genosida berlangsung dari 7 Oktober 2023, Israel telah membunuh sekitar 43.970 warga Palestina di Jalur Gaza.