Sejumlah Calon Menteri Donald Trump Terima Ancaman Bom, Tapi Ternyata Cuma Prank
Pihak kepolisian tengah melakukan penyelidikan terkait ancaman bom yang ditujukan kepada sejumlah individu terpilih untuk kabinet Donald Trump.
Beberapa calon anggota kabinet Donald Trump dan individu yang dipilih untuk tim Gedung Putihnya dilaporkan menerima ancaman bom. Menurut FBI, mereka telah mengetahui adanya "banyak ancaman bom" serta "insiden prank ilegal", di mana panggilan palsu dilakukan untuk menarik perhatian polisi ke tempat tinggal target.
BBC melaporkan pada Kamis (28/11), ancaman tersebut ditujukan kepada setidaknya sembilan orang yang dipilih Trump untuk menduduki posisi di Departemen Pertahanan, Perumahan, Pertanian, dan Tenaga Kerja, duta besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan lainnya. Saat ini, polisi sedang melakukan penyelidikan terhadap insiden yang terjadi pada Selasa (26/11) malam dan Rabu (27/11) waktu setempat.
Karoline Leavitt, juru bicara tim transisi Trump, mengungkapkan calon pejabat yang ditunjuk oleh Trump "menjadi sasaran ancaman kekerasan dan anti-Amerika terhadap nyawa mereka dan orang-orang yang tinggal bersama mereka". Dia menambahkan, "enegak hukum bertindak cepat untuk memastikan" keselamatan para calon tersebut.
"Dengan Presiden Trump sebagai contoh, tindakan intimidasi dan kekerasan yang berbahaya tidak akan menghalangi kita," ujar Leavitt.
Baik Leavitt maupun FBI tidak mengungkapkan nama-nama target yang dimaksud. Anggota Partai Republik dari New York, Elise Stefanik, yang ditunjuk Trump sebagai duta besar AS untuk PBB adalah orang pertama yang mengonfirmasi bahwa rumah keluarganya telah menjadi sasaran ancaman bom.
Kantornya menyatakan anggota kongres tersebut diberitahu mengenai ancaman tersebut saat dia sedang dalam perjalanan bersama suami dan putranya yang berusia tiga tahun dari Washington DC ke New York untuk merayakan Thanksgiving. Sementara itu, calon menteri pertahanan Pete Hegseth juga mengonfirmasi dia menjadi sasaran ancaman.
Di X, dia menyampaikan seorang polisi datang ke rumahnya pada Rabu (27/11) pagi, saat ketujuh anaknya sedang tidur di dalam, untuk memberitahunya tentang "ancaman bom pipa yang kredibel".
"Saya tidak akan diganggu atau diintimidasi. Tidak akan pernah," tulisnya.
"Presiden Trump telah meminta saya untuk melayani - dan itulah yang ingin saya lakukan."
Donald Trump Tak Terancam
Donald Trump, yang berhasil selamat dari dua percobaan pembunuhan selama masa kampanyenya, tidak termasuk dalam daftar penerima panggilan telepon palsu, menurut informasi yang disampaikan oleh sumber penegak hukum kepada media di AS. Belakangan ini, ia menerima ancaman nyata, seperti yang dilaporkan oleh pejabat Arizona yang menangkap seorang pria awal pekan ini karena mengunggah video "hampir setiap hari" yang berisi ancaman untuk membunuh Trump dan keluarganya. Menurut laporan media, tidak ada dari individu yang menjadi target minggu ini yang mendapatkan perlindungan dari Dinas Rahasia AS.
Lee Zeldin, yang dicalonkan oleh Trump untuk menjabat sebagai administrator Badan Perlindungan Lingkungan, juga mengonfirmasi bahwa dirinya menjadi salah satu target. Ia menyatakan bahwa "ancaman bom pipa" telah dikirim ke kediamannya dengan "pesan bertema pro-Palestina".
"Keluarga saya dan saya tidak ada di rumah pada saat itu dan aman," ungkap Zeldin.
"Kami berterima kasih atas tindakan cepat yang diambil oleh petugas setempat," tambahnya.
Di sisi lain, Brooke Rollins, yang dipilih Trump untuk memimpin Departemen Pertanian, mengunggah di platform X untuk mengucapkan terima kasih kepada polisi Fort Worth, Texas, atas "upaya cepat" mereka dalam menyelidiki ancaman terhadap keluarganya pada Rabu pagi.
"Kami tidak terluka dan segera kembali ke rumah," tulis Rollins dalam unggahannya.
Scott Turner, yang dipilih Trump untuk Departemen Perumahan, serta Lori Chavez-Deremer, pilihannya untuk Menteri Tenaga Kerja, juga menyatakan di media sosial bahwa mereka telah menjadi sasaran. Keduanya bersumpah untuk tidak terpengaruh oleh ancaman tersebut dan berkomitmen untuk melanjutkan aktivitas mereka tanpa rasa takut. Dengan situasi yang semakin memanas, perhatian terhadap keselamatan individu-individu ini menjadi sangat penting, terutama di tengah ketegangan politik yang ada saat ini.