Usai Penembakan di Selandia Baru, Waspadai Aksi Balas Dendam Al Qaeda dan ISIS
Merdeka.com - Situs pemantau aktivitas media kelompok teroris mengimbau mengenai adanya rencana aksi balasan di beberapa lokasi dari grup Al Qaeda dan ISIS. Ini dikhawatirkan terjadi usai penembakan di masjid Selandia Baru.
Masjid Al Noor dan Linwood Islamic Centre di Christchurch, Selandia Baru menjadi sasaran pelaku bersenjata yang menyerbu dua tempat itu pada Jumat 15 Maret siang.
Total 50 orang tewas dalam insiden itu --termasuk beberapa warga negara asing-- dengan perincian 42 tewas di Masjid Al Noor, tujuh orang meninggal di Linwood dan satu lagi di rumah sakit.
-
Dimana penembakan terjadi? Sebuah penembakan terjadi di gedung teater Crocus City Hall yang berlokasi di Krasnogorsk, sebuah kota yang terletak di barat ibu kota Rusia, Moskow.
-
Di mana peristiwa penembakan terjadi? Dalam video tersebut tampak empat pemuda berjalan di antara reruntuhan di daerah Al-Sika di Khan Younis, Jalur Gaza selatan pada awal Februari lalu. Daerah ini hancur akibat pengeboman dan operasi militer Israel.
-
Bagaimana cara mencegah terorisme di Indonesia? Di Hari Peringatan dan Penghargaan Korban terorisme ini, Anda bisa membagikan cara mencegah radikalisme di media sosial. Hal ini penting dilakukan agar tindakan terorisme bisa diminimalisir atau dihilangkan.
-
Di mana penembakan terjadi? Tiga pemuda yang menjadi korban penembakan yakni RS, DS dan YL. Mereka sempat menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kefamenanu, Kabupaten TTU.
-
Di mana teror pembakaran terjadi? Pelaku pembakaran misterius di Kampung Tipar, RT 02, RW 06, Kelurahan Mekarsari Kecamatan Cimanggis, Depok mulai terungkap.
-
Dimana penganiayaan terjadi? Penganiayaan yang viral itu dikabarkan terjadi di Mekarwangi, Kecamatan Bojongloa Kidul, Kota Bandung.
Salah seorang pelaku, Brenton Harrison Tarrant (28) telah didakwa pada 16 Maret 2019 dengan pasal pembunuhan. Sementara dua tersangka lainnya masih ditahan setelah penembakan.
Brenton Tarrant disebut sebagai seorang ekstremis sayap kanan dan pendukung 'supremasi kulit putih'.
Usai kejadian itu, SITE Intelligence Group mencatat pada 15 Maret 2019 bahwa "baik Al Qaeda dan kelompok terafiliasi ISIS, menyatakan kemarahan mereka dalam bentuk menuntut dan menghasut untuk membalas dendam," demikian seperti dikutip dari laman resmi situs pemantau itu, Minggu (17/3).
SITE juga menerima informasi mengenai "seorang pendukung ISIS yang mendesak teroris tunggal (lone wolf) untuk menyerang kerabat penembak dan juga untuk menyerang gereja," usai penembakan di masjid Selandia Baru.
Situs itu juga mencatat mengenai "imbauan terhadap jaringan dan kelompok terafiliasi ISIS di Indonesia untuk menargetkan serangan kepada turis Australia" sebagai bentuk respons atas komentar negatif dari Senator Fraser Anning dari Queensland, Australia yang mengatakan bahwa kejadian di Christchurch "disebabkan oleh imigrasi muslim ke Selandia Baru."
Polisi dan agen keamanan Selandia Baru diperkirakan akan menyisir catatan telepon dan email, media sosial, mengetuk pintu-ke-pintu dan mungkin mencegat komunikasi setelah serangan Christchurch, kata seorang mantan perwira intelijen negara (NZSIS).
Dr Rhys Ball, mantan perwira NZSIS yang kini menjadi akademisi di Universitas Massey mengatakan bahwa Biro Keamanan Komunikasi Pemerintah (GCSB) dan NZSIS akan membantu mengumpulkan intelijen, dan mungkin melakukan pengawasan terhadap target, demikian seperti dikutip dari NZ Herald.
Sementara itu, Polri mengatakan tengah melakukan sejumlah langkah untuk mengantisipasi potensi 'kerawanan' di Tanah Air yang mungkin terinspirasi dari peristiwa yang telah menewaskan 50 orang itu, termasuk seorang WNI.
"Polri sudah mempersiapkan langkah-langkah antisipasi untuk memitigasi potensi kerawanan tersebut. Berkoordinasi bersama Polda, Pam Obvit, kantor-kantor kedutaan besar dan konsulat jenderal (di Indonesia)" kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri, Brigjen. Pol. Dedi Prasetyo saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (17/3).
Karopenmas menambahkan bahwa Detasemen Khusus 88 dan Satgas Anti-Teror "terus melaksanakan monitoring setiap pergerakan sleeping cells yang sudah di-profiling."
Ia juga mengingatkan bahwa "Polri bisa melakukan preventive strike kepada para terduga yang akan melaksanakan aksi teror, sesuai dengan UU No.5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme."
Sedangkan Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) juga dilaporkan tengah memeriksa kembali basis data intelijennya sebagai langkah pencegahan atas potensi kekerasan di dalam negeri yang terinspirasi teror penembakan di masjid Selandia Baru.
Menurut laporan CNN seperti dikutip dari TVNZ.co.nz, sejak 15 Maret 2019, FBI telah meminta semua kantor cabangnya di seluruh negara bagian AS untuk "meninjau kembali dokumen kasus dan me-manajemen kembali subjek individu atau kelompok yang mungkin telah menyatakan minatnya untuk menyerang institusi keagamaan" pasca-penembakan di Selandia Baru.
Otoritas penegak hukum tertinggi AS itu "juga menugaskan agen di kantor cabang untuk menghubungi informan mereka dengan informasi terkait potensi serangan serupa di Amerika."
"Situasi saat ini di Christchurch sedang dipantau, dan FBI sedang terlibat dengan polisi setempat pada saat ini," sumber CNN melaporkan.
Upacara duka dan seruan damai digelar di Selandia Baru dan penjuru dunia, dengan beberapa menyerukan penghentian siklus kekerasan dan kebencian yang dikhawatirkan dapat terjadi usai insiden penembakan di Christchurch.
Salah satunya diselenggarakan di Fordham University, New York, Amerika Serikat. Poster digelar di mana para mahasiswa dapat menulis pesan solidaritas mereka terhadap teror yang menimpa Selandia Baru.
Masing-masing mengungkapkan keterkejutan, kesedihan, dan menyerukan perdamaian dan keadilan, tetapi seorang siswa menyimpulkan perasaan dengan mengutip hadis Nabi Muhammad dalam bahasa Arab.
"Ijtanibul ghadaba" atau yang berarti, "Hindari kemarahan," demikian seperti dikutip dari Fordham Observer.
Setiap pembicara menyuarakan kesedihan mereka atas hilangnya nyawa yang tidak masuk akal di Selandia Baru dan mengeluarkan seruan untuk bertindak bagi seluruh komunitas untuk bergabung dengan mereka dalam menyetop Islamofobia dan supremasi kulit putih, "hari ini dan setiap hari."
Di Indonesia, Polri mengimbau masyarakat Tanah Air untuk tenang dan tidak terpancing 'siklus kekerasan dan kebencian' pasca-insiden terorisme di Selandia Baru.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri, Brigjen. Pol. Dedi Prasetyo mengatakan bahwa "Polri telah bekerjasama dengan pemangku kepentingan terkait dan para tokoh lintas agama untuk tetap mendinginkan masyarakat," jelasnya kepada Liputan6.com.
Reporter: Rizki Akbar Hasan
Sumber: Liputan6.com
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tim medis Palestina mengatakan sedikitnya satu orang tewas dalam serangan itu.
Baca SelengkapnyaKKB juga membakar bangunan pelayanan kesehatan dan tempat ibadah. Hal ini juga menambah rasa takut dan trauma warga Sugapa.
Baca SelengkapnyaIsrael telah menghancurkan 1.000 masjid di Gaza sejak Oktober 2023.
Baca SelengkapnyaMeski begitu, ia memastikan hingga kini belum ada peningkatan eskalasi ancaman teroris di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPalang Merah Palestina menyebut sedikitnya satu orang Palestina tewas dan tiga lainnya mengalami luka-luka dalam serangan itu.
Baca SelengkapnyaJamaah Islamiyah Umumkan Bubarkan Diri, Akan Patuh Pada NKRI
Baca SelengkapnyaMenurut JK, serangan itu sebagai balasan dari ulah Israel yang menyerang konsulat Iran di Damaskus.
Baca Selengkapnya"Dampak perang Israel-Palestina tentunya juga membangkitkan sel-sel yang terafiliasi dengan teroris,
Baca SelengkapnyaDensus 88 menangkap sebanyak tujuh orang terduga pelaku teroris yang mencoba melakukan aksi provokasi selama kedatangan Paus Fransiskus
Baca SelengkapnyaVideo detik-detik tentara Israel robek Al-Quran di masjid yang ada di Jalur Gaza.
Baca SelengkapnyaKetiga terduga pelaku teroris merupakan jaringan Anshor Daulah yang beroperasi di Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaPuter Mahkota Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Salman akhirnya menyatakan Israel pelaku genosida di Gaza, Palestina.
Baca Selengkapnya