Nomaden mengenalkan kopi enak ke publik Malang pakai gerobak
Merdeka.com - Di negara ini, kopi biasa dinikmati di rumah, warung kopi, atau kafe. Siapa sangka, di Kota Malang, Jawa Timur, ada yang menjual kopi berkualitas dengan penyajian aeropress maupun dalam wujud espresso - tak kalah dari kafe-kafe - memakai gerobak.
Satya Sandida (28) bekerja serabutan empat tahun lalu, sampai akhirnya nasib mengantarnya ke dunia yang sekilas tak beririsan: ngopi dan bersepeda. Di kota yang terkenal berkat hawa dinginnya itu, Satya merintis penjualan kopi berkualitas memakai cara unik, sebab dijajakan dengan gerobak ditarik sepeda.
Pemuda kelahiran Semarang itu tertarik dengan seluk beluk kopi akibat kebiasannya nongkrong bersama kawan-kawan sesama penggemar sepeda di Kota Malang. Lambat laun, dia melihat potensi bisnis dari kopi.
-
Bagaimana Warung Kopi Ake berkembang? Warung Kopi Ake berperan penting sebagai penjaga tradisi sekaligus pionir dalam sektor perkopian di Belitung. Bukanlah hal mudah, dulunya mereka membeli biji kopi dari Jawa dan Lampung, karena Belitung bukanlah daerah penghasil biji kopi.
-
Di mana Kopi Santan Mbah Sakijah dijual? Dalam sejarahnya, Mbah Sakijah mendirikan Warung Kopi Santen di Desa Jepangrejo pada tahun 1980.
-
Kenapa Kopi Sumedang jadi terkenal? Kopi ini menjadi salah satu gambaran kekayaan alam dan hasil bumi di Jawa Barat karena banyak jenisnya.
-
Mengapa Slamet memilih bisnis kopi? Di sela-sela kesembuhannya, Slamet mulai belajar tentang kopi dan bertani di lereng Gunung Merapi. Pada akhirnya, dia menemukan harapan baru dalam bidang ini.
-
Dimana kopi Priangan terkenal? Karena terkenalnya kopi dari Jawa Barat, orang Eropa menyebutnya a cup of Java Mereka tidak menggunakan istilah secangkir kopi, tetapi secangkir Java.
-
Bagaimana Slamet memulai usaha kopinya? Keterbatasan modal tak menjadi penghalang bagi Slamet untuk memulai usaha. Awalnya, dia memulai dengan modal Rp0 dan hanya memproduksi empat bungkus kopi tanpa merek. Kopi tersebut kemudian dipromosikan melalui WhatsApp, rupanya respons dari teman-teman dan orang-orang di sekitar sangat positif.
"Dari situ, saya berpikir kenapa enggak sekalian menjual kopi sambil bersepeda," ujarnya kepada merdeka.com.
Tim Koffie Van Java bersama Portrait of Indonesia menyambangi Malang, Senin (30/5), merekam tradisi ngopi di Kota Pelajar itu. Kami menemui Satya di kedainya yang kini diberi nama 'Nomaden'. Lokasi kedainya menempati pojokan dekat alun-alun, persis sebelah Gedung Telkom Kota Malang.
Soal nama Nomaden, Satya beralasan dulu tak membayangkan bisa menyewa, apalagi memiliki kedai sendiri. Seperti lazimnya wirausahawan pemula, modalnya sangat cekak. Itulah sebabnya dia berpindah-pindah membawa gerobaknya menjajakan kopi pada warga Malang.
Bisnis ini dia rintis pada 2014. Rute yang biasa dia sambangi adalah Jalan Soekarno-Hatta, dekat Universitas Brawijaya. Setiap akhir pekan, Nomaden selalu membawa gerobak ke car free day.
Suasana Kedai kopi Nomaden Malang (c) 2016 Merdeka.com/Instagram
Saat memberanikan diri menjajakan kopi memakai gerobak, Satya mengandalkan jaringan kawan-kawan sepeda. "Bisa dibilang tanpa teman-teman sepeda, bisnis ini tak bisa berkembang," kata pemuda yang mengaku kenal semua pelanggan kedainya itu.
Butuh waktu lama meyakinkan warga Malang, bahwa kopi Nomaden tak kalah dari yang disajikan di kafe-kafe mentereng. Awalnya, banyak pembeli komplain. Satya dianggap terlalu lama menyajikan kopi. Dalam bayangan warga, kopi dijajakan dari gerobak sekadar kopi sachet.
"Sedangkan saya kukuh ingin mengenalkan kopi manual brew kepada konsumen. Lama-lama akhirnya orang bisa menerima," kata Satya.
Bisnisnya berkembang, sekaligus karena didukung promosi melalui Instagram dan Twitter. Dalam hari paling ramai, gerobak Satya bisa menjual 60 cangkir kopi. Rata-rata kopi itu dia jual Rp 15 ribu per cangkir.
Sayang, format bisnisnya dianggap tak berizin. Satpol PP Kota Malang mengancam akan menyita gerobak milik Nomaden. Kejadiannya pertengahan 2015. Akhirnya Satya memberanikan diri menyewa kedai yang dia tempati sekarang.
Beruntung, walau Nomaden tak lagi keliling dengan gerobak pembeli tetap berdatangan. Reputasi Satya sebagai penjual kopi jempolan berhasil menggaet pelanggan baru.
Ke depan, Satya punya harapan bisa kembali berkeliling kota Malang, menjajakan kopi memakai sepeda. Dia juga ingin membuka cabang baru.
"Karena namanya Nomaden, sehingga kita memang ingin berpindah-pindah," ujarnya. (mdk/ard)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kedai kopi ini hadir agar seluruh lapisan masyarakat bisa mencicipi nikmatnya minuman kopi ala kafe.
Baca SelengkapnyaMau begadang minum kopi, kumpul-kumpul bareng sambil ngopi, melepas penat dengan kopi.
Baca SelengkapnyaMinuman ini merupakan salah satu minuman favorit pengamat kuliner ternama, Bondan Winarno.
Baca Selengkapnya"Untuk mengelola kafe, saya dibantu oleh 5 karyawan. Sedangkan pengelolaan kebun kopi dibantu 3 orang," kata Deni.
Baca SelengkapnyaPerjalanan hidup Slamet yang penuh rintangan menjadikannya sebagai salah satu sosok inspiratif, terutama bagi masyarakat di sekitar lereng Gunung Merapi.
Baca SelengkapnyaWalaupun punya potensi wisata, belum banyak dari warga yang tahu bagaimana memanfaatkan potensi itu.
Baca SelengkapnyaMelihat bakso dijual menggunakan gerobak sudah biasa. Namun, bagaimana dengan bakso yang dijual menggunakan mobil?
Baca SelengkapnyaSaking pentingnya, dia bahkan rela meninggalkan lapak miliknya di pinggir jalan demi dapat menunaikan salat.
Baca SelengkapnyaNgopi sambil menikmati suasana klasik Belitung tentu menghadirkan daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Baca SelengkapnyaKopi ini dulunya sempat menjadi sumber penghasilan andalan masyarakat setempat.
Baca SelengkapnyaSontak saja, momen yang dibagikan tersebut berhasil mencuri perhatian hingga viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaMenteri Agraria dan Tata Ruang Indonesia Hadi Tjahjanto aktif dalam memberikan sertipikat tanah kepada masyarakat di penjuru daerah tanah air.
Baca Selengkapnya