Tradisi Standing Ovation di Cannes, Applause 3 Menit Belum Dianggap Film Bagus
Merdeka.com - Festival de Cannes atau Festival Film Cannes dimulai hari ini (16/5/2023). Ajang pemutaran dan penghargaan film dari seluruh dunia ini bakal digelar mulai 16 Mei--27 Mei 2023.
76th Cannes Film Festival atau Festival Film Cannes menayangkan film baru dari berbagai genre dan negara, termasuk dokumenter. Ajang perfilman yang selalu digelar di Prancis ini bahkan disebut sebagai tempat lahirnya sineas-sineas paling berbakat di masa depan.
Cannes punya satu tradisi unik, yaitu standing ovation (apresiasi dengan cara berdiri dan bertepuk tangan) di akhir pemutaran film. Standing ovation di sana umumnya berlangsung selama beberapa menit. Kini, lamanya tepuk tangan hadirin di ajang itu menjadi ukuran bagusnya sebuah film.
-
Kapan Hari Film Sedunia pertama kali dirayakan? Hari Film Sedunia diperingati pertama kali pada tahun 2020 lalu.
-
Mengapa Hari Film Sedunia dirayakan? Hari Film Sedunia diperingati setiap tahun pada tanggal 10 Februari sebagai sebuah upaya global untuk merayakan seni dan budaya film serta menghargai kontribusi industri perfilman terhadap kehidupan masyarakat.
-
Apa tujuan Hari Film Sedunia? Hari Film Sedunia bertujuan untuk mempromosikan pemahaman lintas budaya dan kreativitas yang dihasilkan oleh industri film.
-
Siapa yang berinisiatif membuat festival? Festival itu sendiri merupakan hasil kreativitas para pemuda di Desa Kepuk.
-
Di mana premier film Onde Mande berlangsung? Shenina sudah mendapat banyak bunga ucapan selamat sejak premier Onde Mande berlangsung.
-
Bagaimana acara tersebut? Acara gender reveal diadakan serentak dengan ulang tahun Michael di Bali, yang membuat momen tersebut sangat menarik.
Rekor Standing Ovation Terlama Dipegang Pan's Labyrinth
cuplikan film Pan's Labyrinth © dok. Warner Bros. Pictures/Pan's Labyrinth
Pada ajang penghargaan, umumnya standing ovation hanya berlangsung satu hingga dua menit. Khusus di Cannes, lamanya bisa belasan hingga puluhan menit. Dilansir Collider (14/6/2022), rekor standing ovation terlama di Cannes Film Festival dipegang oleh Pan's Labyrinth. Film besutan Guillermo del Toro itu mendapatkan applause sepanjang 22 menit saat diputar perdana pada 2006.
Berkat tradisi ini, sebagian besar publik menganggap film yang mendapat standing ovation pendek di Festival Film Cannes adalah film buruk. Bahkan sejak awal, film tesebut sudah diramal gagal di bioskop maupun ajang penghargaan seperti Golden Globes dan Oscar.
Hal seperti itu terjadi pada salah satu film Woody Allen. Menurut Hollywood Reporter, Café Society yang membuka Festival Film Cannes 2016 mendapat standing ovation "sederhana", karena hanya berlangsung selama tiga menit.
ilustrasi tepuk tangan © pixabay.com/StockSnap
Tradisi standing ovation di Cannes sudah berlangsung selama puluhan tahun. Walaupun begitu, "ramalan" sukses atau tidaknya sebuah film berdasar standing ovation di akhir pemutaran film tak selalu benar.
Film The Paperboy yang dibintangi Nicole Kidman disambut dengan standing ovation sepanjang 16 menit di Festival Film Cannes. Namun, kemudian film itu "dibantai" habis-habisan oleh kritikus.
Parasite, film yang menyapu bersih penghargaan di Oscar 2020 hanya mendapatkan standing ovation selama delapan menit. Sementara film Love garapan Gaspar Noé yang banyak dikritik karena lebih fokus pada adegan seksual daripada ceritanya malah mendapatkan standing ovation sepanjang sepuluh menit.
Standing Ovation di Festival Film Cannes Mungkin Tidak Sepenuhnya Tulus, Ini Kemungkinan Alasannya
ilustrasi tepuk tangan © pixabay.com/Gigxels
Dilansir The Atlantic (17/7/2021), seorang kritikus dan hadirin Cannes Film Festival, Kellie Lail mengkritik standing ovation selama lima menit yang didapat film Stillwater. Dia menyatakan bahwa standing ovation di Cannes mungkin tidak mencerminkan penilaian objektif penonton terhadap film itu sendiri.
"Fakta bahwa hal ini tidak selalu terjadi di festival lain membuat saya bertanya-tanya apakah standing ovation yang diterima di tempat lain adalah reaksi yang lebih jujur dari penonton."
Menurut Cristina Bicchieri, seorang peneliti norma sosial dan dosen di University of Pennsylvania, durasi standing ovation penonton di Cannes dapat ditelusuri hingga zaman Romawi kuno. Tradisi yang berlaku saat itu, tepuk tangan yang berlangsung lama dianggap sebagai "tanda penghormatan" kepada para jenderal yang kembali dari kampanye militer.
Jadi, kemungkinan standing ovation yang lama adalah bentuk penghargaan terhadap kerja keras sineas filmnya, bukan terhadap kualitas film itu sendiri.
Standing Ovation pun Bisa Dikaitkan dengan Hierarki Sosial
ilustrasi tepuk tangan sebagai bentuk perilaku sosial © pixabay.com/pavstern
Seorang pakar lain mengemukakan alasan yang lebih rinci. Scott Page, seorang profesor di University of Michigan yang mempelajari standing ovation sebagai cara untuk memahami perilaku sosial mengungkapkan bahwa tepuk tangan yang luar biasa panjang di Festival Film Cannes menunjukkan kecenderungan manusia untuk saling mempengaruhi di bawah sadar sadar mereka.
Momen tepuk tangan yang panjang ini merupakan contoh bagaimana manusia secara kolektif memulai tindakan kelompok, mengekspresikan persetujuan, dan membalas atau menolak sinyal-sinyal tersebut.
Page menyarankan bahwa penonton di dalam sebuah teater di festival film merupakan model jaringan sosial. "Ada asimetri yang nyata tentang siapa yang memiliki pengaruh," jelasnya.
Pada pemutaran film seperti Cannes, para aktor dan kru umumnya duduk di bagian depan. Kebanyakan dari mereka adalah sosok penting di industri perfilman. Mereka ini adalah orang-orang yang berada di puncak hierarki dalam model jaringan sosial tadi,
Posisi duduk para aktor dan kru memungkinkan mereka terlihat oleh penonton lainnya. Penonton ini terutama terdiri dari penggemar film yang cenderung menunjukkan rasa hormat, meskipun mereka bisa jadi memiliki pendapat yang negatif tentang film tersebut.
Biasanya, tepuk tangan dimulai dari bangku penonton baris depan. Mereka ini adalah orang-orang yang mampu membeli kursi terbaik. Tak jarang, mereka juga mengenal orang-orang penting yang terlihat dalam film tersebut. Ketika penonton paling depan mulai melakukan standing ovation, penonton di baris-baris selanjutnya akan mengikuti.
Bahkan jika ada penonton di bagian belakang yang tidak ikut melakukan standing ovation, kurangnya pengaruh mereka tidak membuat penonton lain ikut-ikutan tidak bertepuk tangan. Jadi, bisa disimpulkan standing ovation dipengaruhi perbedaan status di antara para penonton.
"Jika orang benar-benar yakin dengan penilaiannya sendiri, maka mereka tidak akan berdiri," kata Page. "Tapi jika Anda tidak yakin, dan Anda pikir orang lain [di sekitar Anda] lebih pintar dari Anda, maka Anda akan berdiri... Saya membayangkan Cannes sebagai tempat [di mana saya bertanya pada diri sendiri], 'Seberapa percaya diri saya, duduk di dekat bintang film dan sutradara?' Jawabannya adalah 'Tidak terlalu'."
Menurut Nicholas Christakis, direktur Human Nature Lab di Yale University, durasi standing ovation penonton Cannes selama pemutaran film The Artist pada tahun 2011 memperlihatkan konsep yang dikenal sebagai "hierarki prestise." Ini adalah fenomena yang berkaitan dengan kecenderungan manusia untuk lebih menghargai koneksi dibandingkan insting bertahan hidup.
Jika diaplikasikan pada para penonton di Festival Film Cannes, para penonton mungkin memberikan tepuk tangan meriah karena terdorong keinginan bawah sadar untuk membangun hubungan sosial dengan tokoh-tokoh terkenal (aktor dan filmmaker) yang hadir dalam pemutaran film. "Ini tentang mendekati hewan yang dapat memberikan manfaat," ujar Christakis.
Seringkali, sutradara film yang diputar harus mengambil mikrofon dan memberi isyarat agar tepuk tangan berakhir sehingga mereka dapat memberikan pidato. Menurut Bicchieri, ini adalah cara terbaik untuk menghentikan gelombang standing ovation. Pasalnya, sebagian besar penonton akan mengikuti petunjuk dari tokoh paling penting di ruangan.
"Mereka meminta izin untuk berhenti, dan kemudian sedikit demi sedikit efek bandwagon bisa terjadi," katanya. Manusia punya kecenderungan alami untuk meminta persetujuan. "Faktanya, Anda tidak ingin menjadi orang pertama yang berhenti [bertepuk tangan]," pungkas Bicchieri.
(mdk/tsr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rangkaian kegiatan Road to Perayaan Fesbul 2024 dimulai dari Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta.
Baca SelengkapnyaAnggi berharap sinema memberi ruang yang sama dan egaliter pada semua film.
Baca SelengkapnyaWakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamenekraf), Irene Umar menekanka,n nilai tak ternilai dari kreativitas para sineas.
Baca SelengkapnyaDeretan artis cantik asal Tanah Air turut memeriahkan festival film bergengsi Cannes.
Baca SelengkapnyaSineas dari tiga negara yakni Indonesia, Korea Selatan, dan Malaysia bersatu dalam film bertajuk LOOK AT ME TOUCH ME KISS ME.
Baca SelengkapnyaPara sineas muda Banyuwangi terus mengembangkan kreativitasnya. melalui ajang Banyuwangi Film Festival (BFF).
Baca SelengkapnyaBegini penampilan memukau dari sederet artis di Busan Film Festival.
Baca SelengkapnyaFokus perhatian LSF pada tahun ini menekankan pada pentingnya isu literasi perfilman, khususnya tontonan yang diperuntukkan untuk anak-anak.
Baca SelengkapnyaPiala Citra dianggap sebagai simbol tertinggi dalam penghargaan perfilman di Indonesia dan menjadi prestasi bergengsi bagi insan perfilman tanah air.
Baca SelengkapnyaFilm Barbie tayang di bioskop tanah air mulai Rabu (19/7) hari ini. Deretan artis ini antusias datangi premier film ini.
Baca SelengkapnyaRommy Fibri menjelaskan, spesifikasi itu yakni lulus sensor tanpa revisi atau paling sedikit revisi.
Baca SelengkapnyaFestival Film Pendek SOS 2023 merupakan sebuah festival film yang sudah diselenggarakan dan dibuka oleh Narasi serta Indosat sejak bulan Oktober tahun lalu.
Baca Selengkapnya