Kisah DR Saharjo, Menteri Jujur Tak Punya Rumah dan Kehabisan Makanan
Merdeka.com - "Ada rumah yang dijual murah, Pak. Sebaiknya Bapak beli saja rumah itu."
"Dari mana saya dapat uang? Saya tidak punya uang sebanyak itu."
"Ambil sajalah Pak. Ada orang yang mau meminjamkan uang itu untuk Bapak. Asal Bapak mau ambil, soal pembayaran biar nanti diselesaikan oleh departemen."
-
Apa contoh kesederhanaan Jenderal Soekanto? Menjabat Kapolri 14 tahun tak membuat Pak Kanto memiliki cukup uang. Bahkan saat pensiun, dia dan istrinya, Hadidjah Lena Mokoginta, sempat tak punya rumah dan tinggal berpindah-pindah.
-
Bagaimana Soeharto menunjukkan kesederhanaannya? Pak Harto santai saja makan mie instan. Seperti masyarakat kebanyakan. Mie instan ini sering diidentikan dengan makanan anak kos di tanggal tua.
-
Bagaimana Jenderal Soekanto mendidik istrinya untuk hidup sederhana? Lena dibesarkan sebagai putri bangsawan Sulawesi Utara. Namun orang tuanya selalu mengajarkan agar menjadi orang yang merakyat dan sederhana.
-
Bagaimana Duta menunjukkan kesederhanaannya? Meskipun menerima bayaran sebesar Rp370 juta untuk setiap penampilannya, Duta tetap tampil dengan sederhana. Bahkan, ketika sedang menikmati makanan di pinggir jalan, ia pernah disangka sebagai tukang parkir.
-
Siapa yang merasakan hidup sederhana? Edward Akbar menyatakan bahwa dia tidak membuat susah sang istri ketika ditanya tentang hal itu.
-
Siapa yang terlihat sederhana? Lantas bagaimana membedakannya?Berikut cara untuk membedakan antara teman yang mungkin terlihat miskin namun sebenarnya memiliki kekayaan:
"Dengan apa utang itu akan saya bayar? Gaji saya untuk makan saja tidak cukup. Apalagi untuk bayar utang. Ah, saya tidak mau."
Percakapan itu bukan terjadi antara seorang pegawai Departemen Kehakiman dengan orang biasa. Orang yang didesak terus untuk menerima pinjaman itu adalah DR Saharjo. Jabatannya mentereng, wakil menteri pertama bidang dalam negeri.
Tak Bergelimang Harta
DR Saharjo saat itu mengkoordinir Departemen Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah, Mahkamah Agung dan Departemen Kehakiman dalam Kabinet Kerja III tahun 1962. Di kabinet sebelumnya, dua kali beliau menjabat menteri kehakiman.
Namun DR Saharjo sosok yang sangat sederhana. Berbagai jabatan strategis yang diembannya tidak membuatnya bergelimang harta. Bahkan dia masih menumpang di rumah mertua dan tidak punya rumah pribadi.
Hal ini yang membuat para pegawai di Departemen Kehakiman prihatin. Mereka mencoba segala cara agar Pak Menteri punya rumah sendiri. Namun karena integritas, DR Sahardjo selalu menolak pemberian atau hadiah. Bahkan dari kantornya sendiri.
Keteladanan tersebut ditulis Zaidir Djalal dalam Buku DR Saharjo SH yang diterbitkan Penerbit Mutiara Jakarta tahun 1978.
Kehabisan Makanan di Rumah
Cerita lain soal kesederhanaan DR Saharjo terlihat dari kisah yang menyentuh soal makanan. Suatu pagi DR Saharjo datang ke kantor dalam keadaan lapar.
Rupanya sarapan yang disediakan istrinya habis dimakan oleh delapan anaknya. Pak Saharjo tidak kebagian.
"Ada makanan di kantor?" tanya Saharjo pada sekretarisnya yang bernama Rusiah Sarjono.
Rusiah kemudian segera meminta agar dibelikan makanan untuk atasannya. Bukan dari restoran mewah atau rumah makan mahal. Makanan untuk pejabat negara tersebut dibeli dari kantin karyawan biasa.
Selidik punya selidik, hal ini sering terjadi di rumahnya. Menjadi pejabat jujur dan mengandalkan gaji saja tidak cukup untuk biaya hidup keluarga.
Didesak Terima Rumah Dinas
Menjelang akhir hidupnya, DR Sahardjo terus didesak agar mau menempati rumah dinas. Masak pejabat sekelas menteri numpang terus di rumah mertua?
Atas desakan keluarga, DR Saharjo akhirnya mau juga menerima rumah dinas. Rumah itu sebenarnya kurang layak ditempati menteri. Lokasinya di Komplek Kehakiman, Utan Kayu, Jakarta Timur. Pasokan air sering tidak lancar dan aksesnya pun tidak mudah kala itu.
Tapi DR Saharjo tidak mempersoalkan apakah rumah itu sesuai kedudukannya atau tidak. Dia menerima saja kondisi rumah apa adanya.
"Yang penting lebih dekat dengan pegawai Departemen Kehakiman di luar jam kantor," katanya.
Rumah itu yang ditempatinya delapan bulan hingga meninggal dunia tanggal 13 November 1963, karena pendarahan otak. Dunia hukum Indonesia kehilangan sosok besar.
Jalan DR Saharjo
Pemerintah Indonesia mengangkat DR Saharjo sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional tanggal 29 November 1963. Selang beberapa hari setelah beliau meninggal.
Nama DR Saharjo kemudian diabadikan di satu ruas jalan mulai dari Pasar Rumput hingga Pancoran, Jakarta Selatan.
Sayang, tidak banyak yang tahu bagaimana kejujuran dan keteladanan sosok DR Saharjo.
"Saya hanya tahu nama pahlawan, tapi kurang tahu siapa itu Pak DR Saharjo," ujar Dimas, seorang pegawai swasta di kawasan Tebet. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kasus istri polisi pamer harta di media sosial kembali viral. Lupa dengan teladan pendiri Bhayangkari.
Baca SelengkapnyaWalaupun telah sembilan tahun berjuang dan ikut berbagai operasi penumpasan, namun Mbah Sarno belum bisa menyandang status sebagai seorang veteran
Baca SelengkapnyaIni kisah langka teladan kesederhanaan seorang jenderal. Anak buahnya jadi saksi selama menjabat, tak sekali pun dia menggunakan jabatannya untuk korupsi
Baca SelengkapnyaRumah tersebut terlihat begitu sederhana dan jauh dari kata mewah.
Baca SelengkapnyaMarsekal Suryadi Suryadarma Memimpin TNI AU Tahun 1946-1962. Tak Pernah Terpikir Untuk Korupsi Atau Memperkaya Diri Sendiri.
Baca SelengkapnyaHebatnya, tak pernah terucap kata menyakitkan dari Zainatun Nahar, istri Agus Salim atas prinsip hidup yang dipegang suaminya.
Baca SelengkapnyaDia meminta agar masyarakat selalu mengawal dan mengawasinya.
Baca SelengkapnyaNatsir istimewa karena jujur. Menolak hadiah mobil dari pengusaha dan Raja Arab Saudi.
Baca SelengkapnyaDikira di Cendana makanan serba mewah. Ternyata. seperti ini suguhan untuk menteri sore itu.
Baca SelengkapnyaCalon wakil presiden nomor urut tiga Mahfud MD memiliki rumah pribadi di Jalan Waru, Kabupaten Sleman.
Baca SelengkapnyaPenampilannya sangat sederhana. Berkaos lusuh dan celana pendek. Siapa sangka seorang jenderal TNI AD.
Baca SelengkapnyaBerikut cerita masa kecil Kasad Jenderal Maruli yang tak banyak orang tahu.
Baca Selengkapnya