Kisah Mbah Sarno, Mantan Pejuang Militer yang Hidup Sebatang Kara di Bekas Kandang Ayam
Walaupun telah sembilan tahun berjuang dan ikut berbagai operasi penumpasan, namun Mbah Sarno belum bisa menyandang status sebagai seorang veteran

Mbah Sarno (84) tahun merupakan mantan pejuang militer. Namun di masa tua hidupnya memprihatinkan. Ia tinggal seorang diri di sebuah rumah kecil bekas kandang ayam. Tak ada perkakas modern di rumahnya selain sebuah televisi yang sudah rusak dan sebuah radio yang sudah usang.
Dikutip dari akun Instagram @beritainaja, Mbah Sarno bercerita ia menjadi anggota militer sukarela sejak tahun 1960 sampai 1969. Berbagai penumpasan pemberontakan ia ikuti. Pada tahun 1960, ia ikut penumpasan pemberontakan DI/TII di Jawa Barat. Kemudian ia ikut penumpasan pemberontakan PRRI. Ia kemudian juga ikut penumpasan pemberontakan Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan.
Setelah itu ia ikut operasi Trikora untuk membebaskan Irian Barat dari tangan Belanda. Pada tahun 1964, ia dinas militer di Kalimantan. Terakhir pada tahun 1966 sampai 1967, ia ikut melakukan pembersihan G30S PKI. Selanjutnya ia ikut disiagakan untuk operasi ke Timor Timur.
Belum Menyandang Status Veteran

Walaupun dulu merupakan seorang pejuang militer, namun Mbah Sarno belum bisa menyandang status veteran. Padahal ia pernah mengajukan status veteran hingga dua kali pada tahun 2014.
Dikutip dari Rri.co.id, sebelum purna tugas Mbah Sarno sempat diberi penghargaan bintang sewindu. Setelah tahun 1969, Mbah Sarno sudah tidak menjadi anggota militer lagi.
Di usianya yang senja, Mbah Sarno sudah tidak bisa bekerja lagi. Apalagi usianya kini sudah 84 tahun. Keponakannya yang menanggung kebutuhan sehari-hari Mbah Sarno.
Warga Kurang Mampu

Agung Nugroho selaku Lurah Genjahan, Ponjong, mengatakan bahwa Mbah Sarno termasuk salah satu warganya yang kurang mampu. Ia pernah mendapatkan bantuan BLT pada masa COVID-19 namun kini sudah tidak mendapatkannya. Kini ia hanya mendapatkan bantuan dari alokasi dana desa setahun sekali.
Sejak tahun 2020, pihak desa sudah mengeluarkan bantuan minimal 10 persen untuk diberikan kepada warga yang kurang mampu termasuk Mbah Sarno. Namun bagi Agung, bantuan itu masih dirasa kurang.
“Kami berharap bantuan selanjutnya bisa beliau peroleh dari luar kalurahan. Kami harap beliau dapat dibantu sebagai bekas pejuang yang pernah berjasa terhadap Indonesia,” kata Agung dikutip dari Liputan6.com.
Dapat Bantuan dari Presiden

Kisah Mbah Sarno mendapat banyak perhatian, termasuk dari Presiden RI Joko Widodo. Bantuan itu langsung diberikan pada Staf Kepresidenan RI ke rumahnya di Ponjong dan tiba pada Senin (5/8) pukul 15.00 WIB.
Penanggung Jawab Kehumasan Pimpinan dan Pemda DIY, Ditya Nanaryo Aji membenarkan perihal bantuan tersebut.
“Presiden tersentuh dengan kisah beliau dan langsung memberikan bantuan. Semoga apa yang telah diberikan kepada Mbah Sarno dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya,” ujar Ditya dikutip dari Liputan6.com
Agung juga memastikan kalau bantuan itu berasal dari Presiden Jokowi. Ia berharap bantuan kepada Mbah Sarno bisa terus berlanjut.
“Bantuan berupa sembako. Kemudian uang stimulant untuk mungkin 2-3 bulan cukup untuk hidupnya. Stimulan uang kalau nominalnya kami tidak mau tahu karena itu sudah jadi hak beliau,” kata Agung.