Resign dari Kerja Kontraktor di Jakarta, Pria Asal Yogya Ini Pilih Pulang Kampung Bertani Talas
Tak banyak kendala berarti yang ia temui selama menekuni budidaya talas
Tak banyak kendala berarti yang ia temui selama menekuni budidaya talas
Foto: YouTube Cap Capung
Resign dari Kerja Kontraktor di Jakarta, Pria Asal Yogya Ini Pilih Pulang Kampung Bertani Talas
Empat tahun sudah Tri Heriyanto menjalankan budidaya talas pratama pada sebuah lahan yang berlokasi di Kapanewon Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebelumnya ia bekerja pada sebuah perusahaan kontraktor di Jakarta.
-
Kenapa Sukanto Tanoto pindah ke bisnis kayu? Tanoto melihat peluang saat berbisnis kayu setelah Indonesia menjadi negara pengekspor kayu log ke Jepang dan Taiwan untuk diolah menjadi Plywood, sebelum diimpor lagi ke Indonesia dengan harga yang lebih tinggi.
-
Siapa suami Tya Arifin yang membuatnya pindah? Setelah menikah dengan Asyraf Khalid, aktris sinetron Tya Arifin memutuskan untuk menetap di Malaysia. Suaminya adalah putra sambung dari penyanyi terkenal Malaysia, Siti Nurhaliza.
-
Mengapa Ilyas Ya'kub keluar dari perusahaan tambang di Sawahlunto? Namun, dirinya memilih keluar sebagai bentuk protes terhadap pimpinan perusahaan asing yang menerapkan praktik imperialisme dan kolonialisme.
-
Kenapa Tatik memilih freelance? Mengutip LinkedIn pribadinya, Tatik pernah bekerja pada Infinite Frameworks Studios, White Monkey Animation, Brown Bag Films Bali, KOMI Studio, dan TNA Studio. Kini ia memilih menjadi pekerja freelance.
-
Kenapa Yayan Ruhian memilih pulang kampung? Keluarga menjadi hal terpenting menurut Yayan. Dirinya tak ingin melewatkan bulan yang penuh berkah ini untuk tinggal bersama keluarga di rumah.
-
Mengapa mantan TKW itu memilih jual basreng? Setelah keluar dan kembali ke tanah air, Ayu memilih untuk mencoba peruntungannya berjualan basreng alias bakso goreng.
Setelah mundur pada tahun 2012, dua tahun kemudian ia pulang ke Yogya. Di Yogya, ia menekuni berbagai usaha pertanian, hingga akhirnya ia memilih untuk menekuni pertanian talas pratama.
“Waktu awal memulai saya belum sampai berpikir bagaimana pemasarannya. Yang penting saya beli bibit, terus ditanam, untuk pemasaran itu urusan nanti,” kata Tri Heriyanto dikutip dari kanal YouTube Cap Capung.
Tri Heriyanto belajar budidaya talas pratama secara otodidak. Selama proses belajar itu, ia tidak menemukan banyak kendala. Satu dari sedikit kendala yang ia temui adalah adanya ulat tanah yang memakan daun talasnya. Namun kendala itu masih ia bisa atasi.
Di ladangnya, Tri membagi talas pratama yang ia budidayakan ke dalam tiga kategori, yaitu talas pratama satu, talas pratama dua, dan talas pratama tiga. Di antara ketiganya, talas pratama satu memiliki umbi paling besar. Dalam setahun, ia bisa dua kali panen.
“Kalau talas pratama itu butuh air tapi tidak terlalu banyak. Yang penting lokasi lahan itu lembab itu bagus perkembangannya. Tapi kalau banyak air perkembangan talas jadi kurang maksimal,” terangnya.
Selama empat tahun melakukan budidaya talas pratama, Tri Heriyanto mengatakan kalau pemasaran hasil panennya lebih mudah. Tak hanya dijual untuk pasar di sekitar Jogja, ia juga bisa menjualnya ke Bandung, Malang, Tangerang, dan Jakarta.
Kini Tri Heriyanto sudah punya dua lokasi untuk budidaya talas. Di lokasi pertama, ia memiliki lahan seluas 4.500 meter persegi untuk ditanami talas. Sementara di lokasi satunya ia memiliki lahan seluas 9.000 meter persegi.
Menurutnya, usaha talas memiliki prospek cerah. Apalagi banyak orang untuk membutuhkan talas untuk kesehatan. Beberapa manfaat mengonsumsi talas antara lain menjaga kadar gula tetap normal, mencegah penyakit jantung, meningkatkan kekuatan tulang, mengurangi risiko kanker, dan membantu menjaga berat badan.
Dikutip dari Itb.ac.id, talas pratama sendiri merupakan varietas hasil silang antara talas semir asal Sumedang dan talas sutera asal Thailand. Awalnya, talas tersebut dikembangkan di Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Bogor, oleh kelompok peneliti beranggotakan Made Sri Prana, Tatang Kuswara, dan Maria Imelda. Nama “Pratama” sendiri merupakan singkatan dari ketiga nama peneliti itu.
Saat ini, talas pratama merupakan komoditas unggulan pertanian hortikultura. Rata-rata bobot talas pratama bisa mencapai 8 kg dari satu pohon, berbeda jauh dengan kebanyakan talas biasa yang hanya berkisar 1,5-2 kg per pohonnya.