Prihatin dengan Pertanian di Tanah Air, Pria Brebes Ini Rela Pulang ke Indonesia Setelah 6 Tahun Kerja di Jepang
Sebelum terjun ke dunia pertanian, Makmur merantau ke Jepang dan bekerja di bidang manufaktur.

Makmur Santoso adalah seorang petani padi asal Desa Cilibur, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Sebelum terjun ke dunia pertanian, Makmur merantau ke Jepang dan bekerja di bidang manufaktur. Setelah enam tahun bekerja di Negeri Sakura, ia akhirnya memilih pulang ke kampung halamannya. Ia memilih pulang karena prihatin dengan kondisi pertanian di Indonesia.
“Saat ini banyak lahan pertanian di Indonesia, terutama di kampung halaman saya, yang terbengkalai. Dari sanalah saya berpikir kalau petani adalah profesi yang kelak akan saya geluti. Makanya saya mengajak istri saya untuk berbisnis yang murni untuk pertanian,” ujar Makmur seperti dikutip dari kanal YouTube Kementerian Pertanian RI.
Profesi yang Paling Banyak Dicari

Makmur mengatakan, pada tahun 2025, pertanian merupakan profesi yang dicari orang. Di desanya, ia memiliki lahan seluas 1,5 hektar. Lahan seluas itu ia beli dari hasil menabung selama bekerja di Jepang. Dengan kata lain, saat bekerja di Jepang, Makmur sudah punya rencana suatu hari nanti ia akan pulang ke Indonesia untuk mengembangkan pertanian.
“Banyak sekali para petani, terutama petani muda, berpikir bahwa bertani padi itu kurang menguntungkan. Padahal turunan dari aktivitas ini sangat banyak, seperti beras, katul, sekam, dan lainnya,” kata Makmur.
Varietas yang Ditanam

Di lahan pertaniannya yang luas, Makmur menanam dua jenis varietas padi yaitu inpari 32 dan babilon. Ia memilih kedua varietas itu karena dua hal, yaitu tahan terhadap penyakit dan menguntungkan secara ekonomi. Selain itu ia kini dimudahkan dengan adanya pupuk bersubsidi yang untuk membelinya cukup dengan menunjukkan KTP.
“Tentu ini menjadi berita yang sangat menyenangkan bagi para petani. Bagaimana tidak, selama ini, petani itu bingung dengan pupuk subsidi. Apalagi sebagian besar dari mereka tidak punya kartu tani, sehingga mereka pun pada akhirnya membeli dengan pupuk non-subsidi,” ujarnya.
Memutus Mata Rantai

Makmur mengolah sendiri padi yang ia peroleh dari lahan pertaniannya untuk dijadikan beras. Hal ini berbeda dengan para petani lainnya di mana mereka langsung menjual hasil panennya dalam bentuk gabah. Menurutnya, dengan mengolahnya langsung menjadi beras, dia akan memutus mata rantai tengkulak yang kadang suka memainkan harga.
“Produk yang kami jual beruba beras. Dan yang ada saat ini adalah beras medium. Kemudian saya juga jual katul dan sekam. Ada sekam bakar dan sekam busuk untuk lahan pertanian,” imbuhnya.
Bersahabat dengan Alam

Bagi Makmur, menjadi seorang petani merupakan profesi yang membahagiakan. Ia pun merasa dengan menjadi petani ia tidak memiliki musuh. Ia pun mengajak anak-anak muda milenial untuk menekuni usaha di bidang pertanian.
“Bertani itu pekerjaan yang mulia. Karena dengan jadi petani, kita ikut andil menjadi pahlawan pangan, kita juga melestarikan alam, serta menurunkan hal-hal baik pada anak cucu kita. Selain itu kita juga bersahabat luar biasa. Sungguh ini kenikmatan yang luar biasa,” kata Makmur dikutip dari kanal YouTube Kementerian Pertanian RI.