Fakta di Balik Mitos Lampor Opak, Diduga Terdengar saat Menjelang Gempa Jogja Tahun 2006
Penyebutan lampor itu mengacu pada sosok prajurit Kraton Laut Kidul dan prajurit Kraton Merapi yang biasa lalu-lalang melewati Sungai Opak.
Masyarakat yang tinggal di sekitar Sungai Opak, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengenal sebuah mitos bernama Lampor Opak. Penyebutan lampor itu mengacu pada sosok prajurit Kraton Laut Kidul dan prajurit Kraton Merapi yang biasa lalu-lalang melewati Sungai Opak. Saat prajurit itu lewat, akan terdengar suara gemuruh dari Sungai Opak.
Terkadang suaranya seperti gemerincing gelang kaki prajurit, kadang seperti suara kereta kerajaan, kadang terdengar seperti suara derap kaki kuda. Suara-suara itu kadang terdengar sangat dekat, tapi tiba-tiba menjauh. Biasanya suara itu terdengar menjelang terbenam matahari atau saat suara azan magrib.
-
Apa penyebab Gempa Jogja 2006? Dr. C. Prasetyadi, M.Sc, ilmuwan bumi dari UPN Veteran Yogyakarta mengatakan kalau sumber gempa besar tahun 2006 berdekatan atau terkait dengan keberadaan Sesar Opak.
-
Kapan gempa Jogja terjadi? Delapan belas tahun yang lalu, Jogja luluh lantak akibat gempa berkekuatan 5,9 skala richter yang berlangsung selama 57 detik.
-
Dimana gempa Jogja terjadi? Delapan belas tahun yang lalu, Jogja luluh lantak akibat gempa berkekuatan 5,9 skala richter yang berlangsung selama 57 detik.
-
Bagaimana dampak gempa Jogja? Di sepanjang jalan, banyak bangunan luluh lantak. Bahkan bangunan bertingkat pun banyak yang hancur.
-
Apa yang terjadi akibat gempa Jogja? Gempa itu membuat banyak rumah rata dengan tanah dan ribuan orang meregang nyawa.
-
Kapan mitos ini muncul? Meskipun mitos ini tidak memiliki dasar ilmiah, banyak orang yang percaya bahwa kesamaan tanggal lahir menciptakan ikatan khusus di antara pasangan.
Hingga kini, masih banyak warga yang memercayai mitos ini.
Prajurit Kraton
Mengutip Buku Keistimewaan Yogyakarta Perspektif Mitologi, penulis sering mendengar suara-suara itu pada tahun 1970-an. Rumah penulis sekitar satu kilometer di sebelah timur Sungai Opak. Saat mendengar suara gemuruh itu, penulis langsung ditarik masuk ke dalam rumah oleh neneknya. Saat berada di dalam rumah, sang nenek berkata kalau ada lampor lewat.
Saat itu, ada mitos lain bahwa tidak boleh menyebut nama “lampor” saat masih berada di luar rumah. Sang nenek bercerita kalau prajurit Kraton itu suka mencari manusia untuk dijadikan prajurit tambahan. Biasanya mereka mengajak anak-anak nakal yang tidak patuh pada orang tuanya atau anak yang tidak rajin beribadah.
Terdengar Menjelang Gempa Yogyakarta 2006
Pada malam hari sebelum terjadinya gempa Yogyakarta 27 Mei 2006, seorang warga Grojogan, Tamanan, Banguntapan, Kabupaten Bantul, mengaku bertemu dengan lampor. Saat itu, pukul 23.30, ia pulang dengan mengendarai sepeda motor melintasi jembatan Sungai Opak di Jalan Imogiri Timur. Saat di atas jembatan, tiba-tiba mesin motornya macet.
Kemudian ia melihat kereta kencana memenuhi jembatan sehingga ia terpaksa menepi ke ujung jembatan. Kereta kencana itu terlihat mewah dan berjalan dari utara menuju selatan. Warga Tamanan itu tidak bisa berbuat apa-apa. Setelah kereta kencana itu lewat, terdengar suara gemuruh di Sungai Opak yang mengalir di bawah jembatan. Hampir seperempat jam kemudian suara itu baru menghilang. Setelah itu ia mencoba menstarter motornya dan mesin motornya kembali hidup.
Pertanda Hajat Besar
Keesokan harinya setelah peristiwa itu, gempa bumi melanda Yogyakarta. Seminggu setelah gempa bumi, warga yang mengalami kejadian aneh itu baru bercerita pada orang-orang di sekitarnya. Beberapa orang yang mendengar cerita itu percaya bahwa kereta kencana itu datang dari Kraton Merapi, di mana mereka ingin menyerahkan hajat ke laut selatan.
Ia menduga, semula hajat itu akan dilaksanakan di Gunung Merapi. Saat kejadian itu, Gunung Merapi berstatus siaga dan siap untuk erupsi. Namun hajat itu kemudian diserahkan ke Keraton Laut Kidul di mana pusat gempa bumi itu terjadi.