Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Lolos dari Masa Bersiap dan Tetap Mencintai Indonesia

Lolos dari Masa Bersiap dan Tetap Mencintai Indonesia Kaum interniran Belanda dan Indo di Jawa. ©2022 Imperial War Museum

Merdeka.com - Ribuan orang-orang yang dianggap pro Belanda tewas di Jawa pada awal revolusi. Kecuali mereka yang berhasil lepas dari maut karena keberuntungan dan hubungan baik dengan kaum bumiputra.

Penulis: Hendi Jo

Sersan Mayor (Purn) O. Soedarja masih ingat keadaan pada saat ditugaskan masuk kembali ke Bandung sebagai telik sandi pada akhir Maret 1946. Suasana sunyi. Rumah-rumah sebagian besar hangus terbakar.

Binatang-binatang berkeliar tanpa majikan: mulai anjing hingga kuda. Puing-puing berserakan, sementara beberapa orang mengais-ngais, berharap masih ada benda berharga yang bisa diselamatkan.

"Begitu malam tiba, Bandung seperti kota hantu," kenang lelaki kelahiran Sumedang pada 1926 itu.

Masih segar juga dalam kenangan Soedarja. Sekelompok pemuda dari laskar tertentu melakukan patroli dari rumah ke rumah. Mereka merazia orang-orang yang dianggap pro Belanda dan tak mau mengungsi ke luar kota. Sebagian besar terdiri dari orang-orang Indo, Tionghoa, Ambon, Minahasa dan beberapa keluarga Sunda.

Orang-orang itu dikumpulkan dalam satu gedung besar yang masih utuh dekat stasiun Kiaracondong. Rencananya nyawa mereka akan dihabisi. Namun beruntunglah di saat-saat kritis itu, lima truk, satu jip dan dua tank Sherman berisi tentara Gurkha datang dari utara kota menyelamatkan orang-orang tersebut.

"Kalau tentara Inggris tidak keburu datang, saya yakin orang-orang laskar itu akan membantai mereka tanpa ampun," kenang Soedarja.

Di Bandung, hampir sebagian besar orang Eurasia (termasuk Belanda), Indo, Tionghoa dan orang-orang Indonesia yang dianggap pro Belanda telah menjadi korban kekacauan awal revolusi. Menurut sejarawan John R.W. Smail, itu terjadi sejak awal Oktober 1945 ketika atmosfer revolusi mulai terbentuk secara cepat dan sporadis.

"Seruan perang yang revolusiener yaitu 'siap!' mulai membahana (di seantero kota)," ungkap Smail dalam Bandung in The Early Revolution, 1945-1946.

Tetapi tidak semua orang-orang itu menjadi korban. Ada sebagian yang berhasil lolos dari maut saat Masa Bersiap. Selain berhasil diselamatkan tentara Inggris dan tentara Indonesia yang memang diinstruksikan untuk melindungi kaum eks interniran tersebut, juga karena sebelumnya orang-orang ini memiliki hubungan baik dengan kalangan bumiputera.

Tetap Mencintai Indonesia

Seperti Eleonore Therese Hauwert dan keluarganya. Perempuan kelahiran Tegal pada 1941 itu datang ke Bandung karena mengikuti ayahnya yang seorang prajurit KNIL (Tentara Kerajaan Hindia Belanda). Sekira tahun 1943, ayah Elly (panggilan akrab Eleonore) ditangkap tentara Jepang dan dibuang ke negeri Sakura itu untuk dihukum kerja paksa.

Sepeninggal suaminya, ibu Elly yang berkewarganegaraan Belanda, bekerja sebagai guru pada sebuah sekolah putri. Berbeda dengan keluarga Belanda umumnya yang sebelum Jepang datang memilih menghindari hubungan dengan kaum bumiputra, ibu Elly justru memiliki hubungan sangat baik dengan lingkungan rumahnya. Dia bahkan akrab sekali dengan murid-murid dan para pembantu rumahtangganya.

Persahabatan itu terbukti berguna saat suatu hari sekelompok pemuda melakukan razia terhadap kalangan Eropa dan Indo. Tanpa diminta, semua tetangga dan kawan-kawan keluarga Elly yang bumiputra melindungi mereka.

"Saya masih ingat kami mendapat penjagaan dan perlindungan yang ketat dari tetangga, murid-murid ibu dan para pembantu kami," ungkap Elly dalam memoarnya, Door de ogen van het Kind.

Sebagai bocah, tentu saja Elly merasa sangat takut hari-hari itu. Terlebih dia tahu banyak kawannya yang menjadi korban di Masa Bersiap itu. Bahkan ketika dia pindah ke Belanda dan menapaki usia dewasa, dia mengaku masih merasa trauma akan suasana mencekam tersebut.

Beruntung, berkat konsultasi psikologis secara rutin dari pekerja sosial di Belanda, rasa trauma itu perlahan hilang. Alih-alih diingatkan dengan suasana mencekam dan brutal, Elly malah lebih banyak mengingat kebaikan orang-orang Bandung dan suasana kotanya yang indah.

"Itulah yang membuat saya tetap mencintai Indonesia dan rakyatnya hingga kini," ujar Elly.

(mdk/noe)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Iduladha pada Zaman Kolonialisme Belanda, Warga Harus Bayar Pajak, kalau Menolak Hewan Kurban Dirampas Penjajah
Iduladha pada Zaman Kolonialisme Belanda, Warga Harus Bayar Pajak, kalau Menolak Hewan Kurban Dirampas Penjajah

Betapa nelangsanya hidup di bawah kekuasaan negara lain

Baca Selengkapnya
Sejarah Pertempuran Lima Hari Lima Malam, Perang Tiada Henti Pasukan TRI Melawan NICA di Kota Palembang
Sejarah Pertempuran Lima Hari Lima Malam, Perang Tiada Henti Pasukan TRI Melawan NICA di Kota Palembang

Perjuangan dan semangat yang dimiliki pasukan tentara Indonesia melawan Belanda demi mempertahankan kemerdekaan begitu besar dalam peristiwa ini.

Baca Selengkapnya
Kisah Burung Berpangkat Letnan Paling Berjasa Bagi Pejuang Indonesia Sampai Tewas Ditembak di Hadapan Komandan
Kisah Burung Berpangkat Letnan Paling Berjasa Bagi Pejuang Indonesia Sampai Tewas Ditembak di Hadapan Komandan

Bukan hanya manusia, ini sosok binatang paling berjasa dalam kemerdekaan Indonesia. Siapa yang dimaksud?

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Mengapa Orang Jawa Suka Makanan Manis? Ternyata Ini Jawabannya
Mengapa Orang Jawa Suka Makanan Manis? Ternyata Ini Jawabannya

Orang Jawa suka dengan makanan dengan cita rasa yang manis, ternyata memiliki filosofi dan sejarah panjang perjuangan bangsa.

Baca Selengkapnya
Nasib Buruk Para Noni Belanda di Indonesia Zaman Jepang, Sungguh Mengenaskan Banyak Dijadikan Wanita Penghibur
Nasib Buruk Para Noni Belanda di Indonesia Zaman Jepang, Sungguh Mengenaskan Banyak Dijadikan Wanita Penghibur

Kisah sedih para tahanan wanita asal Belanda usai tentara Jepang berhasil menguasai Nusantara.

Baca Selengkapnya
Napak Tilas Kediaman Tan Malaka, Jejak Semasa Hidup Sang Revolusioner Indonesia
Napak Tilas Kediaman Tan Malaka, Jejak Semasa Hidup Sang Revolusioner Indonesia

Kediaman salah satu tokoh revolusioner Indonesia yang tersohor ini sebagai salah satu saksi bisu ketika masa hidupnya.

Baca Selengkapnya
Sejarah Orang-orang Jawa Imigrasi ke Pulau Sumatera, Bekerja Jadi Buruh Tani Milik Belanda
Sejarah Orang-orang Jawa Imigrasi ke Pulau Sumatera, Bekerja Jadi Buruh Tani Milik Belanda

Sejak tingginya aktivitas imigrasi orang-orang Jawa ke Sumatera, mereka menetap dan membentuk sebuah komunitas.

Baca Selengkapnya
Melihat Sejarah Rampogan Macan, Tradisi Adu Harimau Lawan Manusia yang Populer di Tanah Jawa
Melihat Sejarah Rampogan Macan, Tradisi Adu Harimau Lawan Manusia yang Populer di Tanah Jawa

Sebuah pertunjukan antara Harimau Jawa dengan Manusia ini sangat populer di era kolonial Belanda. Suasananya pun terasa seperti menonton pertunjukan Gladiator.

Baca Selengkapnya
Sosok Nyi Mas Gamparan, Panglima Muslimah Asal Serang yang Tolak Keberadaan Belanda di Banten
Sosok Nyi Mas Gamparan, Panglima Muslimah Asal Serang yang Tolak Keberadaan Belanda di Banten

Wanita ini memimpin 30 perempuan dalam pertempuran melawan Belanda.

Baca Selengkapnya