Perwira TNI Tolak Dijadikan Jenderal oleh Presiden RI, Ternyata ini Alasannya
Merdeka.com - Bambang Widjanarko menjadi ajudan Presiden Sukarno dari tahun 1960-1967. Perwira KKO (Kini Marinir) TNI AL ini sempat ditawari menjadi jenderal oleh Bung Karno. Namun Bambang menolak. Apa alasannya?
Sebagai perwira menengah, Bambang tentu ingin mengikuti Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut. Hal ini merupakan syarat untuk peningkatan karirnya di masa depan.
Bambang mendaftar masuk Sesko tahun 1963 dan dinyatakan diterima. Ketika akan mengikuti pendidikan, dia melapor pada Bung Karno untuk meninggalkan tugasnya sebagai ajudan.
-
Kenapa Kolonel Bambang menolak jadi jenderal? Bambang menolak menerima begitu saja pangkat jenderal dari presiden, tanpa prosedur yang berlaku. Itu justru akan membuatnya dicemooh oleh sesama perwira dan merusak sistem yang berlaku.
-
Kapan Bambang menolak kenaikan pangkat? Saat itulah tawaran masuk Sesko datang.Kali ini Bambang yang menolaknya. Dia ingin mendampingi Sukarno di saat-saat terakhirnya.
-
Kenapa Hasjim Ning menolak tawaran menjadi ajudan Soekarno? Saat itu ia juga mendapat tawaran untuk menjadi ajudan Soekarno namun menolaknya karena tidak ingin terikat dengan protokoler.
-
Siapa yang menolak jadi jenderal? Bambang Widjanarko adalah Seorang Perwira KKO, kini Marinir TNI AL Dia menjadi ajudan presiden Sukarno tahun 1960-1967.
-
Kenapa Soekarno pilih mantan pegawai Jepang? Sedangkan mantan pegawai administrasi pemerintahan Jepang dipilih karena situasi Indonesia saat itu masih berada dalam masa sulit, di mana masih ada peralihan dari pihak Jepang ke pihak Sekutu.
-
Apa nama asli Soekarno? Soekarno dahulu terlahir dengan nama Kusno.
"Bung Karno terkejut dan menyatakan ketidaksetujuannya," tulis Bambang Widjanarko dalam buku Sewindu Dekat Bung Karno terbitan Kepustakaan Populer Gramedia.
Tak hanya itu, ketika bertemu Kepala Staf TNI AL. Bung Karno pun meminta agar pencalonan Bambang Widjanarko masuk Sesko dibatalkan. Tentu saja Kasal menuruti permintaan presiden. Masa tugas Bambang sebagai ajudan pun diperpanjang satu tahun.
Siapa Panglima Tertinggi?
Tahun berikutnya, Bambang mencoba mengajukan izin untuk ikut Sesko. Surat keputusan diterima di Sesko sudah dipegangnya. Namun lagi-lagi Bambang tidak diperbolehkan masuk Sesko oleh Bung Karno.
Januari 1965, kembali Bambang meminta izin Presiden. Pada permintaan ketiga ini Bung Karno agak kesal. Dipanggilnya Kasal Laksamana Martadinata dan Komandan KKO AL Mayjen Hartono ke Istana.
"Marta, dan kamu Hartono, siapa di antara kamu berdua yang jadi panglima tertinggi?" tanya Bung Karno pada dua pejabat itu.
"Pangti Angkatan Bersenjata Republik Indonesia adalah Bapak," jawab mereka.
"Nah dengarkan, saya sebagai Pangti memerintahkan kalian agar jangan mengeluarkan keputusan Bambang masuk Sesko atau meninggalkan istana," tegas Bung Karno.
Menurut BK, Bambang adalah perwira yang baik. Presiden senang dengan pribadinya dan masih dibutuhkan. Hanya Bung Karno yang berhak memutuskan kapan Bambang berhenti sebagai ajudan.
"Siap Pak," jawab kedua pimpinan TNI AL tersebut.
Mau Diangkat Jadi Jenderal Agustus
Setelah mengantar Laksamana Martadinata dan Mayjen Hartono, Bung Karno bertanya pada Kolonel Bambang. Kenapa dia sangat ingin masuk Sesko?
Bambang menjawab dengan jujur dan sopan. Sebagai prajurit, dirinya memikirkan karirnya di masa depan. Dia ingin menjadi jenderal atau perwira tinggi di kemudian hari.
"Peraturan menyebutkan untuk menjadi jenderal harus masuk Sesko terlebih dahulu. Itu sebabnya saya ingin masuk Sesko," jawab Bambang.
"Siapa bilang hanya lulusan Sesko yang bisa jadi jenderal? Yang mengangkat orang menjadi jenderal adalah saya, Pangti ABRI. Nanti bulan Agustus saya naikkan pangkatmu jadi Brigjen," balas Bung Karno.
Alasan Menolak Jadi Jenderal
Kolonel Bambang terkejut mendengar ucapan presiden. Dia langsung berdiri dengan sikap sempurna. Meminta presiden membatalkan rencana pengangkatannya sebagai jenderal bintang satu.
"Pak, saya mohon dengan sangat. Sudilah Bapak membatalkan niat itu. Saya keberatan menjadi jenderal Bulan Agustus nanti," kata Bambang.
Bung Karno terkejut dengan perkataan Bambang. "Kenapa kamu menolak jadi jenderal?"
Bambang menjelaskan dia ingin menjadi jenderal sesuai dengan prosedur yang berlaku dalam militer Indonesia. Dimulai dengan menjalani pendidikan di Sekolah Staf dan Komando, lalu diusulkan oleh atasannya di Angkatan Laut.
Bambang menolak menerima begitu saja pangkat jenderal dari presiden, tanpa prosedur yang berlaku. Itu justru akan membuatnya dicemooh oleh sesama perwira dan merusak sistem yang berlaku.
"Itu akan merusak l’esprit de corps. Saya tidak mau," tegas Bambang
Tetap Mendampingi Bung Karno
Mendengar penjelasan Bambang yang detil dan lugas, Bung Karno luluh. Dia membatalkan rencana pengangkatan ajudannya menjadi jenderal. Namun Bung Karno memintanya tetap tinggal di Istana sebagai ajudan. Bambang pun melaksanakan permintaan BK tersebut.
Setelah G30S PKI meletus pada 30 September 1965, peta politik Indonesia berubah. Kekuasaan Presiden Sukarno sedikit demi sedikit mulai beralih kepada Mayor Jenderal Soeharto.
Di akhir kekuasaan Presiden Sukarno inilah Bambang mendapat tawaran mengikuti pendidikan di Sesko. Sekitar tahun 1966-1967. Namun justru kali ini Bambang yang menolaknya. Dia meminta agar diberi tugas untuk mendampingi Bung Karno di saat-saat sulit.
Permintaan itu diluluskan oleh pimpinan TNI AL. Mereka berpesan agar Bambang menjaga Bung Karno sebaik-baiknya.
Kesempatan Bambang untuk benar-benar masuk Sesko tercapai pada tahun 1968. Saat itu Bung Karno sudah digantikan oleh Presiden Suharto.
Dia mengikuti pendidikan di Seskoad Bandung. Bambang sadar betul karirnya sudah sangat tertinggal setelah empat tahun batal masuk Seskoal. Namun dia mengaku tidak pernah menyesal dengan keputusannya. Bambang pensiun dengan pangkat kolonel.
"Yang penting saya merasa telah berusaha menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya," tutup Bambang. (mdk/ian)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Presiden sudah akan menaikkan pangkatnya bulan Agustus. Tapi dia menolak kesempatan langka menjadi jenderal.
Baca SelengkapnyaMomen Prabowo saat dicopot dari jabatannya di tubuh militer kembali jadi sorotan.
Baca SelengkapnyaPerjalanan karir militer seorang perwira tak bisa ditebak. Begitu juga dengan Kolonel Angkatan Darat ini.
Baca SelengkapnyaMemakai seragam militer saja nyaris sudah tidak pernah. Tapi kenapa Jenderal ini yang dipilih?
Baca SelengkapnyaNama Jenderal Wiranto sudah tak asing di telinga masyarakat Indonesia.
Baca SelengkapnyaPresiden Sukarno segera mencari sosok pengganti sementara panglima Angkatan Darat karena Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani diculik.
Baca SelengkapnyaBerikut anak pantai yang jatuh cinta pada Angkatan Laut malah menjadi perwira Angkatan Darat.
Baca SelengkapnyaPerayaan ulang tahun ke-66 itu dihadiri keluarga dan teman-teman terdekat secara sederhana di salah satu ruangan di Istana Bogor.
Baca SelengkapnyaNama Sjafrie Sjamsoeddin ramai dibicarakan lantaran adanya penolakan dirinya masuk dalam kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Baca SelengkapnyaJenderal sepuh Try Sutrisno menjadi perbincangan publik saat Puncak acara HUT ke-79 TNI di lapangan Silang Monumen Nasional (Monas) Jakarta Pusat.
Baca SelengkapnyaSosok jenderal sepuh TNI jadi sorotan usai Presiden Jokowi kedapatan tak menyalaminya.
Baca SelengkapnyaAdab Prabowo saat menolak duduk di tengah para senior dan komandannya dulu semasa menjadi prajurit TNI mendapat sorotan.
Baca Selengkapnya