32 Biksu Thailand Lakukan Prosesi Cuci Kaki di Cirebon, Intip Makna Mendalamnya
Merdeka.com - Sebanyak 32 biksu melakukan perjalanan rohani dari Nakhon Si Thammarat, Thailand menuju Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan kini telah sampai di wilayah Cirebon, Jawa Barat, Kamis (18/5) sore. Di sana, mereka lantas beristirahat dan menjalani prosesi cuci kaki.
Kegiatan itu dilakukan oleh umat Buddha yang ada di wilayah Kota Cirebon, Jawa Barat, dengan makna khusus. Warga setempat turut antusias menyambut kedatangan biksu-biksu tersebut.
“Pertama kali ketika biksu Thudong itu datang, kita sambut dengan prosesi cuci kaki,” kata warga Cirebon yang melaksanakan kegiatan pencucian kaki 32 biksu, Welli Widadi, dikutip dari kanal YouTube Fokus Indosiar, Jumat (19/5).
-
Siapa yang disambut warga Cirebon? Pegi Setiawan tiba di rumahnya di Cirebon, Jawa Barat pada Selasa (9/7) siang usai dibebaskan dari tahanan Polda Jawa Barat.
-
Bagaimana masyarakat mendapatkan berkah dari Kirab Kebo Bule? Beberapa orang percaya, sisa makanan, bunga, dan kotoran kerbau yang keluar saat kirab dianggap bisa membawa berkah.
-
Bagaimana pawai takbiran Cirebon dijalankan? Saat malam takbiran, karakter ini diarak keliling kecamatan, dengan iringan musik salawat dan tantunan takbir. Warga yang hadir juga akan mengikuti lantunan gema takbir dengan bahagia.
-
Di mana pawai takbiran Cirebon dilangsungkan? Biasanya pawai ini diiringi musik-musik Islami, dan diadakan di sepanjang jalan desa hingga kecamatan.
-
Dimana biksu itu ditemukan? Dalam unggahan tersebut terdapat foto seorang biksu dengan narasi sebagai berikut:'Baru saja ditemukan seorang biksu dalam gua di pegunungan dekat Waduk Karangkates malang.
-
Dimana acara budaya tersebut diadakan? Diadakan di kompleks kawasan bersejarah Kota Tua, Semarang, hadir pada pagelaran budaya tersebut Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, Wakil Bupati Karangasem, I Wayan Artha Dipa, Ketua TP PKK Kota Denpasar, Ny. Sagung Antari Jaya, serta Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, Raka Purwantara.
Menyiram kaki para biksu
©2023 YouTube Fokus Indosiar/ Merdeka.com
Para biksu sendiri ketika datang langsung diarahkan untuk masuk ke halaman rumah Welli. Di sana sejumlah umat Buddha di Kota Cirebon sudah bersiap untuk menyiramkan air bersih dan mengelapnya dengan kain putih secara sukarela.
Kegiatan ini diikuti khususnya oleh anak-anak dan remaja yang berjajar dan membantu pencucian kaki secara bergantian.
Menurut Welli, terdapat makna mendalam sebagai bentuk penghormatan yang dilakukan oleh kalangan muda terhadap biksu yang memiliki ilmu lebih tinggi.
Penghormatan dan ungkapan berbakti kepada para guru
©2023 YouTube Fokus Indosiar/ Merdeka.com
Welli melanjutkan, jika penghormatan ini memiliki posisi yang lebih tinggi. Umat Buddha di Cirebon meyakini bahwa 32 biksu tersebut merupakan orang tua sekaligus guru yang mengayomi kehidupan.
“Nah cuci kaki ini maknanya kita berbakti kepada guru kita, kepada para biksu atau kepada para orang tua kita,” tambahnya.
Setelah rangkaian prosesi cuci kaki selesai, biksu-biksu itu lantas beristirahat di ruangan rumah, sembari dijamu minum. Hal ini karena selama melakukan perjalanan, mereka tidak membawa bekal makanan maupun minuman sama sekali sebagai bentuk ketaatan.
Sehari-hari, makanan dan minuman didapatkan dari masyarakat yang menyambut di pinggir jalan sebagai bentuk toleransi keagamaan.
Jalankan ritual Thudong untuk menjadi Buddha
Dikutip dari Liputan6, para biksu ini melakukan jalan kaki dari Thailand menuju Candi Borobudur di Magelang untuk menyambut hari raya Waisak. Kegiatan ini diberi nama Thudong yang artinya perjalanan suci spiritual.
Ini juga memiliki arti kehidupan mengembara, bertapa, menyendiri dan meditatif. Adapun perjalanan ini dilakukan oleh penganut Buddha dengan mazhab Theravada.
Dalam praktiknya, mereka tidak membawa uang dan perbekalan sehingga didapatkan dari umat yang mereka lintasi. Untuk makanan dan minuman yang dikonsumsi pun tidak boleh berlandaskan kesenangan duniawi dan harus sesuai kebutuhan.
Dikutip dari Instagram @youngbuddhistassociation, untuk waktu makannya sendiri diatur. Biksu-biksu itu hanya bisa makan makanan di pagi dan siang hari, mulai dari matahari terbit sampai tepat tengah hari. Setelah waktu itu, mereka hanya boleh minum sampai esok pagi. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tercatat ada 43 Bhiksu Thudong yang hadir. Mereka berasal dari sejumlah negara seperti Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Korea Selatan.
Baca SelengkapnyaKegiatan ini menjadi simbol penyucian diri umat Tri Dharma guna menghapus segala keburukan hati dan pikiran serta kembali suci.
Baca SelengkapnyaAda alasan mendasar ritual yang disebut Thudong itu diberangkatkan dari TMII, Jakarta.
Baca SelengkapnyaMereka akan melakukan ritual Thudong menuju Vihara Sima 2500 Buddha Jayanti yang ada di tengah lembah Bukit Kassapa Pakintelan
Baca SelengkapnyaPara Bhikkhu Thudong melepas lentera saat prosesi Walking Meditation di Taman Mini Indonesia Indah.
Baca SelengkapnyaIbadah puja bakti Waisak di Vihara Sakyamuni, Banda Aceh, ini mengusung tema 'Keharmonisan'.
Baca SelengkapnyaPerjalanan Thudong yang akan dilakukan biksu dari Malaysia, Singapura, Thailand, dan Indonesia ini untuk menyambut perayaan Hari Tri Suci Waisak 2568 BE.
Baca SelengkapnyaAcara basuh kaki diadakan Perkumpulan Boen Hian Tong di Gedung Rasa Dharma, Jalan Gang Pinggir, Semarang, Kamis (8/2).
Baca SelengkapnyaWarga keturunan Tionghoa sibuk membersihkan patung di Wihara Amurva Bhumi.
Baca SelengkapnyaUpacara Melasti di Pantai Parangtritis berhasil mendongkrak kunjungan wisatawan
Baca SelengkapnyaDalam ritual ini, mereka wajib melepaskan pakaian umat awam, dan kemudian menggantinya dengan jubah.
Baca Selengkapnya