Malam Nisfu Syaban berdasarkan Penjelasan Ulama, Benarkah punya Keistimewaan?
Keutamaan Malam Nisfu Syaban begitu besar. Banyak amalan-amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan di malam itu. Tapi, benarkah malam itu istimewa?
Malam Nisfu Syaban dianggap sebagai malam yang mulia oleh sebagian orang. Keutamaannya luar biasa hingga orang-orang mengkhususkan amalan di malam ini. Tapi, benarkah malam Nisfu Syaban punya keistimewaan?
Malam Nisfu Syaban berdasarkan Penjelasan Ulama, Benarkah punya Keistimewaan?
Bulan Syaban adalah bulan yang kita lalui sebelum masuk ke bulan Ramadan. Bulan ini mendapatkan namanya karena di waktu ini, banyak orang Arab berpencar-pencar mencari air atau berpencar di gua-gua setelah melalui bulan Rajab. Ibnu Hajar Al-‘Asqalani mengatakan:
“Dinamakan Sya’ban karena mereka berpencar-pencar mencari air atau di dalam gua-gua setelah bulan Rajab Al-Haram. Sebab penamaan ini lebih baik dari yang disebutkan sebelumnya. Dan disebutkan sebab lainnya dari yang telah disebutkan.” (Fathul-Bari, Bab Shaumi Sya’ban).
-
Kenapa malam Nisfu Syaban dianggap istimewa? Malam Nisfu Syaban disebut oleh malam yang istimewa oleh sejumlah kalangan, karena dianggap memiliki banyak keutamaan dan rahmat dari Allah SWT.
-
Kenapa Malam Nisfu Syaban istimewa? Malam Nisfu Syaban jatuh pada tanggal 15 bulan Syaban, setengah dari bulan Syaban. Nisfu Syaban memiliki keistimewaan karena pada malam ini, Allah SWT memberikan ampunan kepada hamba-Nya dan menetapkan takdir selama setahun ke depan.
-
Kenapa malam Nisfu Syaban istimewa? Bagaimana tidak, malam Nisfu Syaban dipercaya sebagai malam di mana Allah SWT menentukan takdir hamba-Nya untuk tahun yang akan datang.
-
Kenapa Malam Nisfu Syaban penting bagi umat Islam? Oleh karena itu, umat Islam pun beramai-ramai menyambutnya dengan berbagai amalan dan doa malam Nisfu Syaban.
-
Apa yang istimewa dari sholat Nisfu Syaban? Keutamaan Nisfu Sya'ban terutama ditandai dengan tradisi keagamaan seperti berpuasa dan beribadah malam, yang diyakini dapat mendatangkan keberkahan dan ampunan dari Allah SWT.
Syaban termasuk bulan yang mulia, namun sayang, Syaban juga disebut sebagai bulan di mana manusia lalai.
Usamah bin Zaid berkata,
“Katakanlah wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa selama sebulan dari bulan-bulannya selain di bulan Syaban”.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Bulan Syaban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.”
(HR. An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Dalam bulan Syaban ini, terdapat malam yang bagi sebagian orang begitu dimuliakan. Malam ini disebut sebagai malam Nisfu Syaban, yang dikatakan Allah SWT akan mendatangi makhluk-Nya, dan memberikan banyak ampunan kecuali pada orang musyrik dan yang bermusuhan.
Keutamaan malam Nisfu Syaban memang terdengar luar biasa. Namun, banyak pula ulama yang menilai bahwa hadis-hadis tentang keutamaan malam Nisfu Syaban tersebut adalah dhaif.
Dalam artikel ini, kami akan mengulas lebih lanjut tentang malam Nisfu Syaban yang dianggap memiliki keistimewaan dan amalan-amalan khusus di dalamnya.
Keistimewaan Malam Nisfu Syaban
Malam Nisfu Syaban adalah malam di pertengahan bulan Syaban dan dianggap sebagai malam yang mulia oleh sebagian orang. Bahkan, ada amalan-amalan khusus yang mereka kerjakan di malam tersebut.
Keistimewaan malam Nisfu Syaban didasarkan pada beberapa hadis. Salah satu hadis yang populer di masyarakat tentang malam Nisfu Syaban berasal dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, yang menyebut bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Allah mendatangi seluruh makhluk-Nya pada malam Nisfu Syaban. Dia pun mengampuni seluruh makhluk kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.”
Dalam hadis tersebut disebutkan bahwa pada malam nisfu Syaban, Allah SWT akan mendatangi makhluk-Nya dan memberikan ampunan dosa.
Selain hadis tersebut, ada pula hadis dari Aisyah, di mana beliau menuturkan:
Aku pernah kehilangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian aku keluar, ternyata beliau di Baqi, sambil menengadahkan wajah ke langit. Nabi bertanya;
Malam Turunnya Al Quran
Keistimewaan malam Nisfu Syaban tak sampai di situ. Malam di pertengahan bulan Syaban ini juga dianggap sebagai malam diturunkannya Al Quran. Dalam surat Ad Dukhan ayat 3 dan 4 disebutkan bahwa,
“Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Quran di malam yang berkah, dan sesungguhnya Kami yang memberi peringatan. Di malam itu diturunkan setiap takdir dari Yang Maha Bijaksana.”
Dari ayat tersebut, Ikrimah rahimahullah menjelaskan bahwa malam yang diberkahi dalam ayat tersebut adalah malam Nisfu Syaban.
Ikrimah mengatakan:
“Sesungguhnya malam tersebut adalah malam nisfu syaban. Di malam ini Allah menetapkan takdir setahun.” (Tafsir Al-Qurtubi, 16/126).
Bagaimana Penjelasan Ulama?
Terkait keutamaan malam nisfu Syaban, Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Tidak ada satu dalil pun yang sahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. Dan dalil yang ada hanyalah dari beberapa tabi’in yang merupakan fuqoha’ negeri Syam.” (Lathoif Al Ma’arif). Abul ‘Ala Al Mubarakfuri, penulis Tuhfatul Ahwadzi, juga mengatakan seperti itu.
Berkaitan dengan hadis dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Al-Mundziri dalam At-Targhib mengatakan, “Dikeluarkan oleh At-Thobroni dalam Al Awsath dan Ibnu Hibban dalam kitab Sahihnya dan juga oleh Al-Baihaqi. Ibnu Majah pun mengeluarkan hadis dengan lafazh yang sama dari hadits Abu Musa Al-Asy’ari. Al-Bazzar dan Al-Baihaqi mengeluarkan yang semisal dari Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu dengan sanad yang tidak mengapa.”
Demikian perkataan Al Mundziri.
Penulis Tuhfatul Ahwadzi kemudian mengatakan, “Pada sanad hadis Abu Musa Al-Asy’ari yang dikeluarkan oleh Ibnu Majah terdapat Lahi’ah dan ia adalah perawi yang dinilai dha’if.”
Kemudian hadit dari Aisyah memiliki riwayat dari At-Turmudzi, Ibn Majah dari jalur Hajjaj bin Arthah dari Yahya bin Abi Katsir dari Urwah bin Zubair dari Aisyah.
At-Turmudzi menegaskan: “Saya pernah mendengar Imam Bukhari mendhaifkan hadis ini.” Lebih lanjut, Imam Bukhari menerangkan: “Yahya tidak mendengar dari Urwah, sementara Hajaj tidak mendengar dari Yahya.” (Asna Al-Mathalib, 1/84).
Ibnul Jauzi mengutip perkataan Ad-Daruquthni tentang hadit ini:
“Diriwayatkan dari berbagai jalur, dan sanadnya goncang, tidak kuat.” (Al-Ilal Al-Mutanahiyah, 3/556
Meski begitu, hadis ini disahihkan oleh Al-Albani, karena kelemahan yang ada di dalamnya bukanlah kelemahan yang parah, sementara hadis ini memiliki banyak jalur, dan bisa terangkat menjadi sahih dan diterima. (Silsilah Ahadits Dhaifah).
Benarkah Al Quran Turun saat Nisfu Syaban?
Berkaitan dengan malam Nisfu Syaban sebagai malam diturunkannya Al Quran, Ibnu Katsir mengatakan:
Allah berfirman menceritakan tentang Al-Quran bahwa Dia menurunkan kitab itu pada malam yang berkah, yaitu lailatul qadar. Sebagaimana yang Allah tegaskan di ayat yang lain, (yang artinya);
“Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Quran di lailatul qadar.” Dan itu terjadi di bulan Ramadan, sebagaimana yang Allah tegaskan, (yang artinya); “Bulan Ramadan, yang mana di bulan ini diturunkan Al-Quran. Karena itu, siapa yang mengatakan, yang dimaksud malam pada ayat di atas adalah malam nisfu syaban – sebagaimana riwayat dari Ikrimah – maka itu pendapat yang terlalu jauh, karena nash Al-Quran dengan tegas bahwa malam itu terjadi di bulan Ramadan.
(Tafsir Ibn Katsir)
Dengan demikian, pendapat yang kuat tentang malam yang berkah seperti yang disebutkan pada surat Ad Dukhan ayat 3 dan 4 adalah malam Lailatul Qadar di bulan Ramadan, bukan malam nisfu Syaban.
Penjelasan Amalan di Malam Nisfu Syaban
Belum ditemukan satu pun riwayat sahih yang menganjurkan amalan khusus maupun ibadah tertentu di malam Nisfu Syaban. Hadis yang menjelaskan tentang malam Nisfu syaban juga hanya menunjukkan bahwa Allah mengampuni semua hamba-Nya, tanpa adanya penjelasan tentang amalan tertentu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Janganlah mengkhususkan malam Jum’at dari malam lainnya untuk sholat. Dan janganlah mengkhususkan hari Jum’at dari hari lainnya untuk berpuasa.” (HR. Muslim).
Maksud dari hadis tersebut adalah, seandainya ada pengkhususan suatu malam tertentu untuk melakukan ibadah, tentu malam Jumat lebih utama untuk dikhususkan daripada malam lainnya. Karena malam Jumat lebih utama daripada malam-malam lainnya. Dan hari Jumat adalah hari yang lebih baik dari hari lainnya,
“Hari yang baik saat terbitnya matahari adalah hari Jum’at.” (HR. Muslim).
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan agar tidak mengkhususkan malam Jumat dari malam lainnya dengan sholat tertentu, ini menunjukkan bahwa malam-malam lainnya, termasuk malam nisfu Syaban, lebih utama untuk tidak dikhususkan dengan suatu ibadah kecuali jika ada dalil yang mendukungnya.
(At Tahdzir minal Bida’)
Terakhir, Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah mengatakan,
“Malam nisfu Syaban sebenarnya seperti malam-malam lainnya. Janganlah malam tersebut dikhususkan dengan sholat tertentu. Jangan pula mengkhususkan puasa tertentu ketika itu. Namun yang perlu diperhatikan, kami sama sekali tidak mengatakan, “Barangsiapa yang biasa bangun sholat malam, janganlah ia bangun pada malam Nishfu Syaban. Atau barangsiapa yang biasa berpuasa pada ayyamul biid (tanggal 13, 14, 15 H), janganlah ia berpuasa pada hari Nisfu Syaban (15 Hijriyah).” Ingat, yang kami maksudkan adalah jangan mengkhususkan malam Nisfu Syaban dengan sholat tertentu atau siang harinya dengan puasa tertentu.” (Liqo’ Al Bab Al Maftuh).