Mengenal Serikat Buruh Kung Tang Hwe Koan, Pelopor Aksi May Day Pertama di Indonesia dan Asia
Peringatan May Day pertama di Indonesia dan Asia dimulai dari Surabaya lewat Serikat Buruh Kung Tang Hwe Koan
Peringatan May Day pertama di Indonesia dan Asia dimulai dari Surabaya lewat Serikat Buruh Kung Tang Hwe Koan
Mengenal Serikat Buruh Kung Tang Hwe Koan, Pelopor Aksi May Day Pertama di Indonesia dan Asia
Pada 1884 sekelompok buruh di Amerika serikat merasakan kondisi kerja yang tak menguntungkan.
Pekerja-pekerja itu diupah tak layak. Hak keamanan dan keselamatan kerja juga diabaikan perusahaan, puncaknya adalah durasi kerja yang tak masuk akal.
Bayangkan, kala itu buruh diwajibkan bekerja selama 14, 16 bahkan hingga 18 jam dalam satu hari.
Kondisi ini membuat para buruh mengalami penurunan kesehatan fisik, maupun mental karena dipaksa menjalani pekerjaan melebihi jam yang seharusnya.
-
Kapan Hari Buruh diperingati? Hari Buruh Internasional rutin diperingati setiap 1 Mei sebagai bentuk solidaritas atas perjuangan kaum buruh.
-
Kenapa Hari Buruh diperingati? Peringatan ini tak lain untuk merayakan pencapaian para pekerja.
-
Apa yang dirayakan di Hari Buruh? Tujuan tersebut adalah memberi kesempatan bagi para buruh untuk memberikan penghormatan dan pengakuan terhadap peran pekerja dalam banyak hal seperti pembangunan infrastruktur dan penyediaan layanan penting bagi masyarakat.
-
Apa arti perayaan Hari Buruh? Hari Buruh atau May Day diperingati setiap tanggal 1 Mei di seluruh dunia. Momen tersebut dapat menjadi wujud apresiasi untuk perjuangan kaum buruh di berbagai negara.
-
Kenapa Hari Buruh penting? Hari Buruh atau May Day juga menjadi simbol perjuangan untuk demokrasi, kemerdekaan dan persamaan di seluruh dunia.
Di abad ke-19, gejolak pekerja di seluruh dunia sebenarnya sudah mulai terjadi. Belum lama dari sana, perusahaan-perusahaan bonavide ramai-ramai melakukan revolusi industri sehingga banyak tenaga kerja yang tersingkir. Imbasnya, para buruh tidak mendapat jaminan kerja yang layak.
Agaknya, kondisi serupa juga terjadi di wilayah Asia termasuk Indonesia.
Negara yang saat itu bernama Hindia Belanda ini juga memiliki sistem kerja yang miris, lewat dominasi kolonialisme Eropa.
Celakanya, banyak pekerja yang meregang nyawa karena berlakunya sistem kerja paksa rodi maupun tanam paksa cultuur stelsel.
Dalam jurnal Indonesia History (JIH) yang ditulis Angghi Novita dari Program Studi Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang berjudul “Gerakan Sarekat Buruh Semarang Tahun 1913 - 1925” disebutkan bahwa para pekerja di kawasan industri seperti Semarang dan Surabaya sudah sadar akan pemenuhan haknya.
Bahkan di awal tahun 1900 an, mereka sudah mulai melakukan aksi mogok kerja sebagai bentuk protes sosial.
Gerakan Buruh di Indonesia Bermula dari Surabaya
Mengutip catatan yang dimuat di laman unesa.ac.id, gerakan buruh secara bawah tanah sebenarnya sudah tampak sejak awal tahun 1900-an di Hindia Belanda.
Pelopornya adalah para pekerja kasar yang tidak mendapat haknya secara layak, dan berada di wilayah pantai utara Jawa Tengah sampai Jawa Timur.
Kelompok buruh yang diklaim pertama kali melakukan aksi protes tersebut adalah serikat Kung Tang Hwe Koan dari Surabaya.
Serikat Buruh Kung Tang Hwe Koan Pelopor May Day di Indonesia
Menurut catatan lainnya, Kung Tang Hwe Koan juga diklaim sebagai kelompok pekerja yang melakukan aksi protes dan demo terkait hak pekerjaan untuk pertama kali di Hindia Belanda bahkan Asia.
Menariknya, anggota yang ikut tidak hanya etnis Tionghoa, melainkan juga golongan sosialis Eropa yang tergabung ke dalam Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda atau ISDV.
Salah satu anggota ISDV, Sneevliet sempat menuliskan peristiwa hari buruh pertama itu berjudul “Onze eerste 1 Mei viering,” atau jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti 1 Mei Pertama Kita.
Merupakan Serikat Buruh Cabang Shanghai
Serikat buruh Kung Tang Hwe Koan sendiri, sebenarnya bukan asli bentukan para pekerja etnis Tionghoa di Indonesia.
Gagasan ini sebelumnya berasal dari negeri Tirai Bambu, dengan markas besarnya berada di Shanghai.
Walau bukan dibentuk di Indonesia, serikat buruh ini bisa memiliki anggota sampai ratusan orang. Namun mereka tidak terpusat di satu wilayah, karena anggotanya menyebar.
Ketika itu, aksi hari buruh juga sudah dilakukan dengan cara mogok bekerja dan fokus melakukan orasi di depan gedung-gedung yang dianggap vital dan mau mendengar keluh kesah buruh.
Tak Menarik Minat Pekerja Pribumi
Walau sudah diberitakan secara masif oleh surat kabar setempat, nyatanya perayaan hari buruh pertama itu dianggap sepi. Bahkan tidak ada kalangan pribumi Indonesia sama sekali. Padahal, banyak di antara mereka yang membutuhkan keadilan.
Kondisi ini turut diamati oleh Sneevliet yang kala itu merasa kecewa karena tidak ada satu orang pun pribumi yang hadir di lokasi.
Namun begitu, peringatan hari buruh pertama di Indonesia dan Asia itu menjadi tonggak perhelatan serupa di tahun-tahun berikutnya, dengan jumlah peserta yang semakin bertambah.
Pekerja yang Menggelar Aksi Hari Buruh Dianggap Komunis.
Di era-era selanjutnya, hari buruh mulai dikenal oleh masyarakat pribumi dan terus diadakan setiap tanggal 1 mei.
Namun sebuah fakta mencengangkan justru terjadi di masa paska kemerdekaan atau pemerintahan Soeharto.
Ketika itu zaman orde baru. Banyak upaya pembungkaman kepada masyarakat oleh pihak pemerintah. Bahkan sempat muncul pernyataan dari pusat bahwa para buruh yang memperingati May Day akan dicap sebagai kelomok komunis.
Sebenarnya ketika itu, buruh banyak yang menuntut untuk pemenuhan jam kerja selama 8 jam sehari. Ini mempengaruhi kondisi dan kesehatan dari pekerja itu sendiri.
Tahun 2013 bisa dikatakan sebagai titik terang baru dari para buruh. Ketika itu pemerintahan dijabat oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). SBY kemudian menampung aspirasi buruh dan kelas pekerja, dengan menetapkan hari libur nasional setiap tanggal 1 Mei.
Itulah sedikit kisah tentang serikat buruh pertama di Indonesia, termasuk perayaan May Day dari tahun ke tahun.