Mengunjungi Sentra Keramik di Kiaracondong, Bisa jadi Alternatif Wisata Akhir Tahun
Merdeka.com - Momen Natal dan tahun baru biasanya dinantikan oleh segenap keluarga untuk merencanakan liburan. Sentra keramik di Kiaracondong, Kota Bandung, Jawa Barat kiranya bisa jadi alternatif destinasi wisata untuk mengisi waktu luang.
Di tempat ini, pengunjung bisa melihat secara langsung proses pembuatan barang tembikar dari perajinnya langsung. Menariknya, pengerjaan keramik-keramik cantik di sini dilakukan secara tradisional.
Lokasi legendaris ini berada di Jalan Stasiun Kiaracondong Lama, Babakansari, Kota Bandung.
-
Dimana pengunjung bisa melihat langsung proses produksi rotan? Terkat kunjungan, biasanya mulai ramai di akhir pekan atau masa-masa liburan sekolah. Puluhan hingga ratusan siswa datang, didampingi guru untuk melihat langsung produksi rotan di Desa Trangsan yang kebanyakan belum memakai mesin modern. Biasanya, rombongan akan dikumpulkan di halaman balai desa untuk selanjutnya dikenalkan dengan produk rotan dari Desa Trangsan.
-
Siapa yang membuat tembikar itu? Sebuah studi baru di Quaternary Science Review membantah keyakinan lama bahwa suku Aborigin Australia tidak membuat tembikar. Para peneliti di Pusat Keunggulan Dewan Penelitian Australia untuk Keanekaragaman Hayati dan Warisan Australia bermitra dengan komunitas Aborigin Dingaal dan Ngurrumungu untuk pertama kalinya melakukan penggalian di Jiigurru (Pulau Kadal).
-
Bagaimana proses pembuatan gerabah di desa wisata ini? Saat berkunjung ke desa ini, pengunjung dapat melihat langsung proses pembuatan gerabah secara tradisional, mulai dari pemilihan tanah liat hingga proses pembakaran.
-
Dimana tembikar itu ditemukan? Meskipun situs tersebut hanya berukuran kurang dari 1 meter, 82 pecahan tembikar yang digali selama dua tahun memiliki dampak yang luas. 'Tidak adanya tembikar di Australia, sebagaimana dicatat oleh para pengamat Eropa awal dan terkini, mencerminkan dan digunakan untuk mendukung hierarki evolusi sosial rasis yang mencirikan masyarakat Aborigin sebagai masyarakat yang tidak memiliki kompleksitas budaya,' jelas penelitian tersebut, dikutip dari laman Artnet.
-
Bagaimana cara para perajin Tumang membuat kerajinan tembaga? 'Kebanyakan kalau yang tua-tua, mereka pintar gambar pintar mengerjakan. Tapi kalau untuk pemahat, banyak anak muda yang nggak bisa. Mereka nggak mau ribet. Misalnya sesuatu yang seharusnya dikasih garis dulu, mereka nggak mau kasih garis soalnya kelamaan atau terlalu rumit,'
Sudah Ada Sejak 1991
©2022 Dokumentasi Pemkot Bandung/Merdeka.com
Mengutip laman Pemkot Bandung, Jumat (23/12), tempat pembuatan keramik ini termasuk legendaris. Ini karena awal mula produksinya sudah berlangsung sejak tahun 1991 silam.
Saat ini, tempat tersebut dikelola oleh generasi ketiga, bernama Dikdik. Menurut dia, terdapat masa-masa jatuh bangun dari usahanya itu. Bisnis kerajinan keramik tak menjamin selalu ramai atau tinggi pesanan.
"Dulu, di sini ada 30 pengrajin. Tapi sekarang sisa satu, saya saja. Mungkin karena lemah dalam persaingan atau tidak memahami produksinya," terang Dikdik yang ditemui beberapa waktu lalu.
Hasilkan Guci sampai Suvenir Cantik
Menurut Dikdik, tempatnya tidak hanya menyediakan berbagai jenis guci besar. Melainkan juga sejumlah suvenir kecil yang cantik.
"Ukuran besar per harinya itu sekitar 8 buah. Sementara yang diameter kecilnya itu 4 buah. Tapi banyak lagi apa ada ruangan yang kecil-kecilnya diisi sama yang lebih kecil lagi," katanya.
Dia mengungkapkan, selama pandemi kemarin, usahanya malah untung besar. Berbeda dengan sektor lain, permintaan guci pun kian meningkat setiap waktunya.
Tak hanya yang berkualitas bagus, barang yang sedikit tidak rapi di rumah produksinya juga sampai habis.
"Mungkin karena saat pandemi itu orang-orang mencari kesibukan lain. Salah satunya jadi banyak yang hobi menanam. Makanya penjualan pot itu semakin banyak. Ini seumur-umur saya usaha keramik, baru pernah seperti itu kondisinya," katanya.
Dikerjakan di Tungku Tradisional
Dalam proses pembuatannya, hal yang paling banyak menyita perhatian dari pengunjung adalah proses pembakarannya yang masih menggunakan tungku tradisional.
"Saya bikin tungku sendiri itu bisa. Butuh Rp200 juta untuk membuat tungku," lanjutnya.
Dikdik mengatakan, proses pembuatan tembikar sendiri termasuk tidak sulit. Namun, yang jadi tantangan usahanya saat ini adalah ketersediaan bahan baku sampai dengan cuaca.
"Kalau cuaca cerah itu bisa kita keringkan seminggu. Kalau tidak, bisa 2-3 minggu. Bahan baku juga kalau jelek akan berdampak pada hasilnya," tuturnya.
Terjual Sampai Brasil
Adapun barangnya saat ini masih terus melayani permintaan dari berbagai daerah. Bahkan, Dikdik menyebut jika gucinya pernah dibeli langsung oleh warga Brazil dengan pengiriman barangnya menggunakan peti kemas.
Untuk produk yang masih banyak peminatnya ada di guci dan cendera mata. Kemudian ada juga pot bunga dengan motif-motif tumbuhan yang sedang tren.
"Ada yang pesan dari Brasil. Mereka beli langsung ke sini. Lalu barangnya kita kirim dengan peti kemas," katanya.
Penjualannya sendiri saat ini masih dilakukan secara offline sehingga konsumen yang tertarik bisa mendatangi langsung ke tempat workshop-nya.
"Kita masih offline. Kalau online itu dibantu sama saudara," jelasnya.
Jadi Potensi Wisata
Menanggapi ini, usaha keramik di sentra kawasan Kiaracondong Lama bisa menjadi alternatif dan potensi wisata unik di Kota Bandung. Untuk itu, pihak kecamatan terus mendukung geliat usaha ini.
"Pemerintah kecamatan akan terus mendorong dalam melestarikan budaya ini. Hanya tersisa satu yang bertahan untuk terus melanjutkan seni keramik," kata Sekretaris Camat Kiaracondong, Amin Jarkasih.
Selain Amin, Gubernur Jabar, Mochamad Ridwan Kamil juga sempat meminta agar Dikdik bisa terus melanjutkan usaha tersebut sehingga bisa menjadi ciri khas dan destinasi seni.
"Meskipun sudah lama, tapi bisa kita hidupkan kembali. Mahasiswa dari ITB juga sering ke sini. Mereka belajar langsung seni rupa keramik di setra kami," tambah Dikdik. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masyarakat di kawasan Plered sudah menekuni kerajinan ini sejak zaman kolonial Belanda.
Baca SelengkapnyaDesa wisata gerabah ini dikenal sebagai pusat kerajinan gerabah terbesar di Indonesia.
Baca SelengkapnyaDekranas juga sangat ketat memfokuskan kepada hasil kerajinan Indonesia yang menggunakan bahan baku lokal.
Baca SelengkapnyaWisatawan bisa melihat langsung proses pembuatan gula kelapa secara tradisional
Baca SelengkapnyaLiburan di Bali lebih menginspirasi dengan ikutan workshop seru ini!
Baca SelengkapnyaSalah satu masalah yang dihadapi para perajin saat ini adalah tidak adanya regenerasi pembuat keramik di sana.
Baca SelengkapnyaRombongan ingin melihat secara dekat denyut kehidupan dan ekonomi Desa Bonjeruk.
Baca SelengkapnyaTak hanya kawasan wisata, tempat ini juga termasuk zona pemanfaatan hutan yang dikelola oleh Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).
Baca SelengkapnyaPembuatan lurik tradisional ini bisa disaksikan langsung di halaman rumah warga di Kedungampel
Baca SelengkapnyaKerajinan batik kayu merupakan potensi yang begitu menonjol di Desa Krebet. Kerajinan ini pertama kali muncul pada tahun 1970.
Baca SelengkapnyaDi kampung Cipari ada puluhan perajin golok dengan metode pembuatannya yang masih tradisional.
Baca SelengkapnyaMuseum ini merupakan bentuk dedikasi seniman Timbul Raharjo terhadap kampung halamannya tercinta.
Baca Selengkapnya