70 Persen Kasus DBD di Jakarta Menjangkit Anak SD dan SMP
Berdasarkan data RSUD Taman Sari tidak ada korban jika dalam kasus DBD tahun ini.
Berdasarkan data RSUD Taman Sari tidak ada korban jika dalam kasus DBD tahun ini.
-
Di mana kasus DBD paling banyak terjadi di Jakarta? 'Penyebaran DBD meningkat terutama di Jakarta Selatan saat ini di angka sekitar 500 kasus,' kata Heru dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa (26/3).
-
Kenapa DBD meningkat di Jakarta Barat? Memang, Jakarta Barat menyumbang penyebaran kasus DBD tertinggi hingga 26 Maret 2024 dengan jumlah kasus mencapai 716, disusul Jakarta Selatan 576, Jakarta Timur 562, Jakarta Utara 262 kasus, Jakarta Pusat 172 dan Kepulauan seribu 18 kasus.
-
Apa penyebab peningkatan kasus DBD di Jakarta? Angka kasus DBD di DKI Jakarta mengalami peningkatan sebanyak 1.102 orang dari sebelumnya hanya 627 kasus pada 19 Februari 2024.
-
Siapa yang lebih banyak terkena DBD di Jakarta Barat? Pasien mayoritas merupakan anak-anak. 'Total pasien sudah dirawat sejak 1 Januari 2024 sampai dengan hari ini ada 67 kasus. 70 persen kasus adalah anak-anak dan mayoritas usia SD dan SMP,' kata Ngabila dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu (30/3).
-
Kapan kasus DBD di Jakarta meningkat? Angka kasus DBD di DKI Jakarta mengalami peningkatan sebanyak 1.102 orang dari sebelumnya hanya 627 kasus pada 19 Februari 2024.
-
Dimana DBD paling banyak di Jakarta? Sebelumnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengatakan penyumbang kasus DBD terbanyak dari data terakhir yaitu Jakarta Barat dengan total kasus mencapai 716, disusul Jakarta Selatan.
70 Persen Kasus DBD di Jakarta Menjangkit Anak SD dan SMP
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) masih tercatat di RSUD Taman Sari, Jakarta Barat. Setidaknya, ada 14 orang pasien yang masih dirawat karena DBD di RSUD Taman Sari.
"Data pagi ini 15 April 2024 jam 08.00 WIB masih ada 14 kasus DBD dirawat di RSUD Tamansari, 8 dewasa dan 6 anak," kata Kepala Seksi Pelayanan Medik RSUD Taman Sari, Ngabila Salama dalam keterangan tertulis, Senin (15/4).
Ngabila menyatakan, 70 persen kasus yang dirawat mayoritas anak usia sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). Meski begitu, dia memastikan tidak ada kasus kematian akibat DBD di RSUD Taman Sari.
"Semua masih aman terkendali, karena belum ada perubahan keparahan pada kasus DBD yang ditemukan," kata dia.
Lebih lanjut, Ngabila menjelaskan adanya peningkatan kasus DBD di Tanah Air terjadi karena efek dari kemarau ekstrem panjang atau El Nino pada Juli hingga November 2023.
"Trend kasus DBD akan meningkat pasca El Nino dan pola kenaikan per bulannya khas pada musim penghujan dan sama dari tahun ke tahun akan mulai meningkat Desember, puncak April, lalu kembali turun," terangnya.
Menurutnya, musim hujan menyebabkan peningkatan kelembaban udara/relative humidity (RH) meningkat dan nyamuk mudah berkembang biak. Selain itu, kontainer berisi air bisa menjadi tempat berkembang biak jentik dan tetesan air hujan juga bisa menjadi media perkembangan nyamuk.
Oleh sebab itu, menuju puncak DBD pada April 2024, masyarakat disarankan untuk melakukan pencegahan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
"Utamanya PSN 3M plus & vaksinasi. Gencarkan G1R1J/gerakan 1 rumah 1 kader jumantik dengan menunjuk petugas PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)," ucap dia.
Ngabila menyebut, nyamuk DBD aktif pada pagi hari sekira pukul 8-10 WIB dan sore hari pukul 15-17 WIB. Sehingga, masyarakat dianjurkan mengurangi aktivitas di luar ruang pada waktu-waktu tersebut.