Putaran Roda Odong-Odong, Angkutan Merakyat di Ibu Kota

Merdeka.com - Murah, Meriah, dan Merakyat. Tiga kata yang terlintas ketika mendengar atau melihat odong-odong. Kendaraan roda empat yang dimodifikasi dengan hiasan karakter kartun.

©2021 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho

Alunan musik terdengar saban kali odong-odong melintas. Mengundang perhatian. Seperti di kawasan Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur.

©2021 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho

Odong-odong mulanya hanya diminati anak-anak. Seolah menjadi wahana hiburan jalanan yang sederhana. Tapi kini, odong-odong juga menjadi alat transportasi yang mengantarkan warga dalam beraktivitas.

©2021 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho

"Mulai ada 2016, ya sejak sebagian warga Kampung Pulo pindah ke Rusun Jatinegara Barat," ujar pria yang akrab disapa Gondrong (47). Dia salah satu sopir odong-odong.

©2021 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho

Penumpang Odong-odong kebanyakan penduduk sekitar yang bekerja atau ingin berbelanja di pasar Jatinegara, anak-anak sekolah, dan warga Kampung Pulo yang bersilaturahmi dengan keluarga di Rusun Jatinegara Barat atau sebaliknya.

©2021 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho

Odong-odong di Kampung Pulo mulai beroperasi pukul enam pagi hingga enam sore. Jika sore hari, kebanyakan penumpang adalah ibu-ibu bersama anaknya yang sekadar ingin berjalan-jalan. Rutenya mulai dari shelter di pengkolan Kampung Pulo menuju Jalan Inspeksi Ciliwung berlanjut ke Jalan Jatinegara Barat.

©2021 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho

Gondrong tidak mematok tarif mahal. Menyesuaikan kantong warga yang tinggal di perkampungan.

©2021 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho

"Kalau ongkos biasanya Rp2.000-3.000 sekali jalan. Kadang-kadang ada yang gratis karena kita kenal," jelasnya.

©2021 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho

Pandemi Covid-19 juga berdampak kepada 'Angkutan Rakyat' tersebut. Pendapatan para sopir menurun drastis. Karena aturan sekolah di rumah. Penumpang pelajar 'hilang'. Ditambah adanya pembatasan berkegiatan di luar rumah.

©2021 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho

Sebelum Covid, Gondrong bisa mengantongi Rp250.000 setiap hari. "Tapi sekarang dapat Rp100.000 sudah alhamdulillah," ucap Gondrong.

(mdk/noe)