Temuan Dana Narkoba untuk Pemilu 2024, Begini Reaksi Kapolda Metro
Mabes Polri menemukan adanya indikasi penggunaan dana hasil peredaran gelap narkoba untuk kontestasi Pemilu 2024.
Kapolda Metro Jaya, Irjen Karyoto mengaku belum mendapat informasi secara detail
Temuan Dana Narkoba untuk Pemilu 2024, Begini Reaksi Kapolda Metro
Mabes Polri menemukan adanya indikasi penggunaan dana hasil peredaran gelap narkoba untuk kontestasi Pemilu 2024. Fakta itu diungkap oleh Wadirtipid Narkoba Bareskrim Polri Kombes Jayadi berdasarkan hasil penangkapan sejumlah pejabat legislatif yang terjerat kasus narkoba.
Kapolda Metro Jaya, Irjen Karyoto mengaku belum mendapat informasi secara detail. Namun, isu ini harus ditangapi secara serius.
"Saya belum berani jawab karena kami sendiri belum dapat informasinya. Tentunya ini menjadi isu yang betul-betul perlu disikapi," kata dia di Polda Metro Jaya, Senin (17/7).
Terkait hal ini, Karyoto mengatakan, bakal membahas hal ini bersama-sama Mabes Polri.
"Kami nanti koordinasi dengan Mabes Polri kalau memang yang ditunjukkan seperti itu," tutur dia.
Kemudian, Karyoto menyatakan narkoba jenis Xylazine, atau tranq yang memberikan efek pengguna seperti Zombie dipastikan belum beredar di Jakarta.
"Yang masalah di Philadelphia ya, ya saya pernah lihat juga. Memang mengerikan ke adaan di sana. tapi saya yakin InsyaAllah tidak akan terjadi karena semua masyarakat Indonesia menolak narkoba. Buktinya informasi mengalir terus jadi salah satu bukti masyarakat Indonesia menolak narkoba" kata Karyoto.
Diketahui, jenis narkoba ini menjadi perbincangan setelah video yang memperlihatkan kondisi di Philadelphia, Amerika Serikat beredar di media sosial. Disebut-sebut penggunaan obat Xylazine menjadi pemicu utama orang-orang di sana berperilaku bak zombie.
merdeka.com
Karyoto menerangkan, Polda , Polres dan Polsek bersama-sama pemerhati selalu berkomiten untuk memberantas peredaran narkoba. "Kita juga tidak tidur, Kasat tidak tidur, Polsek tidak tidur dan bahakan pemerhati, ahli narkoba sangat banyak. Artinya kita sepakat sifat merusaknya narkoba ini. Kita harus melakukan pengawasan secara bersama," ujar dia.
Karyoto kemudian bicara soal rendahnya kesadaran masyarakat mengobati pemakai narkoba. Karena mungkin dianggap menjadi suatu aib sehingga tidak berani jujur. Padahal negara menyediakan rehabilitasi secara gratis. Karyoto menceritakan pengalaman saat bertugas di BNN RI. "Dulu saat saya di BNN kalau tidak salah mencapai 100 ribu rehabilitasi saja tidak tercapai. Memang kalau anak kita ketahuan narkoba hati siapa yang tidak hancur," ucap dia.