19 Tahun Berlalu, Ini Kisah Pendaratan Darurat Pesawat Garuda di Sungai Bengawan Solo
Merdeka.com - Beberapa waktu belakangan, industri penerbangan Indonesia dihadapkan pada sebuah berita duka di mana pesawat Sriwijaya Air jenis Boeing 737-524 jatuh di perairan Kepulauan Seribu.
Jika dirunut ke belakang, kecelakaan memang sering terjadi pada dunia penerbangan Indonesia. Ada pesawat Adam Air yang hilang di Selat Makassar, ada pesawat Lion Air yang jatuh di perairan Karawang, lalu ada pula pesawat Air Asia yang jatuh di Laut Jawa.
Dari tiap kecelakaan itu, belum ditemukan satu penumpang pun yang selamat. Namun pada 16 Januari 2002, pesawat Garuda Indonesia dengan rute penerbangan Lombok menuju Yogyakarta berhasil melakukan pendaratan darurat di Sungai Bengawan Solo sehingga hampir semua penumpangnya selamat. Padahal saat terbang di udara, mesin pesawat itu telah mati dan tidak bisa terbang lebih jauh lagi.
-
Kapan kecelakaan pesawat terjadi? De Havilland Comet merupakan desain jet komersial awal yang memiliki jendela persegi. Namun, dalam waktu lima tahun setelah diperkenalkan, tiga Komet mengalami serangkaian kecelakaan tragis dan menewaskan semua penumpang di dalamnya. Melansir IFLScience & Daily Mail, Senin (13/5), setelah kecelakaan ketiga di 1954, penyelidikan menemukan bahwa retaknya kusen jendela menjadi penyebabnya.
-
Bagaimana Kopassus menyelamatkan penumpang Garuda Indonesia 206? Operasi ini mulai bergerak pukul 03.00 pagi, mereka mengendap-endap mendekati pesawat dan masuk melalui beberapa bagian pintu pesawat. Seluruh pembajak langsung ditembak di tempat. Seluruh sandera selamat.
-
Siapa yang memimpin operasi penyelamatan Garuda Indonesia 206? Hanya orang seadanya, Letkol Sintong pun ditunjuk untuk memimpin tugas meski dalam kondisi menggunakan tongkat ketika berjalan.
-
Apa yang terjadi pada pesawat Pelita Air? Pesawat sudah di runway siap take off tetapi nggak jalan-jalan. Menurut info sementara ada penumpang yang berencana masukin bom ke kabin pesawat. Ini masih subject to confirmation,' katanya lewat akun X @GerryS.
-
Apa dampak gempa pada pesawat? Gempa tetap bisa memengaruhi penerbangan dari aspek navigasi dan keselamatan.
-
Kenapa operasi penyelamatan Garuda Indonesia 206 penting? Sebuah peristiwa pembajakan pesawat maskapai Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan 206 ini menjadi momen bersejarah bagi Kopassus.
Lalu bagaimana ceritanya hingga pesawat itu berhasil mendarat darurat di sungai? Berikut kisah selengkapnya.
Masuk ke Dalam Badai
©KNKT
Pesawat Garuda Indonesia dengan nomor GA 421 diberangkatkan dari Bandara Ampenan, Lombok pada pukul 08.32 menuju Yogyakarta. Pesawat itu membawa sebanyak 54 penumpang dan 6 kru.
Pada awalnya, penerbangan itu berjalan lancar hingga pesawat itu sampai di wilayah Yogyakarta. Namun saat jam menunjukkan pukul 09.18, radar pesawat menangkap adanya awan cumulonimbus di jalur penerbangan. Oleh karena itu, pilot pesawat Kapten Abdul Rozak dan co-pilot Haryadi Gunawan memutuskan untuk mengambil rute lain dari jalur yang sudah direncanakan.
Namun berdasarkan analisis kota hitam (black box) dan gambar yang diperoleh dari satelit, sebenarnya pesawat telah memasuki badai sewaktu pilot pesawat memulai untuk mengubah rute normal menuju Yogyakarta. Keadaan cuaca buruk itu juga terekam dalam video percakapan di dalam kokpit (CVR). Beberapa saat sebelumnya, sang pilot melaporkan bahwa mereka mencoba untuk terbang di celah antara dua badai yang dapat dilihat dari radar cuaca pesawat.
Mesin Pesawat Mati
©KNKT
Setelah 90 detik memasuki badai petir, kedua mesin pesawat tiba-tiba mati pada pukul 09.20. Abdul Rozak dan Haryadi-pun dilanda kepanikan.
Dalam keadaan panik, Haryadi langsung mengambil mikrofon dan berteriak kepada para penumpang di dalam kabin tentang kondisi pesawat yang mereka tumpangi. Namun sayangnya, jalur komunikasi dari kokpit ke kabin sudah mati.
Namun Kapten Abdul Rozak memerintahkan Haryadi untuk meletakan mikrofon dan meminta pada seluruh penumpang dan kru untuk berdo’a. Pada saat bersamaan, sang pilot memutuskan untuk mencoba pendaratan darurat.
“Saya katakan saja, sudah letakkan. Kita berdo’a, detik-detik kematian sudah di depan mata. Kita suruh berdo’a dan saya takbir. Setelah itu, saya konsentrasi lagi,” kenang Abdul Rozak seperti mengutip dari dream.co.id.
Pilihan yang Sulit
©KNKT
Dalam keadaan yang sudah mati mesin, Kapten Abdul Rozak pelan-pelan menurunkan pesawat ke ketinggian 17.000 kaki. Dalam ketinggian itu, dia mulai melihat hamparan sawah dan sungai. Saat mendiskusikan hal ini, co-pilot Haryadi menyarankan untuk mendaratkan pesawat di sawah. Pada saat itu keadaan sawah memang sedang banjir dan penuh dengan air.
Namun Kapten Abdul Rozak memiliki pendapat yang berbeda. Dia berkata bahwa mereka semua akan mati kalau mendarat di sawah, karena tak tahu soal kedalaman banjir itu. Dengan sedikit waktu yang tersisa, akhirnya dia memutuskan untuk melakukan pendaratan ke sungai.
Namun saat sudah dekat ke sungai, Abdul Rozak kembali panik karena Sungai Bengawan Solo yang akan dijadikan tempat pendaratan darurat ternyata berisi beberapa jembatan yang memiliki banyak tiang.
Berhasil Mendarat di Bengawan Solo
©KNKT
Karena waktu yang semakin sempit, Kapten Abdul Rozak tetap memutuskan untuk mendaratkan pesawat di Sungai Bengawan Solo. Dia kemudian menyejajarkan posisi pesawat dengan sungai dan bersiap menjadikannya sebagai tempat landasan.
Namun kondisi saat itu sebenarnya sulit karena sebelum melakukan pendaratan, dia harus menghindar dari jembatan yang memiliki banyak tiang. Namun akhirnya Pesawat Garuda Indonesia dapat mendarat darurat di atas air dengan selamat dan tidak tenggelam.
Setelah berhasil mendaratkan pesawat di sungai, kondisi 54 penumpang dan 5 kru pesawat berhasil diselamatkan. Sementara itu satu kru pramugari ditemukan meninggal dunia diduga karena terlempar akibat benturan keras saat pendaratan.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pesawat yang mengalami RTB tersebut dalam kondisi kosong usai mengantar kepulangan jemaah haji.
Baca SelengkapnyaPesawat Garuda Indonesia yang mengangkut 450 jemaah haji asal Gowa harus Return to Base (RTB) ke Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Rabu (15/5).
Baca SelengkapnyaGaruda Indonesia mengakui pesawat Boeing B747-400 mengalami masalah mesin sehingga muncul percikan api.
Baca SelengkapnyaPesawat Super Air Jet mengalami kerusakan atau muncul dari salah satu panel di ruang kokpit.
Baca SelengkapnyaSaat ini proses investigasi untuk mengetahui penyebab terbakarnya mesin pesawat dengan kode GIA 1105 tersebut masih berlangsung
Baca SelengkapnyaKunto Aji menaiki pesawat Garuda dengan rute Jakarta-Pekanbaru. Pesawat tersebut berangkat dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta pukul 11.50 WIB.
Baca SelengkapnyaPihak Garuda Indonesia menjelaskan terjadi kendala teknis pada mesin pesawat.
Baca SelengkapnyaJemaah haji kloter 5 Embarkasi Makassar harus kembali ke asrama setelah pesawat Garuda Indonesia GIA 1105 yang mereka tumpangi mengalami kerusakan.
Baca SelengkapnyaEmpat penumpang dan satu pilot dievakuasi ke Rumah Sakit Bali Jimbaran, Badung.
Baca SelengkapnyaAirAsia QZ8501 adalah penerbangan yang mengalami kecelakaan pada tanggal 28 Desember 2014.
Baca SelengkapnyaKe-450 jemaah haji Kloter 5 yang berasal dari Kabupaten Gowa ini diberangkatkan setelah pihak Garuda menyiapkan pesawat yang aman.
Baca SelengkapnyaUntuk mencegah insiden terulang, Garuda Indonesia terus melakukan pengecekan terhadap seluruh armada pesawat yang beroperasi.
Baca Selengkapnya