5 Fakta Letusan Merapi, dari Wedhus Gembel hingga Jenis Erupsi
Merdeka.com - Pada Selasa (3/3), terjadi erupsi pada Gunung Merapi yang mengeluarkan semburan awan panas setinggi 6.000 meter dari puncak. Selain awan panas, letusan erupsi Merapi juga mengakibatkan hujan abu di beberapa tempat, termasuk Kota Solo, yang jaraknya 40 km dari Gunung Merapi.
Erupsi Gunung Merapi bukanlah hal yang mengejutkan, bagi masyarakat di sekitar lereng, karena gunung ini kerap bergejolak. Sebulan lalu, tepatnya pada Kamis (13/2), Merapi juga sempat erupsi.
Saat itu, erupsi Merapi mengeluarkan awan panas setinggi 2.000 meter dari puncak. Walau akhir-akhir ini sering terjadi erupsi, statusnya Merapi masih berada di tingkat waspada. Kenapa bisa begitu? Berikut 5 fakta tentang letusan Merapi yang perlu diketahui.
-
Apa yang terjadi di Gunung Merapi? Gunung Merapi yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta mengalami 71 kali gempa guguran.
-
Kapan Gunung Merapi meluncurkan awan panas? Awan panas guguran itu terjadi pukul 20.26 WIB yang mengarah ke barat daya (Kali Bebeng) arah angin ke timur.
-
Apa yang terjadi di puncak Merapi? Puncak Gunung Merapi dipenuhi batu-batu berapi yang suhunya diperkirakan mencapai 1.000 derajat. Jam masih menunjukkan pukul 05.30 pagi saat pemilik kanal YouTube KBS Vlog menerbangkan drone dari Pos Pengamatan Gunung Api Babadan menuju puncak Gunung Merapi pada 27 Februari 2024 lalu.
-
Bagaimana Merapi meluncurkan awan panas? Awan panas guguran itu terjadi pukul 20.26 WIB yang mengarah ke barat daya (Kali Bebeng) arah angin ke timur.
-
Apa yang berubah di Gunung Merapi? Perubahan bentuk kubah lava itu teramati berdasarkan analisis morfologi pada periode 30 Juni-6 Juli 2023 BPPTKG menyebut morfologi kubah lava di sebelah barat daya Gunung Merapi mengalami perubahan.
-
Mengapa Gunung Merapi mengeluarkan lava? Morfologi kubah lava di puncak Gunung Merapi juga mengalami perubahan.
Waktu Jeda Erupsi
Liputan6.com/Gholib
Gunung Merapi adalah gunung yang waktu jeda meletusnya relatif singkat. Menurut website ESDM, letusan Gunung Merapi biasanya terjadi dalam siklus pendek sekitar 2-5 tahun sekali, dan siklus menengah setiap 5-7 tahun sekali.
Berdasarkan catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, letusan pertama merapi terjadi pada tahun 1006. Sementara itu, tercatat letusan besar gunung itu terjadi pada tahu 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan terdahsyat terjadi pada tahun 1006. Waktu itu letusan Merapi menyebabkan seluruh Pulau Jawa tertutup abu.
Guguran Lava
Reuters
Mengutip dari MGM Kabupaten Sleman, lava adalah larutan magma yang keluar dari kawah sebuah gunung api. Guguran lava akan keluar dari dalam kawah saat Gunung Merapi meletus. Fragmen-fragmen guguran lava terbentuk ketika kubah lava tidak stabil pada gunung api.
Apabila bentuknya masih cair, guguran lava akan meluncur jauh dari sumbernya dan membentuk aliran lava. Apabila bentuknya kental, guguran lava itu tidak akan meluncur jauh dan membentuk kubah lava.
Punya Dua Macam Letusan
Reuters
Dilansir dari Liputan6.com, Gunung Merapi mempunyai dua macam letusan, yaitu letusan magmatik dan freatik. Letusan magmatik Merapi terjadi saat ada pergerakan magma yang kemudian keluar dari kawah.
Sementara letusan freatik Merapi terjadi karena adanya pencampuran antara gas magma di dalam gunung dengan uap air. Untuk erupsi yang terjadi Selasa (3/3/2020) pagi, BPBD Sleman belum menjelaskan lebih lanjut terkait jenis letusan yang terjadi pada Merapi.
Wedhus Gembel
Handout/Merapi Observation/AFP
Wedhus Gembel adalah penyebutan warga terhadap awan panas yang terjadi akibat letusan Merapi. Karena bentuknya mirip bulu domba, warga menyebutnya dengan nama "wedhus gembel".
Ancaman yang ditimbulkan dari Wedhus Gembel begitu berbahaya mengingat suhunya bisa mencapai 1.000 derajat celcius. Ditambah, kecepatan luncuran Wedhus Gembel mencapai 200 km/jam.
Dilansir dari website ESDM, awan panas Merapi terbentuk oleh mekanisme guguran lava baru yang disebut nuee ardance d'avalance. Awan panas tipe ini meluncur melalui zona lembah sungai, mengikuti arah aliran lava pada dasar lembah.
Ancaman Lahar Dingin
2019 REUTERS/Terray Sylvester
Dilansir dari laman Pemprov Jogja, lahar dingin merupakan material vulkanik gunung api yang kemudian bercampur dengan material-material lainnya akibat adanya aliran air di lereng gunung. Banjir lahar dingin yang menghanyutkan material Gunung Merapi akan terjadi saat curah hujan sedang tinggi-tingginya.
Oleh karena itulah pada tahun 2011, tepatnya setelah letusan besar Merapi tahun 2010, BNPB memasang early warning system pada setiap hulu sungai di Gunung Merapi.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Puncak Gunung Merapi dipenuhi batu-batu berapi yang suhunya diperkirakan mencapai 1.000 derajat.
Baca SelengkapnyaRangkaian letusan dan rupsi Gunung Marapi secara tidak kontinyu telah terjadi sejak 3 Desember 2023 hingga saat ini.
Baca SelengkapnyaGunung Merapi kembali mengeluarkan rentetan awan panas guguran pada Senin (4/2) sore.
Baca SelengkapnyaGuguran lava pijar itu meluncur ke arah barat daya atau Kali Bebeng.
Baca SelengkapnyaDua kali awan panas guguran ini terjadi pada pukul 19.56 WIB dan 20.03 WIB.
Baca SelengkapnyaGunung Merapi kembali menunjukkan keaktifannya, Jumat (28/7) malam. Gunung di perbatasan DIY dan Jawa Tengah itu meluncurkan awan panas guguran sejauh 1,5 Km.
Baca SelengkapnyaGunung Merapi Dua Kali Luncurkan Awan Panas Guguran
Baca SelengkapnyaGunung Marapi yang terletak di Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat, mengalami erupsi sejak 3 Desember 2023.
Baca SelengkapnyaAwan panas guguran itu telah menyebabkan hujan abu tipis yang turun pukul 21.24 WIB di sekitar Dukuh Plalang hingga Desa Lencoh.
Baca SelengkapnyaPada siang hari, Minggu (21/1), awan panas yang muncul dari Gunung Merapi. Beberapa daerah di sekitaran Merapi terkena dampak hujan abu.
Baca SelengkapnyaMasyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pendaki atau pengunjung atau wisatawan agar tidak memasuki di dalam wilayah radius 3 Km.
Baca SelengkapnyaJarak luncur awan panas guguran maksimum 3,5 kilometer ke arah Kali Krasak.
Baca Selengkapnya