5 Mitos Penyakit GERD yang Sering Disalahpahami, Dapat Memicu Kanker
Banyak mitos penyakit GERD yang tidak memiliki penjelasan ilmiah, sehingga perlu dipahami faktanya.
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) merupakan salah satu gangguan kesehatan umum yang kerap dialami di masyarakat. Ini merupakan kondisi di mana kandungan asam pada lambung mengalami peningkatan, sehingga menyebabkan berbagai gejala yang tidak nyaman.
Hal yang perlu diperhatikan, masyarakat masih sering percaya terhadap beberapa mitos penyakit GERD yang berkembang. Padahal mitos-mitos ini tidak didasari penjelasan ilmiah yang dapat dipercaya. Mulai dari GERD merupakan penyakit keturunan, GERD dapat memicu serangan jantung dan kanker, hingga GERD menyebabkan kematian.
-
Apa itu GERD? Gastroesophageal reflux disease alias GERD adalah kondisi ketika asam lambung naik ke esofagus atau kerongkongan. Hal ini bisa menimbulkan nyeri pada ulu hati, hearthburn, hingga beberapa rasa tidak nyaman lainnya.
-
Apa yang menyebabkan GERD? GERD disebabkan oleh refluks asam lambung, yaitu naiknya asam dari perut ke kerongkongan. Saat Anda menelan, otot cincin di bagian bawah kerongkongan yang disebut sfingter esofagus bagian bawah, akan mengendur untuk membiarkan makanan dan cairan masuk ke perut, kemudian menutup kembali. Namun, jika sfingter ini tidak berfungsi dengan baik atau melemah, asam lambung bisa kembali ke kerongkongan.
-
Makanan apa yang bisa memperburuk GERD? Makanan seperti kentang goreng, ayam goreng, donat, dan makanan instan yang berminyak dan digoreng dapat memperburuk gejala GERD.
-
Mengapa mitos tentang kolesterol berkembang? Berkaitan dengan penyakit ini, ternyata masih banyak mitos tentang kolesterol yang beredar dan dipercaya masyarakat. Padahal beberapa anggapan tentang kolesterol tidak memiliki penjelasan ilmiah yang dapat dipercaya.
-
Mengapa garam bisa menyebabkan kanker perut? Garam mengandung nitrat dalam jumlah tinggi. Mengonsumsi terlalu banyak garam dapat menyebabkan iritasi pada lapisan lambung, yang bukan hanya dapat menyebabkan masalah lambung seperti maag tetapi juga meningkatkan risiko kanker perut.
Dengan begitu, penting untuk dipahami penjelasan fakta di balik berbagai mitos penyakit GERD dengan benar. Berikut, kami rangkum informasinya.
1. Mitos: GERD sama dengan maag
Mitos penyakit GERD pertama yaitu sering disamakan dengan maag. Mitos bahwa GERD sama dengan maag perlu diluruskan karena kedua penyakit ini berbeda. GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) disebabkan oleh naiknya asam lambung ke kerongkongan, yang dapat menyebabkan gejala seperti rasa terbakar di dada (heartburn) dan kesulitan menelan. Sementara itu, maag adalah radang pada lambung yang sering disebabkan oleh infeksi atau penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid.
Gejala spesifik GERD meliputi nyeri dada, regurgitasi asam, dan rasa asam di mulut. Sedangkan maag cenderung menampilkan gejala seperti nyeri perut bagian atas, mual, atau kembung. Penanganan GERD dan maag pun berbeda; GERD mungkin memerlukan penggunaan obat-obatan prokinetik untuk membantu memperbaiki motilitas saluran cerna, sedangkan maag membutuhkan pengobatan untuk meredakan radangnya.
Penting untuk memahami bahwa GERD tidak sama dengan maag untuk menghindari kesalahpahaman yang bisa memengaruhi pengobatan yang tepat.
2. Mitos: GERD penyakit keturunan
Mitos penyakit GERD yang kedua disebut sebagai penyakit keturunan. Mitos bahwa GERD adalah penyakit keturunan tidaklah benar. Meskipun ada faktor tertentu yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena GERD, seperti riwayat keluarga, faktor yang paling berpengaruh adalah gaya hidup yang tidak sehat, termasuk obesitas dan merokok. Pola makan yang buruk, serta kebiasaan hidup yang tidak teratur, sangat berperan dalam perkembangan GERD.
Menjaga kesehatan lambung dapat dilakukan dengan menerapkan gaya hidup sehat. Konsumsi makanan bergizi, hindari makanan pemicu seperti makanan pedas atau berlemak, serta jaga porsi makan agar tidak berlebihan. Dengan melakukan perubahan kecil dalam pola makan dan kebiasaan sehari-hari, kita dapat mencegah munculnya gejala GERD dan menjaga kualitas hidup yang lebih baik.
Penting untuk meningkatkan kesadaran akan gaya hidup sehat dan pola makan yang benar untuk mengurangi risiko GERD. Ingat, faktor risiko lebih banyak disebabkan oleh kebiasaan kita sehari-hari daripada faktor keturunan.
3. Mitos: GERD menyebabkan kematian
Mitos penyakit GERD berikutnya yaitu dipercaya dapat menyebabkan kematian. Mitos bahwa GERD dapat menyebabkan kematian adalah tidak benar. Meskipun GERD dapat mempengaruhi kesehatan secara keseluruhan jika dibiarkan tanpa pengobatan, penyakit ini tidak langsung mengancam jiwa. Gejala GERD, seperti sensasi terbakar di dada dan kesulitan menelan, memang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan kualitas hidup penderitanya.
Namun, kematian tidak berpangkal langsung dari GERD. Komplikasi serius, seperti esophagitis, dan dalam kasus yang sangat jarang, perkembangan menjadi kanker esofagus, dapat terjadi jika GERD tidak diobati dengan tepat. Oleh karena itu, penting untuk mendapatkan pengobatan yang sesuai agar gejala dapat dikelola dan komplikasi dapat dicegah.
Dengan pemahaman yang benar tentang GERD, kita bisa menghindari mitos yang menyesatkan dan fokus pada perawatan yang diperlukan untuk menjaga kesehatan. Jika Anda mengalami gejala GERD, konsultasikan dengan tenaga medis untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.
4. Mitos: Puasa memperparah GERD
Mitos penyakit GERD selanjutnya berkaitan dengan risiko saat berpuasa. Banyak orang salah kaprah mengenai puasa dan GERD, dengan anggapan bahwa puasa dapat memperparah gejala GERD. Namun, penelitian menunjukkan bahwa gejala GERD justru dapat berkurang pada orang yang berpuasa. Salah satu penjelasan utamanya adalah perubahan pola makan yang lebih teratur. Saat berpuasa, waktu makan menjadi terjadwal, sehingga dapat mengurangi kebiasaan makan sembarangan yang sering kali mencakup makanan tidak sehat.
Selama puasa, banyak orang cenderung menghindari makanan berat dan berlemak, serta lebih memilih makanan yang lebih sehat. Dengan mengurangi konsumsi makanan yang dapat memicu gejala GERD, seperti makanan pedas dan berlemak, kondisi lambung dapat menjadi lebih stabil. Selain itu, puasa juga memberikan waktu bagi sistem pencernaan untuk beristirahat.
Dengan demikian, puasa tidak hanya merupakan praktik spiritual, tetapi juga memiliki manfaat bagi kesehatan, khususnya bagi mereka yang mengalami GERD. Mengubah pola makan selama puasa dapat membantu mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup.
5. Mitos: GERD Dapat Memicu Serangan Jantung dan Kanker
Mitos penyakit GERD yang terakhir dipercaya dapat memicu serangan jantung dan kanker. Mitos bahwa GERD dapat memicu serangan jantung dan kanker tidak sepenuhnya benar. Rasa nyeri di dada yang sering dirasakan saat GERD bisa meniru gejala penyakit jantung, namun secara medis, nyeri tersebut tidak menyebabkan serangan jantung. Selain itu, kurang dari 1 persen kasus GERD yang tidak diobati berkembang menjadi kanker esofagus. Penting untuk melakukan pengobatan GERD yang tepat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Pengobatan yang tepat, seperti perubahan pola makan, obat-obatan, dan dalam beberapa kasus, tindakan medis, dapat membantu mengontrol gejala serta mencegah masalah yang lebih serius. Dengan penanganan yang benar, risiko terjadinya komplikasi dapat diminimalisir.
Menganggap GERD sebagai pemicu serangan jantung atau kanker dapat menyebabkan stres yang tidak perlu. Edukasi yang akurat tentang kondisi ini sangat penting untuk mengurangi kecemasan dan membantu individu mengelola kondisi mereka dengan lebih baik. Ingat, informasi yang tepat adalah kunci untuk kesehatan yang lebih baik.