Apa Itu Lomban Kupatan? Cara Unik Warga Pesisir Pantura Jawa Rayakan Puncak Idulfitri pada 7 Syawal
Lomban Kupatan adalah perayaan khas masyarakat pesisir Pantura Jawa yang kaya akan nilai sejarah, budaya, dan spiritual.

Lebaran tidak hanya dirayakan pada 1 Syawal. Bagi masyarakat pesisir Pantura Jawa, puncak perayaan Idulfitri justru jatuh pada 7 atau 8 Syawal, yang dikenal dengan tradisi Lomban Kupatan. Tradisi ini menjadi momen penting bagi nelayan dan masyarakat pesisir di daerah Jepara, Pati, Rembang, hingga Kudus, sebagai bentuk rasa syukur atas hasil laut sekaligus harapan akan keselamatan dalam melaut.
Lomban Kupatan bukan sekadar pesta rakyat biasa. Tradisi ini memadukan unsur sejarah, ritual keagamaan, dan budaya yang telah terjaga selama ratusan tahun. Pelarungan kepala kerbau ke laut, perang ketupat di perahu, serta pesta kuliner khas ketupat lepet, menjadi bagian dari prosesi yang sangat dinantikan oleh masyarakat dan wisatawan.
Lantas, bagaimana asal-usul Lomban Kupatan? Apa maknanya bagi masyarakat pesisir Pantura? Berikut ulasan lengkap yang dirangkum oleh merdeka.com dari berbagai sumber pada Selasa (1/4/2025).
Sejarah Lomban Kupatan: Berawal dari Mitos hingga Tradisi Turun-Temurun
Sebagaimana cerita rakyat yang berkembang di Jepara, tradisi Lomban Kupatan berasal dari kisah Ki Ronggo Mulyo dan Cik Lanang, dua tokoh yang berhasil menyelamatkan pejabat Kadipaten Jepara yang kapalnya hampir tenggelam akibat badai di laut sekitar tahun 1855. Sebagai bentuk rasa syukur, mereka melakukan ritual pelarungan sesaji ke laut, yang kemudian diwariskan sebagai tradisi tahunan bagi masyarakat pesisir.
Di daerah Pati, Lomban Kupatan konon bermula dari kebiasaan seorang tokoh lokal bernama Pak Wedono, yang setiap sepekan setelah Lebaran menaiki perahu untuk berlayar menyusuri sungai. Seiring waktu, tradisi ini berkembang menjadi ritual sedekah laut, di mana masyarakat melarung kepala kerbau dan berbagai sesaji ke muara Sungai Tayu sebagai bentuk permohonan keselamatan dalam mencari nafkah di laut.
Di Jepara, tradisi ini juga dikenal dengan sebutan Bodo Kupat, yang dirayakan dengan makan ketupat bersama dan festival rakyat di Pantai Kartini.
Prosesi Ritual: Pelarungan Kepala Kerbau dan Perang Ketupat di Laut
Setiap daerah memiliki cara unik dalam merayakan Lomban Kupatan, namun umumnya ada beberapa tahapan penting yang selalu dijalankan, di antaranya:
a. Ziarah ke Makam Leluhur
Sebelum perayaan Lomban dimulai, masyarakat Jepara melakukan ziarah ke makam Cik Lanang di Pulau Kelor dan Mbah Ronggo. Tradisi ini merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur yang diyakini sebagai pelindung bagi para nelayan.
b. Pelarungan Kepala Kerbau ke Laut
Ritual utama dalam Lomban Kupatan adalah pelarungan kepala kerbau ke laut, yang dipercaya sebagai bentuk sedekah laut agar para nelayan mendapatkan hasil tangkapan yang melimpah dan terlindungi dari bahaya saat melaut. Selain kepala kerbau, berbagai sesaji seperti ayam utuh, jajanan pasar, dan ketupat lepet juga turut dilarung ke laut.
Di Pati, sesaji-sesaji ini diarak dalam sebuah parade dari balai desa menuju muara sungai sebelum akhirnya dilarung ke laut. Tradisi ini semakin meriah dengan iringan musik drumband dan pertunjukan seni barongan yang menambah kemeriahan suasana.
c. Perang Ketupat di Laut
Setelah pelarungan sesaji, masyarakat mengadakan Perang Teluk, yaitu saling lempar ketupat dan lepet dari satu perahu ke perahu lainnya. Ritual ini melambangkan kebersamaan dan kegembiraan setelah menjalani puasa selama sebulan penuh.
Selain itu, para awak kapal juga berusaha mengambil air laut di sekitar sesaji untuk dipercikkan ke kapal mereka. Mereka percaya bahwa air laut yang bercampur dengan sesaji ini membawa berkah dan keselamatan selama berlayar.
Makna dan Filosofi di Balik Lomban Kupatan
Lomban Kupatan bukan sekadar pesta rakyat biasa, melainkan sebuah perayaan yang sarat dengan makna spiritual dan sosial bagi komunitas pesisir Pantura.
- Sebagai Ekspresi Syukur: Tradisi ini merupakan ungkapan terima kasih atas berkah rezeki yang diberikan oleh laut, serta doa agar hasil tangkapan ikan semakin melimpah di masa depan.
- Sebagai Ritual Penolak Bala: Pelarungan sesaji dipercaya memiliki kekuatan untuk menolak bala dan melindungi para nelayan dari marabahaya di laut.
- Sebagai Tradisi Kebersamaan: Festival ini juga menjadi ajang berkumpul yang mempererat hubungan antarwarga, memperkuat tali silaturahmi, dan menjaga warisan budaya leluhur.
Lomban Kupatan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya masyarakat pesisir yang harus senantiasa dijaga dan dilestarikan.
Wisata Budaya: Lomban Kupatan Menarik Ribuan Wisatawan
Seiring berjalannya waktu, Lomban Kupatan telah berkembang dari sekadar ritual adat menjadi sebuah acara wisata tahunan yang memikat ribuan pengunjung. Di Jepara, perayaan ini dipusatkan di Pantai Kartini dan TPI Ujung Batu, dan berhasil menarik lebih dari 40.000 wisatawan setiap tahunnya. Pemerintah daerah pun giat mempromosikan acara ini sebagai tujuan wisata budaya, lengkap dengan festival kuliner khas dan pertunjukan seni tradisional yang memukau.
Sementara itu, di Pati, tradisi ini juga menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal yang ingin menyaksikan langsung prosesi pelarungan sesaji dan berpartisipasi dalam perang ketupat yang seru di Sungai Tayu.
Bagaimana Cara Masyarakat Bisa Berpartisipasi?
Bagi Anda yang ingin merasakan kemeriahan perayaan Lomban Kupatan, ada beberapa cara menarik yang bisa Anda coba:
1. Saksikan prosesi pelarungan sesaji yang penuh makna, baik di Jepara, Pati, maupun di daerah pesisir lainnya.
2. Ikuti festival ketupat dan lomba perahu yang meriah, biasanya diadakan di sekitar pelabuhan atau pantai setempat.
3. Cicipi kelezatan kuliner khas Lomban Kupatan, seperti ketupat lepet yang disajikan dengan opor ayam dan sambal goreng yang menggugah selera.
4. Jelajahi keindahan Pantai Kartini atau nikmati suasana Sungai Tayu, yang menjadi pusat utama perayaan Lomban.
Dengan berpartisipasi secara aktif, kita dapat menjaga kelestarian tradisi ini, menjadikannya sebagai salah satu warisan budaya yang membanggakan dari pesisir Pantura Jawa.
Pertanyaan Umum Seputar Lomban Kupatan
1. Kapan tradisi Lomban Kupatan dilaksanakan? Lomban Kupatan biasanya diadakan pada 7 atau 8 Syawal, atau sekitar sepekan setelah Hari Raya Idulfitri.
2. Di mana saja Lomban Kupatan dirayakan? Tradisi ini populer di wilayah pesisir Pantura Jawa, terutama di Jepara, Pati, Rembang, Kudus, dan sekitarnya.
3. Apa tujuan utama dari tradisi Lomban Kupatan? Lomban Kupatan bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur, memohon keselamatan, dan menjaga tradisi leluhur dalam kehidupan masyarakat pesisir.
4. Apakah Lomban Kupatan terbuka untuk wisatawan? Ya, acara ini terbuka untuk umum dan menjadi salah satu daya tarik wisata budaya di Jawa Tengah.