ArtJog 2022 Akan Jadi Pameran Seni Terbesar di Indonesia, Ini 3 Faktanya
Merdeka.com - Tema akhir trilogi ArtJog Arts In Common telah diselenggarakan pada 7 Juli sampai dengan 4 September 2022. Sub-tema ketiga yang bertajuk Expanding Awareness itu dilaksanakan secara offline di Jogja National Museum atau JNM.
Berbagai kelompok masyarakat berhasil dirangkul oleh ArtJog melalui konsep inklusif tersebut. Tahun ini, pameran seni itu juga mengajak komunitas disabilitas dan anak-anak untuk memamerkan karyanya. Berikut fakta menarik mengenai ArtJog 2022 kali ini:
Menanti Pesaing ArtJog
-
Di mana festival seni untuk anak berkebutuhan khusus? Di GOR Satria Banyumas, ratusan anak berkebutuhan khusus dari Kabupaten Banyumas dan Cilacap mengikuti lomba karya seni.
-
Kapan festival seni untuk anak berkebutuhan khusus? Festival karya seni itu sendiri diselenggarakan pada Selasa (30/4).
-
Mengapa Banyuwangi membuat sekolah inklusif untuk para penyandang disabilitas? Bupati Ipuk Fiestiandani menjelaskan sejak 2013 Banyuwangi telah mewujudkan sekolah inklusi yang ramah bagi para penyandang disabilitas.
-
Apa karya seni yang dibuat siswa berkebutuhan khusus? Ragam karya seni mulai dari lukisan hingga pernak-pernik mereka hasilkan.
-
Bagaimana siswa berkebutuhan khusus membuat karya seni? 'Persiapannya sebenarnya cukup sebentar, tapi prosesnya butuh waktu lama. Tapi anak langsung paham, sehingga mereka bisa menghasilkan karya-karya sesuai dengan yang saya harapkan,' kata Endaryanti, salah seorang guru Sekolah Luar Biasa (SLB) yang siswa-siswanya mengikuti lomba karya seni itu, dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Senin (6/5).
-
Kenapa siswa berkebutuhan khusus dilatih membuat karya seni? Kegiatan diadakan guna mengasah keterampilan mereka yang akan berguna untuk terjun di dunia kerja.
Instagram - ARTJOG
Pada tahun 2008, ArtJog memulai pameran pertamanya yang pada saat itu masih bernama Jogja Art Fair. Sampai saat ini, ArtJog mengklaim pamerannya menjadi festival seni kontemporer terbesar di Indonesia.
Melihat itu, Heri Pemad mengaku menunggu adanya pameran-pameran seni lain yang bisa menampung segala macam seni. Agar nantinya, banyak seniman dari berbagai media, konsep, dan tema bisa memamerkan karyanya.
"Saya menunggu (saingan)," jawab Heri Pemad.
"Tapi ini berbeda ya, bukan untuk disamakan atau ditandingkan, tidak perlu. Karena di Jogja itu banyak festival yang kaya dengan karakter sesama seni rupa, jadi tidak bisa ditandingkan," jelasnya.
"Tapi dampaknya (jika ada pameran seni lain) akan sama-sama mempunyai dampak yang signifikan untuk sosial dan masyarakat sekitarnya. Jadi festival musik, film, seni itu berbeda tapi tujuannya sama," tambahnya.
Jadi Pengingat Pemangku Kebijakan
Instagram - ARTJOG
Melihat konsep inklusif yang menjadi utama dalam pameran ini, maka berbagai macam kelompok masyarakat diajak oleh ArtJog. Merangkul komunitas disabilitas dan anak-anak menjadi salah satu contoh nyata.
Tentunya, segala aspek termasuk fasilitas di dalam ruang pameran seni seharusnya bisa memenuhi kebutuhan seluruh pihak yang berkolaborasi.
Heri Pemad selaku Direktur ArtJog mengatakan bahwa tema ini seharusnya bisa menjadi pengingat bagi para pemangku kebijakan agar lebih memperhatikan aktivitas kesenian seperti ini.
"Kita tidak henti untuk mendesak tetapi tidak cara yang frontal untuk meminta (fasilitas). Lebih lagi kita tidak bisa membangun sendiri," kata Heri Pemad.
"Tetapi dengan cara-cara seperti ini (pameran seni), mereka (pemangku kebijakan) akan memberikan (fasilitas) secara ikhlas," imbuhnya.
Seniman Cilik
ArtJog
Sebanyak 8 seniman cilik berkesempatan memamerkan karyanya di pameran seni yang mengusung konsep inklusif ini. Salah satu senimannya adalah I Made Ananda Krisna Putra.
Seniman cilik yang lahir di Gianyar, 5 Oktober 2006 itu memamerkan 5 karya lukisnya di ArtJog 2022. Tak sendiri, ia bersama beberapa rekannya dari Bali memamerkan lukisan di acara yang mendapat sebutan 'Lebaran Seni' ini.
Ketika melukis, Made Ananda mengaku terinspirasi dari banyak tokoh superhero yang sering dilihatnya di televisi. Tak hanya itu saja, ia juga kerap mendapat referensi dari tokoh wayang yang mengajarkan arti kehidupan.
"Saya mendapat banyak inspirasi dari tokoh-tokoh superhero yang sering saya tonton di TV. Tapi saya juga terinspirasi tokoh- tokoh wayang yang banyak mengandung filosofi kehidupan," tutur Made Ananda. (mdk/dem)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pameran ini ini menampilkan 47 karya-karya dari berbagai kelompok seniman, termasuk seniman dengan disabilitas.
Baca SelengkapnyaTawa bahagia memancar dari wajah para penyandang disabilitas saat berada di Pesantren Zainul Hasan Genggong.
Baca SelengkapnyaPeringatan Hari Disabilitas Internasional yang berlangsung di TIM menjadi pestanya para difabel. Mereka berkesempatan memamerkan sederet kreasi dan bakatnya.
Baca SelengkapnyaKesadaran masyarakat penting agar penyandang disabilitas dapat memperoleh akses, kesempatan, fasilitas, dan peluang setara berkontribusi kemajuan Indonesia.
Baca SelengkapnyaPameran seni ini disebut sebagai momen magis ketika seni melampaui hambatan dan berbicara kepada setiap jiwa, terlepas dari latar belakang, hasrat diri.
Baca SelengkapnyaBupati Ipuk Fiestiandani menyampaikan Festival Kita Bisa sudah menjadi agenda rutin di Banyuwangi sebagai panggung aktualisasi bagi para anak muda difabel.
Baca SelengkapnyaPramono Anung memborong lima lukisan dari seniman penyandang disabilitas di Pameran Pelukis Istimewa, Jakarta, Selasa (5/11).
Baca SelengkapnyaNamun diperlukan dukungan dari berbagai pihak, mencakup pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, serta masyarakat di lingkungan itu sendiri.
Baca SelengkapnyaJokowi berharap pengunjung dan pembeli yang datang ke Inacraft semakin banyak.
Baca SelengkapnyaPanggung Talenta 2023, Wadah Kaum Difabel Berkreasi Sambut Hari Disabilitas Dunia
Baca SelengkapnyaJuga diluncurkan platform data peserta didik berkebutuhan khusus.
Baca SelengkapnyaKarya seni ini diinisiasi oleh Scholas Occurrentes, sebuah organisasi pendidikan internasional yang didirikan oleh Paus Fransiskus.
Baca Selengkapnya