Berasal dari Wonogiri, Ini Kisah Paguyuban Para Pedagang Bakso di Ibu Kota
Merdeka.com - Kebanyakan orang merantau ke tempat lain atas keinginannya sendiri. Dia pindah dari tempat asal demi memperoleh rezeki yang layak sehingga bisa menghidupinya maupun keluarganya.
Namun ada pula para warga yang merantau dari kampung ke daerah yang dituju dengan cara bedol desa. Mereka bersama-sama pergi ke kota dan menjalani usaha bisnis yang sama. Seiring waktu, bisnis itu diwariskan secara turun-temurun.
Sumarno, salah satu pedagang bakso asal Wonogiri, Jawa Tengah, telah berjualan bakso lebih dari 20 tahun di Jakarta setelah sebelumnya meneruskan usaha milik kakaknya. Di Jakarta, ia tergabung dalam sebuah paguyuban pedagang bakso yang anggotanya berasal dari Solo dan Wonogiri. Sebenarnya seperti apa paguyuban itu?
-
Dimana penjual bakso ini berada? Meskipun belum diketahui apakah hal ini umum di Kalimantan, pedagang ini berasal dari Kalimantan berdasarkan teks yang ada di video tersebut.
-
Siapa yang memulai usaha Bakso Tusuk Payaman? Awalnya, usaha ini dimulai oleh sang ayah yang menjual salome (cilok) sebagai alternatif setelah tidak lagi mampu berjualan mie ayam karena kecelakaan.
-
Dimana bakso dijual? Kreasi olahan bakso juga sudah menjamur dijual di mana saja. Seperti restoran maupun pedagang kaki lima.
-
Dimana Bakso Tusuk Payaman memulai usahanya? Bermula dari usaha sederhana di Payaman Selatan, Girirejo, Imogiri, Bantul, Yogyakarta, usaha yang dirintis sejak 2007 oleh sepasang suami istri kini telah tumbuh menjadi salah satu franchise kuliner yang paling dikenal di Yogyakarta dan sekitarnya.
-
Dari mana asal bakso? Asal usul bakso dapat ditelusuri kembali ke masa kolonial di Asia Tenggara, khususnya di Tiongkok.
-
Dimana Sertu Sarijo berjualan sate? Meski berkeliling, Sarijo dikenal telah memiliki lapak sendiri di depan kantor Kapanewon Panggang.
Wadah Silaturahmi
©2013 Merdeka.com
Sumarno mengatakan, paguyuban itu merupakan wadah silaturahmi bagi para pedagang bakso di Wonogiri dan Solo yang masih berada di satu kawasan untuk membantu sama lain. Tak hanya itu, di sana juga ada arisan yang bisa diikuti oleh seluruh anggotanya. Menurut keterangan Sumarno, angka uang arisan yang digelar para pedagang bakso dalam satu paguyuban jumlahnya mencapai Rp1 juta.
Selain itu, paguyuban itu juga memiliki uang tabungan dan infak bagi keperluan pedagang yang mengalami kesusahan. Menurut Sumarno, paguyuban itu terbentuk tanpa motif ekonomi, namun motif ikatan persaudaraan yang berlandaskan kasih sayang.
Membangun Ikatan Persaudaraan antar Pedagang
©2017 Merdeka.com/arie sunaryo
Sumarno bercerita, paguyuban itu pada awalnya terbentuk dari rasa persaudaraan berjualan yang berasal dari satu kampung. Dulunya, para pedagang bakso yang usahanya belum besar tinggal di satu wilayah bahkan jadi satu tempat kos-kosan di wilayah tertentu. Dari sanalah ikatan persaudaraan terjalin tajam.
“Ngumpul bisa dua minggu sekali dan itu banyaknya pedagang. Kadang ada yang sakit kita bantu, pakai uang yang hasil ngumpul itu,” terang Sumarno.
Namun menurutnya, tetap ada pedagang yang tidak ikut anggota paguyuban yang kebanyakan adalah pedagang bakso dengan gerobak kecil. Mereka memilih mendorong gerobaknya sendiri dan mencari tempat sendiri.
Membantu Para Pedagang Bakso
©2021 Merdeka.com/Facebook Amazing Bondowoso
Adanya paguyuban ini ternyata sangat membantu kehidupan para pedagang bakso. Contohnya, sewaktu beredar isu bakso yang mengandung formalin, ketua paguyuban menyuarakan kepentingan tukang bakso yang merasa dirugikan itu.
Waktu itu, Ketua Paguyuban Pedagang Bakso Wonogiri se-Jakarta Raya meminta kepada pemerintah, khususnya pada BPOM untuk menerbitkan sertifikat bebas formalin terhadap mi basah dan daging bakso yang dijual kepada pedagang. Mereka meminta BPOM meyakinkan masyarakat adalah mi dan bakso yang mereka buat bebas dari formalin. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Keberadaan para pengrajin bawang di Kampung Jaha tak lepas dari peran Soeparno yang dianggap sebagai 'guru'.
Baca SelengkapnyaMayoritas warga di sana merantau dan berhasil memperoleh kesuksesan di tanah rantau
Baca SelengkapnyaSi Doel temui pendiri warung bakmi legendaris yang ada di Jakarta Pusat.
Baca SelengkapnyaUnang Bagito berbagi cerita mengenai kisahnya dulu yang merupakan seorang pengusaha sukses.
Baca SelengkapnyaKampung Jaha terkenal sebagai sentra pengrajin bawang goreng di Bekasi.
Baca SelengkapnyaSpanduk tersebut juga memuat gambar Paslon Capres 03 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
Baca SelengkapnyaWarung soto itu merupakan usaha keluarga yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Baca SelengkapnyaHanya bermodalkan gerobak pikul dan kesabaran, sosok bernama Pak Yono mampu mewujudkan mimpinya memiliki rumah.
Baca SelengkapnyaBermula dari usaha sederhana di Payaman Selatan, Girirejo, Imogiri, Bantul, Yogyakarta, usaha yang dirintis sejak 2007 oleh sepasang suami istri.
Baca SelengkapnyaKuliner ayam yang disajikan punya cita rasa gurih dan legit yang khas karena berasal dari daging ayam kampung segar yang langsung diolah.
Baca SelengkapnyaPak Beno adalah seorang pengusaha mie di Bantul lulusan SMP yang pernah mengalami jatuh bangunnya kehidupan.
Baca SelengkapnyaMbah Jami sudah berjualan lotek di tempat itu sejak tahun 1965. Walau begitu, masyarakat Wonosobo lebih mengenalnya dengan nama Lotek Brukmenceng.
Baca Selengkapnya