Kisah Sukses Korban PHK Kini Punya 73 Outlet Bakso Tusuk, Pernah Dilempari Paku dan Tanah Kuburan
Bermula dari usaha sederhana di Payaman Selatan, Girirejo, Imogiri, Bantul, Yogyakarta, usaha yang dirintis sejak 2007 oleh sepasang suami istri.
Di balik suksesnya bisnis franchise Bakso Tusuk Payaman, ada kisah inspiratif tentang keteguhan hati, inovasi dan semangat seorang pria untuk mempertahankan warisan keluarga.
Bermula dari usaha sederhana di Payaman Selatan, Girirejo, Imogiri, Bantul, Yogyakarta, usaha yang dirintis sejak 2007 oleh sepasang suami istri kini telah tumbuh menjadi salah satu franchise kuliner yang paling dikenal di Yogyakarta dan sekitarnya.
-
Siapa mantan TKW yang sukses berjualan bandeng? Berbekal keyakinan kuat meski dengan modal yang minim, Midah kemudian membaca peluang untuk memulai usaha kuliner ini.
-
Dimana penjual bakso ini berada? Meskipun belum diketahui apakah hal ini umum di Kalimantan, pedagang ini berasal dari Kalimantan berdasarkan teks yang ada di video tersebut.
-
Dimana bakso dijual? Kreasi olahan bakso juga sudah menjamur dijual di mana saja. Seperti restoran maupun pedagang kaki lima.
-
Apa yang dikatakan tentang orang sukses? Orang sukses mampu melihat dan mengambil pelajaran dari kesalahan yang dibuatnya, sekaligus mau memperbaiki dan berani mencoba lagi dengan cara yang berbeda.
-
Kenapa bakso populer? Karena banyak digemari oleh semua kalangan usia, bakso pun dapat menjadi ide menu makan siang keluarga.
-
Dimana bakso rujak dijual? Namun di wilayah Pulo Gadung, Jakarta Timur, terdapat sebuah kedai bakso yang menjual varian unik, yakni bakso rujak.
Teko adalah generasi kedua yang melanjutkan usaha Bakso Tusuk Payaman. Sebelum terjun ke bisnis keluarga, dia bekerja selama 10 tahun di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang akomodasi.
Ketika pandemi melanda dan terkena PHK, dia memutuskan untuk melanjutkan usaha yang dirintis oleh orang tuanya setelah kepergian mereka. Meski awalnya bekerja di bidang lain, dengan penuh semangat Teko mengambil alih bisnis ini dan berhasil mengembangkan usaha keluarganya menjadi jaringan franchise yang sukses.
Awalnya, usaha ini dimulai oleh sang ayah yang menjual salome (cilok) sebagai alternatif setelah tidak lagi mampu berjualan mie ayam karena kecelakaan. Sang ayah yang otodidak dalam berbisnis kuliner, pernah mencoba peruntungan sebagai pedagang sate ayam, bakso keliling, hingga soto. Namun, dari sekian banyak pengalaman berdagang, bakso tusuk lah yang akhirnya menjadi usaha utama keluarga ini.
Dengan modal awal Rp100.000, ayah Teko memulai dari jumlah produksi yang sangat kecil, namun kualitas selalu menjadi prioritas utama. Baksonya menggunakan campuran daging sapi dan ayam, serta bumbu rahasia keluarga yang membuat rasa bakso tusuk ini berbeda dari yang lain.
Perjuangan untuk bertahan dalam bisnis ini berlanjut hingga tahun 2019, sang ayah meninggal dunia, diikuti oleh ibu pada tahun 2021. Kepergian orang tua menjadi tantangan besar bagi Teko dan adiknya yang harus memutuskan apakah akan melanjutkan usaha keluarga ini atau tidak.
Teko akhirnya memutuskan untuk melanjutkan usaha orang tuanya lantaran merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaga keberlangsungan bisnis yang telah dirintis sejak lama.
Setelah dikelola oleh generasi kedua, yaitu Teko, Bakso Tusuk Payaman justru mengalami perkembangan yang pesat. Inovasi yang diterapkan Teko dengan membuka peluang franchise pada tahun 2022 membawa angin segar bagi pertumbuhan bisnis ini.
Dilansir dari tayangan YouTube Lempar Dadu, dikutip pada Rabu (16/10), franchise Bakso Tusuk Payaman sekarang telah memiliki 73 outlet atau franchise, yang tersebar di Bantul, Sleman, Gunung Kidul, hingga daerah luar Yogyakarta seperti Ambarawa.
Mereka berhasil memanfaatkan teknologi dan media sosial sebagai strategi pemasaran yang lebih luas, sehingga produk mereka lebih mudah dikenal dan diakses oleh berbagai kalangan.
Produksi Skala Besar dengan Mengedepankan Kualitas
Dalam satu hari, Bakso Tusuk Payaman mampu memproduksi hingga 13 ton bakso. Produksi ini dilakukan dengan menjaga standar kualitas yang ketat, mulai dari pemilihan bahan baku daging sapi dan ayam segar hingga proses pengolahan yang dilakukan dengan alat-alat modern. Bahkan, untuk memastikan cita rasa tetap sama di setiap outlet, semua bumbu dan bahan utama dipasok langsung dari pusat.
Bakso Tusuk Payaman memiliki beberapa varian produk seperti bakso tusuk, cilok, tahu bakso, kering cilok, serta bakso goreng yang menjadi andalan mereka.
Dengan harga yang sangat terjangkau, mulai dari Rp500 per tusuk, produk ini diminati oleh berbagai kalangan, khususnya anak-anak sekolah dan para pekerja kantoran di wilayah Bantul.
Popularitas bakso tusuk mereka semakin meningkat dengan adanya strategi promosi yang dilakukan melalui media sosial dan penawaran khusus seperti pembagian bakso gratis saat pembukaan outlet baru.
Franchise yang Menjanjikan
Sistem franchise yang ditawarkan oleh Bakso Tusuk Payaman sangat sederhana namun menjanjikan. Dengan modal awal Rp200.000, setiap mitra franchise sudah mendapatkan dukungan penuh dari Teko, mulai dari pasokan bahan baku, kemasan, hingga bumbu rahasia. Mitra franchise hanya perlu menjual produk yang telah siap dan dikemas rapi dari pusat.
Dalam waktu singkat, bisnis franchise ini telah berkembang pesat, terutama di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.
"Kami menargetkan untuk mencapai 100 outlet. Saat ini, kami sudah memiliki 73 outlet, jadi masih ada peluang besar bagi yang ingin bergabung," kata Teko, yang mengungkapkan bahwa sistem franchise mereka masih terbuka untuk 27 outlet lagi.
Meskipun berkembang pesat, Teko menegaskan bahwa bisnis ini tetap mengutamakan manfaat bagi masyarakat. Baginya, usaha ini bukan hanya soal keuntungan pribadi, tapi bagaimana dia bisa memberikan lapangan pekerjaan bagi banyak orang. Dengan adanya 73 outlet, setidaknya ada 70 orang yang bisa mengais rezeki.
Dalam menjalankan usaha Bakso Tusuk Payaman, Teko tentu menghadapi berbagai tantangan, tetapi dia selalu menjaga sikap positif dalam setiap masalah. Misalnya, ketika ada tuduhan tentang penggunaan penglaris mistis yang disebarkan oleh pesaing.
“Ada yang pernah sebar paku atau tanah kuburan di sekitar outlet, tapi kami enggak pernah ambil pusing. Kami percaya usaha ini bersih dan kami selalu berpikir positif,” ujar Teko dengan tenang.
Kendala lainnya seperti masalah teknis mesin penggiling atau ketersediaan bahan baku juga sering terjadi. Namun, berkat kerja sama yang baik dengan para supplier dan dukungan tim, masalah-masalah ini selalu dapat diatasi dengan cepat.
Teko dan timnya pernah mengalami hari di mana mereka harus memproduksi hingga 13 ton bakso dalam sehari untuk memenuhi permintaan yang melonjak sebelum acara liburan. Bagi Teko, kunci keberhasilan Bakso Tusuk Payaman adalah konsistensi dalam menjaga kualitas rasa. Bumbu dan bahan baku yang digunakan selalu dipilih dengan cermat, tanpa mengurangi kualitas meski harga bahan baku naik.
Teko berharap, ke depannya Bakso Tusuk Payaman dapat terus memberikan manfaat yang lebih luas lagi bagi masyarakat. Dengan target 100 outlet franchise, dia yakin bahwa usahanya akan terus berkembang dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi lebih banyak orang.
Reporter Magang: Thalita Dewanty