Hampir Berusia 1 Abad, Ini Sejarah Pasar Gede Solo
Pasar Gede merupakan pasar termegah di Kota Solo. Lokasinya berada di tengah kawasan Pecinan.
Pasar Gede merupakan pasar termegah di Kota Solo. Lokasinya berada di tengah kawasan Pecinan.
Hampir Berusia 1 Abad, Ini Sejarah Pasar Gede Solo
Pasar Gede merupakan salah satu pasar terbesar di Kota Solo. Tak hanya sebagai tempat jual beli, pasar ini juga menjadi tujuan wisata. Di dalam pasar terdapat beragam kuliner khas yang tak banyak dijumpai di tempat lain.
Pasar Gede dibangun pada era Susuhunan Pakubuwono X.
Pembangunannya dimulai pada tahun 1927 dan rampung pada tahun 1930. Kini di tahun 2024 pusat perekonomian di Kota Solo itu hampir berusia satu abad. Lantas seperti apa sejarah Pasar Gede?
-
Kapan Pasar Baru didirikan? Mengutip Indonesia.go.id, Pasar Baru saat ini diketahui sudah berusia 204 tahun. (Gambar: Tropen Museum) Sebelumnya tempat ini dibangun di era kepemimpinan Herman Willem Daendels pada 1820.
-
Dimana Pasar Beringharjo dulunya? Terlihat dalam sebuah peta Belanda tahun 1830, bangunan Pasar Beringharjo kini yang menempati sisi timur dulunya merupakan area pemakaman Belanda.
-
Dimana tempat wisata sejarah di Solo? Yup, banyak sekali tempat yang bersejarah peninggalan kerajaan zaman dulu di Solo yang kemudian dijadikan lokasi wisata sejarah yang ciamik dan wajib untuk dikunjungi.
-
Apa itu Pasar Baru? Pasar Baru menjadi salah satu landmark utama di Jakarta. Dahulu, tempat ini juga menjadi pusat perbelanjaan tertua sejak 1820.
-
Dimana Pasar Jawa berada? Pagi itu mereka mengunjungi Saoenah Markt. Orang-orang lebih mengenal tempat itu sebagai Pasar Jawa. Banyak warga Suriname keturunan Jawa yang berjualan di pasar itu.
-
Dimana Pasar Lama Serang berada? Pasar Lama Kota Serang, jajanan tradisional nenek moyang bisa ditemui dengan harga yang terjangkau.
Pembangunan Pasar Gede Solo menghabiskan biaya 300 ribu Gulden, jumlah yang tidak sedikit waktu itu. Pusat belanja masyarakat Solo dan sekitarnya itu dibangun di tanah seluas 10.421 hektare.
Gaya arsitektur Pasar Gede Solo adalah Belanda-Jawa. Arsiteknya sendiri adalah Sir Eyer Herman Thomas. Arsitektur asal Belanda itu turut terlibat dalam berbagai proyek bangunan ikonik di Solo.
Dikutip dari Goodnewsfromindonesia, gaya arsitektur Belanda terlihat pada bentuk bangunannya yang menyerupai benteng.
Hal ini terlihat dari pintu masuknya yang seperti pintu masuk istana yang luas, gagah, mewah, dan megah. Sedangkan arsitektur Jawa tampak pada bagian atapnya yang menyerupai atap-atap rumah joglo.
Selama berdiri, Pasar Gede telah beberapa kali mengalami peristiwa perusakan. Kerusakan pertama terjadi pada masa Agresi Militer II Belanda.
Lalu kerusakan kembali terjadi pada masa kerusuhan Mei 1998 di mana pasar itu menjadi sasaran amuk masa oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Pada tahun 1999, Pasar Gede sempat beralih fungsi sebagai tempat hiburan, diskotik, dan biliar. Pada saat itu, terjadi kebakaran akibat korsleting sehingga pasar itu harus direnovasi.
Bentuknya yang saat ini hanya 80 persen dari bentuk awal berdiri. Demi menjaga keunikan pasar, bangunan itu ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya.
Pasar Gede berada di kawasan Pecinan Solo. Banyak orang keturunan Tionghoa yang berdagang di sana. Terdapat sebuah kelenteng persis pada seberang jalan di selatan pasar. Kelenteng itu bernama Vihara Avalokitesvara Tien Kok Sie.
Dikutip dari Wikipedia, Pasar Gede merupakan pasar termegah se-Kota Solo. Pasar ini memiliki dua bangunan yang terpisahkan jalan raya. Masing-masing dari kedua bangunan tersebut terdiri dari dua lantai.
Pintu gerbang pada bangunan utama terlihat seperti atap singgasana. Hal inilah kemudian bangunan itu diberi nama Pasar Gede dalam Bahasa Jawa.