Kisah Albertus Soegijapranata, Uskup Agung Pribumi yang Meyakinkan Vatikan untuk Akui Kemerdekaan RI
Sosok Albertus Soegijapranata pernah berdiplomasi dengan Vatikan untuk mengakui kemerdekaan Indonesia
Sosok Albertus Soegijapranata pernah berdiplomasi dengan Vatikan untuk mengakui kemerdekaan Indonesia
Kisah Albertus Soegijapranata, Uskup Agung Pribumi yang Meyakinkan Vatikan untuk Akui Kemerdekaan RI
Sosok Albertus Soegijapranata punya jasa besar dalam membantu kemerdekaan Indonesia.
Tokoh Katolik ini mampu membuat Vatikan mengakui kedaulatan nusantara, dan terbebas dari intimidasi kolonialisme.
-
Siapa Uskup Roma yang pertama berkunjung ke Indonesia? Uskup Roma yang menggelar lawatan ke Indonesia pertama adalah Paus Paulus VI.
-
Siapa yang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia? Pada tanggal 17 Agustus 1945, Hatta bersama Soekarno resmi memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta.
-
Apa yang dilakukan Paus Fransiskus di Indonesia? Diketahui, Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik Sedunia yang juga merupakan Kepala Negara Vatikan, mengadakan kunjungan di Indonesia.
-
Siapa yang Paus Fransiskus temui di Indonesia? Tanggal 4 September, Paus akan mulai menjalani sejumlah agenda dan di hari ini akan menghadiri empat acara. Dua acara berlangsung di Istana Merdeka, bertemu secara khusus dengan Presiden Joko Widodo.
-
Siapa Bapak Persandian Republik Indonesia? Mayjen TNI (Purn) dr. Roebiono Kertopati lahir pada 11 Maret 1914 di Ciamis, Jawa Barat dan wafaf di usia 70 tahun pada 23 Juni 1984.
-
Kapan Paus Fransiskus tiba di Indonesia? Pada Selasa (3/9/2024), Paus Fransiskus tiba di Bandara Internasional Soekarna-Hatta dengan menaiki pesawat komersil dari maskapai Alitalia.
Langkah diplomasi ini dilakukan agar ada negara lain, khususnya di Eropa bisa mengakui kedaulatan nusantara.
Ia melakukan diplomasi tersebut pada 1947, hingga Indonesia bisa benar-benar lepas dari cengkraman penjajah.
Selain menginspirasi karena keberaniannya, tokoh asli Semarang ini juga dikenal sebagai uskup agung yang pertama diangkat di Indonesia. Berikut kisah selengkapnya:
Pro nasionalis
Mengutip unika.ac.id, Soegija mengakui bahwa Indonesia harus berdiri sendiri, dan terlepas dari intimidasi negara penjajah.
Ia benar-benar pro nasionalis, sehingga menuangkan berbagai gagasan pendirian Indonesia melalui tulisan dan wawancara dengan media asing.
Ketika itu, paska pembacaan proklamasi oleh Soekarno pada 1945, bangsa-bangsa lain yang tak ingin Indonesia berdiri melakukan upaya pecah belah. Akhirnya Belanda kembali datang, dengan membonceng Inggris untuk kembali menguasai Indonesia.
Langkah besar yang dilakukan Soegija adalah melakukan diplomasi dan koordinasi dengan Vatikan terkait kekejaman pasukan Belanda di Indonesia.
Diplomasi Soegija dengan Vatikan
Ketika itu, bulan Januari 1947, pertempuran di banyak daerah tengah pecah terutama setelah Belanda bersama sekutunya datang pada 24 September 1945. Ketika itu Indonesia dikuasai oleh banyak negara seperti Amerika, Australia, Inggris hingga Belada.
Sebagai tokoh agama yang ingin menyatukan bangsa, Soegija merasa gerah melihat kondisi ini, hingga akhirnya Soegija melakukan diplomasi di tanggal 18 Januari 1947 kepada Vatikan.
Komunikasi Soegija dengan Paus Fransiskus di Vatikan rupanya berhasil. Paus lantas mengakui bahwa Indonesia adalah negara yang merdeka dan terbebas dari penjajah setelah pembacaan proklamasi di tanggal 17 Agustus 1945.
Paus Ajak Umat Katolik Dunia Akui Kemerdekaan Indonesia
Tak hanya direspons, Paus di Vatikan juga melakukan upaya besar, yakni dengan menggerakkan umat Katolik di dunia agar mendukung Indonesia.
Langkah ini juga berhasil, hingga Indonesia mendapat dukungan simpati dari masyarakat internasional.
Tak berapa lama, upaya penghentian penguasaan kembali Indonesia oleh negara-negara sekutu Belanda juga mereda hingga Indonesia benar-benar diakui kemerdekaannya oleh dunia internasional pada 27 Desember 1949.
Rangkul semua golongan untuk mendukung Pancasila
Kepedulian akan Pancasila usai Indonesia merdeka juga terus digelorakan oleh Soegija. Terdapat momen di mana ia merangkul semua golongan untuk mendukung penerapan Pancasila melalui Ikatan Petani Pancasila, Ikatan Buruh Pancasila, Ikatan Nelayan Pancasila, dan sebagainya.
Namun di balik itu ada misi lain yakni menghindari adanya pemberontakan terhadap keutuhan negara yang ketika itu disebut komunis.
Soegija berkeyakinan, ketika upaya pemberontakan terhadap Pancasila tidak terjadi maka keutuhannya akan terjaga. Dari sini, semua golongan dari latar belakang agama, budaya serta tradisi yang berbeda bisa bersatu padu membangun Indonesia.
Ajak masyarakat bangun pendidikan karakter di keluarga
Di luar itu, Soegija juga santer menyuarakan pembangunan pendidikan di ranah keluarga.
Semangat ini ia sampaikan dalam Surat Gembala Prapaskah yang terbit pada 6 Februari 1956 yang berbunyi bahwa ketika anak-anak dididik secara Katolik maupun nasional, maka karakter rohaniah dan semangat kebangsaan bisa terbangun.
Dirinya menekankan bahwa agama atau duniawi bukanlah sebuah pilihan dikotomi, justru keduanya harus disinergiskan agar manusia bisa tetap berselaras dengan landasan hati dan pikiran.