Kisah Pirngadie Keliling Indonesia untuk Melukis Wajah Semua Suku, Kini Jadi Arsip Penting Museum Nasional
Lukisan 78 suku bangsa yang dipajang di Museum Nasional itu menyihir mata nyaris setiap pengunjung
Lukisan 78 suku bangsa yang dipajang di Museum Nasional itu menyihir mata nyaris setiap pengunjung
Kisah Pirngadie Keliling Indonesia untuk Melukis Wajah Semua Suku, Kini Jadi Arsip Penting Museum Nasional
Berasal dari keluarga ningrat, Pirngadie yang saat itu baru berusia 12 tahun punya privilese magang pada sebuah kantor pertanahan milik pemerintah Hindia Belanda. Saat itulah, ia berkenalan dengan pensil gambar, cat, dan kuas yang mengantarkannya jadi pelukis andal di kemudian hari.
-
Siapa Bapak Permuseuman Indonesia? Bicara tentang museum di Indonesia maka akan bicara mengenai sosok Mohammad Amir Sutarga. Dia didaulat sebagai Bapak Permuseuman Indonesia.
-
Dimana Museum Nasional berada? Museum Nasional yang terletak di Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat itu saat ini dijaga ketat TNI, Polri, dan pasukan pengamanan museum usai bagian gedung A dilalap si jago merah.
-
Apa isi dari Museum Kenangan Semeru? Museum ini berisi barang-barang kenangan, seperti foto dokumentasi, peralatan rumah tangga, tempat tidur, sofa, dan lain-lainnya.
-
Kenapa Museum Sadurengas penting? Musem Sadurengas merupakan objek wisata yang memiliki nilai sejarah di Kabupaten Paser, pasalnya museum ini eks kediaman Sultan Paser Aji Tenggara pada 1844-1873, lalu digunakan sebagai istana kesultanan pada masa kepimpinan Sultan Ibrahim Khaliludin.
-
Apa saja koleksi di Museum Sadurengas? Dalam ruangan pertama ini, tampak koleksi peninggalan-peninggalan Kesultanan Paser serasa memberikan sensasi kembali kembali ke masa lampau. Berbagai benda-benda yang bisa ditemui diantaranya alquran tua bertulis tangan, tempayan guci kuno peninggalan Dinasti Yuan, perlengkapan salat dan alat-alat rumah tangga seperti tempat sirih, sudu tinjau, geta bungau, sempowa dan pelita.
-
Apa yang dikoleksi Museum Kamsidi? Masuk ke dalam ruangan, ada sebuah ruangan yang penuh dengan koleksi alat musik tua. Sementara ada pajangan-pajangan di dinding yang memuat kisah-kisah sejarah Kamsidi.
Karya Awal
Selama magang, R.M. Pirngadie bertugas membuat peta-peta tanah. Mengutip situs resmi Museum Nasional Indonesia, Pirngadie lalu bertemu J.E. Jasper, seorang pegawai pemerintah Hindia Belanda yang ahli tentang seni Nusantara. Jasper mengagumi album gambar motif batik karya Pirngadie. Bahkan, bagi Jasper, reproduksi motif-motif Batik Jawa karya Pirngadie sangat sulit ditandingi kualitasnya.
Mas PirngadieTugas Menantang
Pirngadie kemudian bekerja di Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Ia ditugaskan membuat lukisan 78 wajah semua suku bangsa. Lukisan ini akan dipajang mengelilingi peta besar Nusantara yang juga karyanya.
Tugas ini dikerjakan Pirngadie pada tahun 1928. Pirngadie ditemani Jasper keliling dari satu daerah ke daerah dan membuat sketsa langsung di tempat. Hal ini bertujuan agar hasil lukisannya benar-benar menunjukkan ciri khas setiap suku bangsa.
Lukisan wajah 78 suku bangsa karya Pirngadie punya tingkat presisi tinggi pada setiap detailnya. Adapun proyek lukisan ini merupakan bagian dari misi mendata seni kerajinan rakyat.
Lukisan karya Pirngadie merupakan arsip penting bagi bangsa Indonesia. Karya tersebut mencerminkan keragaman budaya Indonesia, mulai dari simbol kecantikan, perhiasan, kasta sosial, hingga aspek adaptasi dengan alam.
Lukisan Terbakar
Pada tahun 1931, lukisan suku bangsa dan peta besar Nusantara karya Pirngadie mendapat kehormatan dipamerkan secara internasional dalam Koloniale Tentoonstelling (Pameran Kolonial) di Paris, Prancis. Nahas, karya Pirngadie musnah terbakar api bersama hasil seni Indonesia lainnya di pameran tersebut.
Pirngadie kemudian melukis ulang gambar wajah suku bangsa beserta peta suku bangsa Nusantara. Pada tahun 1935, karyanya dipamerkan di museum.
Akhir Hayat
Pirngadie meninggal dunia karena sakit pada 4 April 1936. Hingga kini, lukisan wajah suku bangsa dan peta suku bangsa karyanya masih dapat dinikmati saat memasuki Ruang Etnografi Museum Nasional.