Megah dengan Ciri Khas Masing-Masing, Ini Perbedaan Candi Sukuh dan Candi Cetho
Sama-sama punya kisah sejarah menarik untuk disimak, ini perbedaan Candi Sukuh dan Candi Cetho Karanganyar.
Destinasi wisata sejarah yang cocok dikunjungi bersama keluarga.
Megah dengan Ciri Khas Masing-Masing, Ini Perbedaan Candi Sukuh dan Candi Cetho
Ada dua candi bersejarah di lereng Gunung Lawu, tepatnya di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah yakni Candi Cetho dan Candi Sukuh. Meski letaknya berdekatan, kedua candi ini punya sejumlah perbedaan.
Candi Sukuh
Candi yang terletak di Dusun Sukuh, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar ini berada di ketinggian 910 MDPL. Candi berlatar agama Hindu ini diperkirakan dibangun pada akhir abad ke-15 M.
-
Apa yang unik dari Candi Sumur? Candi Sumur merupakan salah satu bangunan bersejarah di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur yang memiliki keunikan tersendiri. Tepat di tengah-tengah bangunan candi terdapat sebuah sumur.
-
Apa keunikan Candi Kethek? Mengutip Liputan6, Candi Kethek memiliki julukan sebagai salah satu candi tertinggi di Pulau Jawa. Ini karena keberadaannya di lereng Gunung Lawu. Lokasinya berapa 1.500 mdpl di atas permukaan laut.
-
Mengapa Candi Jawi unik? Berbeda dari candi-candi lain di Jawa Timur yang dibangun menghadap ke barat, Candi Jawi dibangun menghadap ke timur, sedikit menyerong ke arah timur laut.
-
Dimana Candi Mendut berada? Mengutip YouTube Asisi Channel, Candi Mendut segaris lurus dengan Candi Pawon dan Candi Borobudur.
-
Kenapa Candi Kethek menarik dikunjungi? Candi Kethek cocok untuk mereka yang menyukai ketenangan. Lokasi Candi Kethek tak begitu jauh dari Candi Cetho yang lebih populer. Secara stuktur, Candi Kethek juga belum banyak dipugar dan masih berbentuk tumpukan batu dengan lingkungan sekitar yang bersih dan nyaman.
-
Kenapa Candi Mendut menarik untuk dikunjungi? Terletak di jalur pemujaan ke Candi Borobudur, Candi Mendut sering dijadikan tempat ziarah bagi para peziarah Buddha.
Candi Sukuh dinilai menyimpang dari ketentuan dalam kitab pedoman pembuatan bangunan suci Hindu, Wastu Widya. Menurut ketentuan, candi harus berdenah dasar bujur sangkar dengan tempat paling suci di tengah. Penyimpangan diduga karena candi ini dibangun pada masa memudarnya pengaruh Hinduisme di Jawa.
Pudarnya Hinduisme di Jawa menghidupkan kembali unsur budaya setempat dari zaman Megalitikum. Pengaruh zaman prasejarah terlihat dari bentuk bangunan candi berupa teras berundak. Mirip punden berundak yang merupakan ciri khas bangunan suci masa pra Hindu. Ciri khas lain bangunan suci masa pra Hindu yakni tempat paling suci terletak di bagian paling tinggi dan paling belakang.
Tujuan Pendirian Candi Sukuh
Candi Sukuh dibangun untuk tujuan pangruwatan alias menangkal atau melepaskan kekuatan buruk yang memengaruhi kehidupan seseorang. Dugaan tersebut didasarkan pada relief-relief yang memuat cerita pangruwatan, seperti Sudamala dan Garudheya. Selain itu juga pada arca kura-kura dan garuda yang terdapat di Candi Sukuh.
Berbeda dengan Candi Lain
Candi Sukuh menempati areal seluas 5.500 m2, terdiri atas tiga teras bersusun. Sepintas candi ini terlihat seperti bangunan pemujaan Suku Maya di Mexico. Gerbang utama, gerbang lain menuju ke teras dan bangunan utama menghadap ke arah barat. Berbeda dengan candi-candi di Jawa tengah yang umumnya menghadap ke timur.
(Foto: Instagram @prokit_traveller)
Bangunan utama Candi Sukuh berbentuk trapesium seperti dikutip dari perpusnas.go.id. Luas dasar bangunan 15 m2 dan tingginya mencapai 6 m. Di pertengahan sisi barat bangunan terdapat tangga sempit dan curam menuju ke atas atap. Bangunan yang ada saat ini adalah kaki candi, sedangkan bangunan candinya sendiri kemungkinan terbuat dari kayu.
(Foto: Instagram @arisjdmiko)
Candi Cetho
Candi Cetho dibangun pada zaman Kerajaan Majapahit, tepatnya masa pemerintahan Raja Brawijaya V. Konon nama Cetho, dalam bahasa Jawa berarti jelas. Digunakan sebagai nama dusun tempat candi ini berada karena dari Dusun Cetha orang dapat dengan jelas ke berbagai arah.
Ke arah utara terlihat pemandangan Karanganyar dan Kota Solo dengan latar belakang Gunung Merbabu dan Merapi serta, lebih jauh lagi, puncak Gunung Sumbing. Ke arah barat dan timur terlihat bukit-bukit hijau membentang. Sedangkan ke arah selatan terlihat punggung dan anak-anak Gunung Lawu.
(Foto: Perpusnas Indonesia)
Tujuan Pembangunan
Candi Cetho dibangun sekitar tahun 1451-1470 atau masa akhir pemerintahan Kerajaan Majapahit. Candi Hindu ini dibangun untuk tujuan 'ruwatan', yaitu upaya penyelamatan dari malapetaka dan berbagai bentuk tekanan akibat kekacauan yang sedang berlangsung kala itu.
(Foto: Perpusnas Indonesia)
Kenyataan bahwa candi ini merupakan candi Hindu menarik, karena raja-raja Majapahit menganut ajaran Buddha. Penyimpangan tersebut diduga berkaitan erat dengan tujuan pembangunan Pada masa itu Kerajaan Majapahit mengalami proses keruntuhan dengan memuncaknya kekacauan sosial, politik, budaya dan bahkan tata keagamaan. Majapahit runtuh total pada 1478 M.
Bangunan Fisik Candi Cetho
Candi ini merupakan kelompok bangunan yang terdiri atas 11 teras berundak, membentang arah timur-barat. Teras pertama terletak di sisi timur, makin ke barat makin tinggi.
Masing-masing teras dihubungkan oleh sebuah pintu dan jalan setapak yang seolah membelah halaman teras menjadi dua sisi. Di sisi timur teras paling bawah terdapat sebuah gapura yang merupakan pintu gerbang kompleks Candi Cetho. Di depan gapura terdapat ada sebuah arca batu yang disebut arca Nyai Gemang Arum.
Di sisi selatan teras pertama terdapat bangunan tanpa dinding yang berdiri di atas fondasi setinggi kurang lebih 2 m. Di dalam bangunan terdapat susunan batu yang sering digunakan untuk meletakkan sesajian.