Melihat Prosesi Labuhan Keraton Yogyakarta di Gunung Lawu, Tapak Tilas Perjalanan Terakhir Prabu Brawijaya V
Perjalanan menuju puncak Gunung Lawu membutuhkan waktu 9-10 jam.
Perjalanan menuju puncak Gunung Lawu membutuhkan waktu 9-10 jam.
Melihat Prosesi Labuhan Keraton Yogyakarta di Gunung Lawu, Tapak Tilas Perjalanan Terakhir Prabu Brawijaya V
Pada Senin (12/2), digelar Hajad Dalem Labuhan Lawu di Petilasan Hargo Dalem, Gunung Lawu. Rombongan pembawa ubo rampe dari Keraton Yogyakarta tiba di Petilasan Hargo Dalem pukul 09.00 WIB.
(Foto: Instagram @kratonjogja)
-
Dimana leluhur Prabowo dimakamkan? Dikutip dari Liputan6.com, kakek Prabowo, Margono Djojohadikusumo merupakan pendiri Bank Negara Indonesia (BNI). Saat wafat, ia dimakamkan di tanah leluhurnya, Dawuhan, Banyumas.
-
Kapan Prabowo berziarah ke Banyumas? Pada tahun 2018 sendiri, Prabowo sempat melakukan ziarah ke makam leluhurnya di Dawuhan.
-
Kenapa Prabowo berziarah ke Banyumas? 'Saya kan keturunan Banyumas. Sudah adat kita, tradisi kita, kalau kita berziarah ke sana. Kita tengok leluhur kita dengan datang ke pemakamannya,' kata Prabowo dikutip dari Liputan6.com.
-
Apa yang ada di petilasan Prabu Siliwangi? Terdapat Kolam Air Alami Dalam kanal YouTube Wong Dewek yang fokus memuat tentang sejarah budaya dan mitos masyarakat, di lokasi ini terdapat dua buah kolam air alami yang jernih yakni lanang dan wadon (laki-laki dan perempuan).
-
Apa itu Jalak Lawu? Salah satu mitos yang terkenal di kalangan pendaki Gunung Lawu adalah keberadaan burung jalak lawu. Diketahui, terdapat mitos yang mengatakan kalau burung jalak ini merupakan perwujudan dari pengawal Raja Brawijaya V yang moksa di puncak Gunung Lawu.
-
Apa yang dipercaya sebagai tempat sakral di Gunung Lawu? Gunung Lawu, memiliki tiga puncak utama yang dianggap tempat sakral dan dijadikan pusat aktivitas spiritual oleh masyarakat setempat.
Sebelumnya mereka melakukan pendakian selama kurang lebih 8-9 jam melalui jalur Mongkongan.
Mengutip Instagram @kratonjogja, prosesi Labuhan Lawu tahun ini telah kembali seperti sebelum pandemi. Saat pandemi, prosesi labuhan digelar di Cemara Kandang.
Ubarampe yang dilabuh pada prosesi kali ini merupakan ubarampe Kasepuhan dan Kanoman. Sehari sebelumnya, tepatnya Minggu (11/2), ubarampe yang dilabuh terlebih dahulu diserahterimakan oleh Utusan Dalem KRT Rintaiswara didampingi KRT Widyacandra Ismayaningrat secara langsung kepada Abdi Dalem Juru Kunci Gunung Lawu di kediaman sang juru kunci.
Seluruh ubarampe kemudian didoakan dalam Upacara Sugengan setelah magrib di kediaman Juru Kunci Gunung Lawu untuk kemudian dilabuh keesokan harinya.
Sebagai penutup prosesi tersebut, pada Selasa (13/2) dilakukan prosesi lodoran ubarampe.
Lodoran ini merupakan prosesi penggantian ubarampe yang dilabuh tahun lalu dengan ubarampe yang dilabuh tahun ini.
Prosesi Labuhan Lawu juga yang kemudian menandai selesainya seluruh rangkaian peringatan Tingalan Jumenengan Dalem.
Mengutip YouTube Kraton Jogja, Hajad Dalem Labuhan Lawu ini merupakan bentuk ketaatan Kraton Yogyakarta terhadap para pendahulu.
Selain itu, tradisi tersebut juga ada kaitannya dengan kisah pelarian Prabu Brawijaya V yang melarikan diri dari Istana Majapahit menuju Gunung Lawu.
Dalam kisah itu, diceritakan pada akhirnya Prabu Brawijaya V menjalani sisa hidupnya sebagai seorang petapa di puncak Gunung Lawu.
“Akhir dari pertapaan itu beliau wafat. Tapi tidak meninggalkan jasad. Dalam bahasa Jawa artinya moksa. Jadi moksa artinya meninggal tanpa meninggalkan raga,” terang KRT Rintaiswara, Abdi Dalem Kraton yang menjabat sebagai Penghageng II Kawedanan Widya Budaya.