Melihat Suasana Pasar Orang Jawa di Suriname, Jajakan Kuliner Nusantara Mulai dari Soto hingga Dawet
Saoenah Markt didirikan pada tahun 1996 untuk menampung para pedagang yang dilarang berjualan di pusat kota.
Saoenah Markt didirikan pada tahun 1996 untuk menampung para pedagang yang dilarang berjualan di pusat kota.
Melihat Suasana Pasar Orang Jawa di Suriname, Jajakan Kuliner Nusantara Mulai dari Soto hingga Dawet
Pagi hari di pertengahan bulan Januari 2024, cuaca Kota Paramaribo di Suriname bisa dikatakan cukup ideal untuk beraktivitas sehari-hari.
Walau cuacanya cukup cerah, namun sinar matahari tidak terlalu menyengat. Saat itu pemilik kanal YouTube Moh Susilo berkeliling kota ditemani oleh Mas Moreno, salah seorang warga Kota Paramanibo.
-
Apa yang dilakukan orang Jawa Suriname? Mereka dibawa oleh Belanda sebagai pekerja kontrak.
-
Dimana orang Jawa tinggal di Suriname? Disana mereka menjadi tenaga kerja atau budak yang ditempatkan di beberapa perkebunan.
-
Dimana orang Jawa Suriname bekerja? Dahulu di perkebunan itu banyak orang Jawa dipekerjakan oleh pemerintah kolonial Belanda.
-
Kenapa Orang Jawa Suriname ingin ke Jawa? 'Ya ada rasa kangen. Tapi gimana nggak bisa ke sana. Tiketnya mahal. Nggak punya uang,' kata Bimbo dikutip dari dari kanal YouTube Moh Susilo.
-
Bagaimana bahasa Jawa menjadi bahasa sehari-hari di Suriname? Ratusan orang Jawa yang diangkut ke Benua Amerika bagian selatan pada tahun 1880-an kini mengisi 15 persen komposisi penduduk Suriname.
-
Bagaimana Orang Jawa Suriname belajar budaya Jawa? Selain dari orang tuanya, dulu ia sering berkunjung ke rumah para sesepuh Jawa di Suriname bagaimana dulu mereka bisa sampai di sana. Dari sesepuh itu pula Semoedi banyak belajar tentang budaya Jawa.
Pagi itu mereka mengunjungi Saoenah Markt. Orang-orang lebih mengenal tempat itu sebagai Pasar Jawa. Banyak warga Suriname keturunan Jawa yang berjualan di pasar itu. Interaksi sehari-hari mereka pun juga menggunakan Bahasa Jawa.
Salah seorang warga keturunan Jawa di sana juga menjual berbagai makanan yang familiar ditemukan di Indonesia seperti nasi goreng, ceker, dan makanan lainnya.
“Ini juga ada bakmi, telo, nasi putih, gulung-gulung, babat sapi, lumpia, suwiwi ayam, dan sambal-sambal,” kata Bu Ike, penjual kuliner Indonesia di Saoenah Markt.
Tak hanya Bu Ike, ada juga Mas Heri yang menjual kuliner Jawa di Saoenah Markt. Ia berkata, biasanya yang membeli jajanannya tak hanya orang keturunan Jawa, namun juga warga Suriname dari etnis lainnya.
Beberapa wisatawan yang ditemui pemilik kanal YouTube Moh Susilo tampak sengaja berkunjung ke pasar itu untuk mencoba kuliner khas Jawa.
Banyak dari mereka yang datang ke sana karena rasa penasaran. Setelah dicoba mereka jadi ketagihan karena kuliner yang dijajakan memiliki rasa yang sulit ditemui di belahan dunia manapun.
Menjelang siang, speaker pasar berbunyi memutar musik lagu Sewu Kutho Didi Kempot. Mas Moreno membeli minuman dawet yang rasanya segar.
“Ini dawetnya laris kalau di sini. Kalau mau beli ini harus antre,” kata Mas Moreno.
Saoenah Markt didirikan pada tahun 1996 untuk menampung para pedagang yang dilarang berjualan di pusat kota. Lahan pasar sendiri merupakan milik seorang warga Surniame bernama Abin Abbas.
Awalnya jumlah pedagang di pasar itu ada 48 orang. Dalam perjalanannya pasar itu bertambah luas dan ditambah berbagai fasilitas khusus seperti pagar, pintu masuk, dan area khusus untuk makan dan minum.
Tak hanya sebagai sarana jual beli, Pasar Saoenah Markt juga menjadi tempat reuni, melepas kangen antar keluarga dan sahabat. Para pengunjungnya juga banyak yang datang dari luar negeri seperti Belanda dan Kanada.