Mengunjungi Pasar Kuno di Lamongan, Suguhkan Suasana Belanja Tempo Dulu Bayarnya Pakai Koin Kayu
Suasana pasar ini seolah mengingatkan kehidupan masyarakat saat era penyebaran agama Islam. Semakin kental terasa dengan pembayaran yang memakai koin kayu unik.
Jika ingin merasakan suasana khas zaman Walisongo ratusan tahun silam, kiranya bisa mampir ke kompleks pasar kuno Latar Cendhani yang ada di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Lokasi pasar ini terletak di Desa Sendangduwur, Kecamatan Paciran yang dikelilingi kebun-kebun warga.
Suasana pasar ini seolah mengingatkan kehidupan masyarakat saat era penyebaran agama Islam. Banyak kedai-kedai para pedagang yang didesain dari bahan kayu serta atap daun kering. Semakin kental terasa antik saat metode pembayarannya memakai kepingan koin jadul berbahan kayu unik.
-
Apa itu Pasar Setan Gunung Lawu? Mitos Gunung Lawu paling populer pertama adalah Pasar Setan Gunung Lawu. Pasar gaib ini disebut juga sebagai tempat sarangnya makhluk halus. Menurut informasi masyarakat setempat, puncak gunung Lawu yang terkenal adalah Hargo Dalem. Sedangkan puncak tertinggi gunungnya adalah Hargo Dumilah.
-
Di mana Pasar Setan Gunung Lawu? Pasar Setan terletak di sekitar Pos 5 pada jalur pendakian Gunung Lawu.
-
Di mana Pasar Setan Gunung Lawu berada? Ketinggian gunung yang mencapai tinggi 3.265 mdpl dianggap masih menyimpan cerita tersembunyi tentang kerajaan Majapahit. Puncak gunung Lawu menjadi tempat dari pasar setan.
-
Kenapa Pasar Lama Tangerang menarik? Di lokasi ini, para pengunjung dapat memilih berbagai kios makanan dengan sajian yang begitu menggugah selera.
-
Kenapa Pasar Loak Lemahwungkuk terkenal? Lokasi ini memang terkenal sebagai surganya barang tak terpakai, sehingga selalu dipadati para pemburu 'harta karun' dari wilayah tiga Cirebon seperti Indramayu, Majalengka dan Kuningan.
-
Di mana Pasar Kangen diadakan? Pada 2023 ini, Pasar Kangen kembali hadir untuk masyarakat Jogja dan sekitarnya. Dengan mengusung tema “Gandeng Gendong“, Pasar Kangen digelar mulai 27 Juli-5 Agustus 2023 pukul 13.00-21.00 di Taman Budaya Yogyakarta.
Sesuai dengan konsepnya, pasar kuno ini hanya menjual aneka makanan dan jajanan khas tempo dulu. Seluruhnya dijajakan langsung oleh warga setempat dengan harga yang ramah di kantong.
Hadirnya pasar ini erat dengan kebudayaan Islam pada masa lampau yang kini diwariskan kepada para keturunannya di Sendangduwur. Berikut informasi selengkapnya.
Suguhkan Suasana Tempo Dulu
Di pintu gerbang, tertulis Latar Cendhani dengan gapura berbentuk kayu yang semakin menguatkan suasana tempo dulu. Kemudian di area yang cukup luas itu, berjajar sejumlah kedai makanan yang dijaga oleh warga setempat.
Mengutip ANTARA, warga kebanyakan mengolah makanan yang dijual di sana dari hasil bumi mereka. Kemudian, makanan tersebut dijajakan oleh penjualnya yang mengenakan pakaian tradisional kebaya dan lurik.
Menariknya, beberapa penjual kuliner mengemas dagangannya dengan daun jati sehingga lebih ramah lingkungan.
Menjual Aneka Kuliner Tradisional
Kuliner yang dijual seluruhnya berjenis kudapan tradisional dan mungkin sudah sulit ditemukan di zaman sekarang. Paling favorit dari para pembeli di antaranya rujak, dawet, gulali kacang dan sego muduk.
Sego muduk merupakan kuliner nasi dengan tambahan rempah yang dahulu dijadikan sebagai kuliner masyarakat. Makanan tradisional tersebut berisi ikan laut, dengan rasa gurih dan pedas.
Makanan ini kemudian bisa dinikmati di gazebo dari kayu dan beratap daun yang disediakan oleh warga setempat. Semakin lengkap, karena pengunjung bisa menikmati secangkir wedang uwuh dan wedang kelor.
Hadirkan Kain Batik Bermotif Sendangduwur
Jangan dikira bahwa yang dihadirkan seluruhnya berupa kuliner, di Latar Cendhani ini juga tersedia kain batik tradisional bermotif Sendangduwur yang khas.
Batik ini berjenis batik tulis, dengan motif hewan-hewan setempat, dedaunan sampai bangunan rumah tradisional beserta pepohonan.
Bukan sekedar goresan lilin, karena di balik gambar memiliki cerita terkait masa silam di sana.
Pembayaran Menggunakan Koin dari Kayu
Konsep tradisional juga kuat dirasakan karena metode pembayarannya tidak menggunakan uang logam maupun kertas masa kini. Alat transaksi di sini menggunakan kepingan kayu yang dibentuk bulat.
Nilai satu kepingnya adalah Rp2 ribu, untuk harga makanan di sini bisa dibeli mulai dari 1 sampai 2 keping.
Sebelum berbelanja, pengunjung akan diarahkan untuk menukarkan koin di penjaga. Hal ini tentu akan memudahkan penjual dan pembeli, sehingga tidak perlu mencari kembalian.
Dekat dengan Wisata Sejarah Sunan Sendangduwur
Diketahui bahwa pasar ini hanya buka satu hari dalam seminggu yakni saat pasaran legi. Dalam bahasa Jawa ada total lima hari pasaran yakni Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi.
Selain itu, desa ini juga terkenal dengan adanya makam Sunan Sendangduwur, yang letaknya tak jauh dari lokasi pasar. Tokoh ini merupakan salah satu Wali penyebar agama Islam yang berjuang di abad ke-16 silam.
Merujuk kanal Youtube Haryanto Agus Channel, makamnya berada di Desa Sendangduwur dan kerap didatangi para peziarah. Hadirnya pasar ini juga merupakan upaya untuk mengangkat pariwisata desa, sekaligus mengenalkan tokoh pejuang agama Islam di wilayah Sendangduwur.