Berusia 103 Tahun, Ini Kisah Mbah Sakinem Saksi Hidup Perjalanan Para Imigran Jawa ke Suriname
Mbah Sakinem ialah imigran Jawa yang kini tinggal di Suriname. Ia disebut menjadi saksi hidup satu-satunya perjalanan para imgiran Jawa ke Suriname.
Mbah Sakinem ialah imigran Jawa yang kini tinggal di Suriname. Ia disebut menjadi saksi hidup satu-satunya perjalanan para imgiran Jawa ke Suriname.
Berusia 103 Tahun, Ini Kisah Mbah Sakinem Saksi Hidup Satu-satunya Perjalanan Para Imigran Jawa ke Suriname
Mbah Sakinem merupakan saksi hidup perjalanan para imigran Jawa ke Suriname.
Ketika usia 13 tahun, ia merupakan salah satu dari para imigran Jawa yang ikut berlayar ke Suriname.
Kini ia telah berusia 103 tahun. Walau umurnya yang sudah lebih dari satu abad, dia masih tampak sehat.
-
Dimana orang Jawa tinggal di Suriname? Disana mereka menjadi tenaga kerja atau budak yang ditempatkan di beberapa perkebunan.
-
Apa yang dilakukan orang Jawa Suriname? Mereka dibawa oleh Belanda sebagai pekerja kontrak.
-
Siapa yang pergi ke Suriname dari Bojonegoro? Pada awal tahun 1900, sekitar 300 lebih warga Bojonegoro mencoba peruntungan merantau ke Suriname, salah satu negara jajahan Belanda di Amerika Latin.
-
Kenapa Orang Jawa Suriname ingin ke Jawa? 'Ya ada rasa kangen. Tapi gimana nggak bisa ke sana. Tiketnya mahal. Nggak punya uang,' kata Bimbo dikutip dari dari kanal YouTube Moh Susilo.
-
Bagaimana Orang Jawa Suriname belajar budaya Jawa? Selain dari orang tuanya, dulu ia sering berkunjung ke rumah para sesepuh Jawa di Suriname bagaimana dulu mereka bisa sampai di sana. Dari sesepuh itu pula Semoedi banyak belajar tentang budaya Jawa.
-
Bagaimana orang Bojonegoro pergi ke Suriname? Mereka diangkut ke Belanda dengan kapal pada tahun 1907.
Dilansir dari kanal YouTube Surindo Family, Mbah Sakinem mengatakan kalau ia berasal dari Desa Krasak. Dia berlayar ke Suriname bersama kedua orang tua serta dua adik kandungnya.
Kini semua anggota keluarganya itu sudah meninggal, tinggal menyisakan Mbah Sakinem seorang diri yang masih hidup.
Berlayar selama 55 hari
Mbah Sakinem bercerita, dulu ia dan keluarganya pergi meninggalkan desa dengan berjalan kaki saat hari masih malam. Mereka kemudian dinaikkan ke dalam sebuah truk.
Selanjutnya, ia dan keluarga diturunkan ke Depo Gondomanan. Dari depo, Mbah Sakinem dan keluarganya dinaikkan ke sebuah kapal, namanya Kapal Jember.
Mereka melakukan pelayaran selama 55 hari hingga sampailah di Suriname.
Mbah Sakinem bercerita, waktu itu yang ikut pelayaran dengan Kapal Jember ada 500 orang. Selama di kapal, mereka diberi makan dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Menu makannya biasanya nasi dengan lauk dencis atau “cornetbif”.
Selama 55 hari berlayar di kapal, ada yang meninggal dan juga ada yang melahirkan di atas kapal.
“Sampai depo pelabuhan kota langsung dikasih parang, gantol untuk bersih-bersih. Bapak saya kerja, saya belum boleh kerja, suruh jaga adik-adik yang masih kecil,” kata Mbah Sakinem dikutip dari kanal YouTube Surindo Family.
Setelah tiga bulan tinggal di depo kota, Mbah Sakinem sekeluarga dipindah ke desa. Di desa mereka hidup berdampingan dengan para imigran dari Afrika.
“Dulu kami berkomunikasi ada penerjemahnya. Namanya Sinem. Dia yang lebih dulu menetap di sana,” kata Mbah Sakinem.
Kini, sehari-hari Mbah Sakinem tinggal bersama anak angkatnya. Anak angkatnya bercerita dia sudah tinggal bersama Mbah Sakinem sejak bayi. Saat itu usia Mbah Sakinem 48 tahun dan masih punya suami.
Waktu sang anak angkat sudah berusia 20 tahun, suami Mbah Sakinem meninggal. Sejak saat itu Mbah Sakinem tidak lagi memiliki suami.
Dari penuturan anaknya, diketahui bahwa sehari-hari Mbah Sakinem berkomunikasi dengan Bahasa Jawa dan tidak bisa Bahasa Belanda.
Anak angkatnya mengatakan, walau sudah lanjut usia, Mbah Sakinem masih terlihat sehat. Bahkan saat usianya 98 tahun, ia masih kuat naik sepeda.
“Sudah lima tahun ini tidak naik sepeda. Takut aku,” kata anak perempuan Mbah Sakinem, dikutip dari kanal YouTube Surindo Family.