Mengenal Hydroxychloroquine, Obat yang Digunakan untuk Pasien Covid-19
Merdeka.com - Pandemi virus corona masih menjadi masalah besar di banyak negara. Hingga pertengahan April, lebih dari 2,5 juta orang telah terinfeksi virus yang berasal dari Wuhan, China ini.
Berbagai cara telah dilakukan sejumlah pihak untuk mencegah penyebaran virus corona. Para peneliti masih bekerja keras untuk menemukan bisa menemukan vaksin yang bisa menyembuhkan penyakit Covid-19 ini.
Meski sampai saat ini vaksin virus corona belum ditemukan, para peneliti telah menggunakan beberapa obat untuk diberikan kepada pasien Covid-19, salah satunya adalah Hydroxychloroquine.
-
Mengapa obat ini dikembangkan? Kehilangan gigi sering kali menjadi masalah bagi orang-orang yang mengidap kondisi ini, mulai dari masalah penampilan hingga masalah fungsional, seperti berkurangnya kemampuan menggigit.
-
Siapa yang mengembangkan obat ini? Ahli biologi molekuler dan dokter gigi, Takahashi Katsu, telah mengembangkan obat sejenis ini untuk pertama kalinya setelah bekerja dalam bidang regenarasi gigi selama 20 tahun.
-
Obat apa yang menyembuhkan Hepatitis C? Harvoni, kombinasi ledipasvir dan sofosbuvir, menawarkan pengobatan efektif dengan tingkat keberhasilan 94-99%. Cukup dengan satu pil sehari selama beberapa minggu, pasien dapat terbebas dari penyakit ini.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Mengapa Covid-19 menjadi pandemi global? Pandemi Covid-19 telah menjadi salah satu peristiwa paling berdampak di abad ke-21. Penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru ini telah menginfeksi lebih dari 200 juta orang dan menewaskan lebih dari 4 juta orang di seluruh dunia.
-
Apa saja bahan jamu yang mudah didapatkan? Tanaman yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan jamu biasanya berupa rimpang dan rempah-rempah pilihan, seperti kunyit, temulawak, kunir, jahe, kencur, biji pala, hingga lengkuas. Bahan dasar pembuatan jamu ini selain mudah didapatkan juga memiliki banyak manfaat untuk kesehatan tubuh.
Hydroxychloroquine memang diketahui menjadi obat yang dibutuhkan untuk mengurangi gejala dari pasien positif Covid-19. Diketahui bahwa bahan baku dari obat ini sangat sulit didapat, sebab hampir seluruh dunia berebut untuk mendapatkan obat ini.
Lalu seperti apa dan bagaimana obat Hydroxychloroquine ini bekerja. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut penjelasannya untuk Anda.
Mengenal Hydroxychloroquine
AFP
Seperti dilansir dari situs Healthline, Hydroxychloroquine merupakan salah satu obat resep, artinya hanya dapat dikonsumsi dengan menggunakan resep dokter. Hydroxychloroquine berupa tablet yang diminum langsung, atau disebut juga dengan tablet oral.
Di pasaran, obat ini tersedia dengan merek dagang Planequil. Selain itu Hydroxychloroquine juga tersedia dalam versi generik. Biasanya versi generik ini bisa didapatkan dengan harga yang lebih murah. Naum dalam beberapa kasus, obat versi generik dari Hydroxychloroquine ini tidak tersedia dalam setiap kekuatan atau dosis tertentu.
Biasanya obat Hydroxychloroquine ini dikonsumsi sebagai terapi kombinasi. Di mana, penggunaan obat ini disertai dengan konsumsi obat lain. Diketahui bahwa Hydroxychloroquine diproduksi untuk mengobati penyakit lupus dan rheumatoid arthritis. Selain itu, Hydroxychloroquine juga digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit malaria.
Bedanya dengan Chloroquine
PATRICK HERTZOG/AFP
Sebelum Hydroxychloroquine, diketahui bahwa Chloroquine telah lebih dulu digunakan untuk mengobati pasien Covid-19. Seperti dilansir dari laman Sehatq, Chloroquine digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit malaria. Obat ini diyakini dapat bekerja menghambat masuknya virus ke dalam tubuh.
Obat Chloroquine ini kemudian sempat digunakan pemerintah China untuk diujicobakan pada pasien Covid-19. Pasien yang mendapat pengobatan ini, menunjukkan hasil rontgen paru-paru meningkat lebih baik, dapat menghambat virus dan mempercepat pemulihan.
Seiring perkembangan, saat ini telah digunakan obat baru yang masih satu jenis dengan Chloroquine, yaitu Hydroxychloroquine. Kedua obat ini memang digunakan untuk penyakit malaria. Namun berdasarkan penelitian, penggunaan Hydroxychloroquine ini dinilai lebih efektif untuk membunuh virus corona dibandingkan Chloroquine yang telah digunakan sebelumnya.
Namun penelitian lain menemukan bahwa konsumsi Hydroxychloroquine pada pasien Covid-19 terdapat kemungkinan terjadinya kerusakan hati dan ginjal. Meski demikian, hal ini masih diteliti lebih lanjut untuk memperjelas fakta.
Cara Hydroxychloroquine Bekerja
2020 Merdeka.com/ cdc
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa Hydroxychloroquine telah digunakan untuk mencegah dan mengobati malaria. Dalam hal ini, berdasarkan situs Healthline, Hydroxychloroquine bekerja untuk membunuh parasit yang menjadi penyebab infeksi malaria. Namun dalam penggunaannya untuk penyakit lupus dan arthritis, masih belum diketahui secara jelas bagaimana Hydroxychloroquine bekerja.
Sedangkan dalam penanganan wabah Covid-19, Hydroxychloroquine dipercaya dapat menghambat perkembangan virus dan mencegah kondisi infeksi paru-paru yang semakin buruk. Dalam pelaksanaannya, Hydroxychloroquine dipercaya mampu mempercepat pemulihan pasien Covid-19.
Hydroxychloroquine dan Azithromycin
shutterstock
Pemerintah Indonesia sediri kini telah menggunakan obat Hydroxychloroquine untuk penanganan pasien Covid-19. Sebagai obat terapi kombinasi, Hydroxychloroquine ini dikonsumsi bersama obat Azithromycin.
Berdasarkan situs Sehatq, gabungan kedua obat ini telah dilakukan oleh peneliti Prancis. Penelitian ini dilakukan pada 20 pasien Covid-19. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semua pasien yang mendapat pengobatan ini dinyatakan sembuh secara virologis. Di mana virus tidak lagi terdeteksi pada tubuh pasien.
Meskipun dinilai efektif, WHO menyebutkan bahwa penelitian yang dilakukan dalam cakupan kecil dan menggunakan metode non-acak tidak dapat menunjukkan hasil yang akurat. Sehingga dalam hal ini, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memperkuat fakta yang disebutkan. (mdk/ayi)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cairan termahal ternyata bukan minyak bumi ataupun minuman, melaikan racun.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaPenyiapan tempat karantina ini untuk mencegah penularan TBC di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi siap jadi 'endorser' kepada masyarakat yang menderita TBC agar tidak lupa minum obat.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaSejumlah penemuan obat revolusioner bisa menjadi manfaat terhadap dunia kesehatan di masa mendatang.
Baca SelengkapnyaBadan Pengawas Obat Eropa juga telah melarang peredaran vaksin ini.
Baca SelengkapnyaOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (14/8) menyatakan situasi penyakit Mpox terkini sebagai “kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia".
Baca SelengkapnyaSejumlah penemuan penting terkait medis dilaksanakan pada tahun 2023 ini dan bisa berdampak pada semakin banyak penyakit yang diatasi.
Baca SelengkapnyaTuberkulosis merupakan tantangan yang masih dihadapi oleh Indonesia hingga saat ini.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi juga telah memberikan instruksi untuk mencari solusi guna menekan harga obat di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.
Baca Selengkapnya