Raih Doktor Teknik Geologi, Peneliti UGM Jelaskan soal Geopark Karangsambung
Merdeka.com - Jumat (27/1) merupakan hari bersejarah bagi peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Chusni Ansori. Pada hari itu, ia resmi meraih gelar doktor dari Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM. Dalam studi doktoralnya, ia meneliti tentang pengaruh keragaman geologi terhadap budaya era Megalitikum hingga Kolonial.
“Saya percaya bahwa budaya pasti dipengaruhi oleh alam. Cuma berapa besar pengaruhnya dan dari faktor apa yang berpengaruh, ini yang coba saya kawinkan dengan riset interdisipliner ini,” kata Chusni dikutip dari ANTARA.
Dalam riset itu, ia mengambil obyek penelitian di Kawasan Taman Bumi (Geopark) Karangsambung. Ia menyimpulkan bahwa keragaman geologi di daerah itu menjadi salah satu faktor yang mampu membentuk keragaman budaya dari era Megalitikum hingga Kolonial.Berikut selengkapnya:
-
Siapa yang meneliti situs Bukit Kerang? H.M.E. Schurmann dan Peter Vincent van Stein Callenfels melakukan penelitian di situs Bukit Kerang pada 1927 silam.
-
Siapa yang memimpin penelitian batu purba ini? Penelitian yang telah berlangsung beberapa tahun ini dipimpin Dr. Zafer Derin dari Departemen Arkeologi Universitas Ege.
-
Apa temuan arkeolog di Situs Bhre Kahuripan? Tapak gapura masing-masing berdenah kurkifom. Para arkeolog juga berhasil menemukan pagar dan tapak tiga tapak gapura megah yang diduga jadi pintu utama Candi Tribhuwana Tunggadewi.
-
Siapa yang meneliti situs megalitikum di Pagar Alam? Mengutip situs indonesiakaya.com, seorang peneliti asal Belanda mengatakan jika ada 22 area di Pagar Alam yang diyakini terdapat situs megalitikum dari zaman pra-sejarah.
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog? Arkeolog baru-baru ini menemukan rumah prasejarah yang berasal dari 8.000 tahun lalu.
Ragam Situs Budaya di Karangsambung
©YouTube/LIPI
Chusni mengatakan, di Karangsambung setidaknya ada 11 situs budaya era Megalitikum, 12 situs era Hindu-Buddha, 31 situs era Islam, dan 83 situs warisan era Kolonial. Berdasarkan presentasenya, litologi atau karakteristik fisik batuan di kawasan itu telah mempengaruhi pembentukan budaya mencapai 2,3 persen pada era Megalitikum, 11,3 persen pada era Hindu-Buddha, 2,9 persen pada era Islam, dan 2,6 persen pada era Kolonial.
Pada era Megalitikum, ada warisan budaya lumpang batu yang berfungsi sebagai alat pengolahan pertanian tersebar di kawasan itu pada endapan alluvial di sekitar pasir besi, begitu pula pada era Hindu-Buddha, sebagian besar warisan budaya berupa tempat atau sarana ibadah di sana ditemukan pada endapan alluvial.
“Pada era Islam, makam juga berada pada endapan alluvial. Sedangkan pada era Kolonial situs yang berfungsi untuk ekonomi, pemerintahan, sekolahan, kesehatan, dan pertahanan mengelompok mengikuti pola sebaran situs pemerintahan di sekitar Kebumen, Karanganyar, Gombong, Kutowinangun, dan Prembun,” kata Chusni.
Sebuah Edukasi
©YouTube/LIPI
Chusni mengatakan, sejak tahun 2018 lalu, Karangsambung dan Karangbolong dikembangkan menjadi kawasan geopark oleh UNESCO sehingga nantinya akan berubah nama menjadi Geopark Kebumen karena letaknya yang berada di wilayah Kebumen. Ia menilai hasil risetnya akan bermanfaat dalam pengembangan itu.
Menurut Chusni, hasil riset doktoralnya itu juga penting sebagai bahan edukasi di kawasan geopark sekaligus mampu mengembangkan ekonomi masyarakat setempat.
“Sehingga bukan hanya wisata selfie, tapi juga geowisata yang memberikan pencerahan bagaimana batuan atau situs itu terjadi. Saya harap ini menjadi bagian dalam memperkaya proses edukasi dalam konteks geowisata,” kata Chusni. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejak ditetapkan sebagai UGG, kawasan Geopark Ijen Banyuwangi terus menarik minat para geolog untuk berkunjung.
Baca SelengkapnyaBupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani memaparkan bagaimana Geopark Ijen bertransformasi.
Baca SelengkapnyaMunas dihadiri perwakilan 29 badan pengelola geopark di Indonesia.
Baca SelengkapnyaKerja sama antar geopark ini sangat penting untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
Baca SelengkapnyaPengukuhan Ijen Geopark sebagai bagian UGG di Maroko dimanfaatkan Ipuk untuk promosi dan menjalin kerja sama global dengan berbagai negara.
Baca SelengkapnyaGeopark Meratus disebut menyimpan banyak keajaiban alam.
Baca SelengkapnyaDi kawasan Geopark Merangin ini terdapat endapan fosil yang dipercaya sudah berumur sekitar 250 sampai 299 juta tahun .
Baca SelengkapnyaGeopark Wonogiri memiliki potensi wisata alam seperti pantai, goa, dan pegunungan.
Baca SelengkapnyaSelain pariwisata, potensi lain dataran tinggi Dieng adalah energi panas bumi yang cukup besar. Karena inilah kawasan itu diusulkan jadi Taman Bumi Nasional
Baca SelengkapnyaTerdapat sejumlah masalah lain yang mengancam kelestarian kawasan gumuk.
Baca SelengkapnyaLeni menekankan pentingnya pengembangan ilmu geodesi fisis di Indonesia
Baca SelengkapnyaBahkan, geopark ini juga menjadi objek penelitian ilmiah terkait unsur-unsur yang ada di tempat ini.
Baca Selengkapnya