Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Toxic Masculinity Adalah Tekanan Budaya Perilaku Pria, Ketahui Dampaknya

Toxic Masculinity Adalah Tekanan Budaya Perilaku Pria, Ketahui Dampaknya ilustrasi olahraga. healthline.com

Merdeka.com - Dalam budaya Indonesia, tentu Anda sudah pernah mendengar berbagai aturan yang biasanya ditujukan pada pria. Misalnya seorang pria atau anak laki-laki harus kuat atau tidak boleh menangis sekalipun mengalami hal sedih. Bukan hanya itu, laki-laki sering kali dianggap harus bisa menyelesaikan masalah seorang diri tanpa menerima bantuan.

Tampaknya, anggapan semacam ini masih berlaku di masyarakat, termasuk Indonesia. Bahwa laki-laki harus berperilaku sesuai dengan anggapan tersebut agar diterima dan dianggap normal di masyarakat. Namun sebagian orang menganggap konsep ini kurang tepat dan justru akan menimbulkan banyak dampak bagi kesehatan mental laki-laki.Orang yang mengkritisi anggapan ini biasa menyebutnya dengan istilah toxic masculinity.

Toxic masculinity adalah suatu tekanan budaya bagi kaum pria untuk berperilaku dengan cara tertentu. Toxic masculinity ini dikaitkan dengan nilai-nilai yang dianggap harus ada dalam diri seorang pria. Di mana pria harus kuat, tidak boleh lemah, harus bisa menjaga, harus memiliki kuasa, dan tidak boleh menunjukkan perasaan tertentu seperti menangis.

Orang lain juga bertanya?

Jika hal ini terus diterapkan dalam kehidupan masyarakat, maka kaum laki-laki tidak bisa hidup dengan apa adanya. Terdapat beban sosial dan budaya yang harus diperankan, meskipun dalam kondisi tertentu seorang laki-laki tidak bisa melakukan hal tersebut. Dengan begitu, masyarakat perlu memahami apa yang dimaksud dengan toxic masculinity.

Melansir dari situs Verywell Mind, kami merangkum beberapa informasi mengenai toxic masculinity adalah sebagai berikut.

Mengenal Toxic Masculinity

ilustrasi pria keren

©2019 Merdeka.com/Pixabay

Untuk mengetahui konsep toxic masculinity yang pertama bisa dipahami melalui pengertiannya. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa toxic masculinity adalah sebuah tekanan budaya bagi laki-laki untuk berperilaku dengan cara tertentu. Dalam hal ini, muncul standar bahwa pria perlu bertindak tegas dan tidak boleh menunjukkan semua emosi yang bisa dirasakannya.

Bukan hanya itu, budaya toxic masculinity yang ada di masyarakat juga dikaitkan dengan nilai-nilai tertentu yang dianggap harus ada pada diri seorang laki-laki. Berikut beberapa nilai yang dianggap mencerminkan sikap pria yang maskulin:

  • Ketangguhan: Ini adalah gagasan bahwa pria harus kuat secara fisik, tidak berperasaan, dan berperilaku agresif.
  • Antifeminin: Ini melibatkan gagasan bahwa pria harus menolak apa pun yang dianggap feminin, seperti menunjukkan emosi atau menerima bantuan.
  • Kekuasaan: Ini adalah asumsi bahwa laki-laki harus bekerja untuk mendapatkan kekuasaan dan status (sosial dan finansial) sehingga mereka dapat dihormati oleh orang lain.
  • Beberapa nilai dasar tersebut berkembang di masyarakat sehingga terbangun standar budaya dan sosial yang harus diperankan oleh seorang laki-laki. Dalam hal ini, banyak kritik yang menyatakan bahwa laki-laki tidak harus memunuhi dan melakukan semua nilai-nilai tersebut.

    Jika hal ini terus berlaku di masyarakat, tentu dapat mengurangi kesempatan yang sama bagi pria untuk berperilaku apa adanya. Sebab, dalam berbagai macam keadaan mungkin pria tidak bisa berperilaku seperti yang diharapkan masyarakat, dan itu merupakan suatu hal yang wajar sebagai manusia.

    Sebuah Kebiasaan yang Tidak Sehat

    Dikatakan, toxic masculinity adalah suatu kebiasaan yang tidak sehat. Dalam hal ini, seorang laki-laki yang dianggap maskulin harus mempunyai tubuh atau fisik yang kuat dan tidak lemah. Akibatnya, hal ini akan memberikan tekanan tersediri bagi laki-laki untuk memenuhi nilai tersebut. Bahkan laki-laki juga memiliki kecenderungan untuk memaksakan diri secara fisik agar menjadi kuat.

    Tidak heran, jika sebagian pria kemudian enggan pergi ke dokter ketika tubuh atau fisiknya sedang sakit. Sebab, mengunjungi dokter untuk pemeriksaan fisik tahunan, misalnya, bertentangan dengan keyakinan beberapa pria tentang ketangguhan. Selain menghindari pengobatan, toxic masculinity juga mendorong terjadinya perilaku tidak sehat.

    Sebuah studi tahun 2007 menemukan bahwa semakin banyak pria menyesuaikan diri dengan norma maskulin, semakin besar kemungkinan mereka untuk terlibat dalam perilaku berisiko, seperti minum minuman keras , menggunakan tembakau, dan menghindari sayuran.

    Stigma Kesehatan Mental

    ilustrasi depresi

    ©Shutterstock/Yuri Arcurs

    Selain suatu kebiasaan yang tidak sehat, toxic masculinity adalah suatu budaya yang dapat memberikan stigma kesehatan mental bagi pria. Dalam hal ini, toxic masculinity juga membuat pria enggan mendapatkan perawatan kesehatan mental seperti gangguan depresi, masalah kecemasan, dan yang lainnya. Sebab, hal ini dianggap sebagai suatu kelemahan yang bertentangan dengan nilai-nilai maskulinitas yang dibangun di masyarakat.

    Bukan hanya itu, toksik  maskulinitas mungkin juga menekankan bahwa pria tidak pantas membicarakan perasaan mereka. Menghindari percakapan tentang masalah atau emosi dapat meningkatkan perasaan terisolasi dan kesepian. Bukan hanya meningkatkan perasaan kesepian, hal ini juga mengurangi kesempatan pria untuk mendapatkan bantuan saat mengalami masalah kesehatan mental.

    Perilaku Membantu

    Selain memberikan dampak pada kesehatan mental, toxic masculinity adalah suatu tekanan budaya yang dapat membatasi perilaku pria dalam hal tolong menolong. Pria yang menganggap dirinya lebih maskulin cenderung tidak terlibat perilaku menolong. Itu berarti pria tidak akan campur tangan ketika mereka menyaksikan penindasan atau melihat seseorang diserang.

    Sebuah studi tahun 2019 menemukan bahwa maskulinitas beracun dapat mencegah pria menghibur korban, meminta bantuan, dan membela pelaku. Pria yang mendukung keyakinan bahwa pria harus kuat dan agresif lebih cenderung melihat konsekuensi sosial negatif yang terkait dengan campur tangan sebagai pengamat aktif. Bukan hanya itu, dalam kasus kekerasan seksual, pria yang paling mengidentifikasi perilaku maskulin cenderung tidak menghentikan serangan tersebut. (mdk/ayi)

    Geser ke atas Berita Selanjutnya

    Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
    lihat isinya

    Buka FYP
    Dampak Buruk Penerapan Toxic Masculinity Terhadap Perkembangan Anak
    Dampak Buruk Penerapan Toxic Masculinity Terhadap Perkembangan Anak

    Ketika orangtua memiliki pandangan toxic masculinity, hal ini bisa berdampak buruk pada perkembangan anak.

    Baca Selengkapnya
    5 Alasan Mengapa Sejumlah Pria Takut dengan Wanita Kuat, Dampak Pikiran Patriarki yang Mengakar
    5 Alasan Mengapa Sejumlah Pria Takut dengan Wanita Kuat, Dampak Pikiran Patriarki yang Mengakar

    Banyak pria yang takut dengan wanita kuat dan tangguh. Hal ini ternyata bisa dijelaskan oleh sejumlah alasan berikut:

    Baca Selengkapnya
    Mengapa Banyak Anak Laki-laki Terobsesi dengan Otot dan Maskulinitas
    Mengapa Banyak Anak Laki-laki Terobsesi dengan Otot dan Maskulinitas

    Banyak anak laki-laki terobesesi dengan otot dan masulinitas. Mengapa hal ini terjadi?

    Baca Selengkapnya
    5 Fakta Pria Menangis, Sering Menahan Tangis karena Citra Maskulin hingga Ciri Sifat Bertanggung Jawab
    5 Fakta Pria Menangis, Sering Menahan Tangis karena Citra Maskulin hingga Ciri Sifat Bertanggung Jawab

    Terdapat berbagai fakta pria menangis yang penting untuk dipahami

    Baca Selengkapnya
    Mengapa Pria Kerap Mengesampingkan Masalah Kesehatan Mental Walau Mereka Mengalaminya?
    Mengapa Pria Kerap Mengesampingkan Masalah Kesehatan Mental Walau Mereka Mengalaminya?

    Masih banyak pria enggan mengakui bahwa mereka mengalami masalah kesehatan mental dan membutuhkan bantuan, mengapa?

    Baca Selengkapnya
    Fakta Cowok Beralis Tebal menurut Islam
    Fakta Cowok Beralis Tebal menurut Islam

    Dalam konteks Islam, penampilan dan kepribadian seseorang tidak dipandang dari segi fisik, tetapi dari segi spiritual dan moral.

    Baca Selengkapnya
    Fakta Cowok Beralis Tebal yang Jarang Diketahui, Dianggap Ganteng Sampai Punya Daya Tarik Seksual Tinggi
    Fakta Cowok Beralis Tebal yang Jarang Diketahui, Dianggap Ganteng Sampai Punya Daya Tarik Seksual Tinggi

    Simak fakta cowok beralis tebal berikut ini yang wajib diketahui.

    Baca Selengkapnya
    Kata Bijak Ayah untuk Anak Laki-Laki, Penuh Pelajaran Hidup
    Kata Bijak Ayah untuk Anak Laki-Laki, Penuh Pelajaran Hidup

    Penting untuk mengajarkan pesan kehidupan kepada anak.

    Baca Selengkapnya
    Toxic adalah Sifat yang Merugikan Orang Lain, Kenali Ciri-Ciri dan Dampaknya
    Toxic adalah Sifat yang Merugikan Orang Lain, Kenali Ciri-Ciri dan Dampaknya

    Toxic adalah istilah yang merujuk pada sifat beracun. Orang yang memiliki sifat toxic, biasanya akan memberikan dampak buruk bagi orang di sekitarnya.

    Baca Selengkapnya
    5 Ciri Pria yang Toksik dan Tidak Tulus Mencintai, Datang Hanya untuk Memanfaatkanmu Saja
    5 Ciri Pria yang Toksik dan Tidak Tulus Mencintai, Datang Hanya untuk Memanfaatkanmu Saja

    Ciri-ciri pria toksik yang hanya memberikanmu cinta palsu dan hanya memanfaatkanmu saja.

    Baca Selengkapnya
    Menurut Penelitian Terbaru, Ini Salah Satu Tanda Red Flag yang Bisa Tampak pada Pria
    Menurut Penelitian Terbaru, Ini Salah Satu Tanda Red Flag yang Bisa Tampak pada Pria

    Sebuah studi menunjukkan bahwa pria yang kerap memamerkan otot di media sosial berpotensi mengalami obsesi terhadap penampilan tubuh mereka.

    Baca Selengkapnya
    Kenali Apa Itu Inferiority Complex dan Cirinya, Kondisi Penyebab Minder dan Rendah Diri
    Kenali Apa Itu Inferiority Complex dan Cirinya, Kondisi Penyebab Minder dan Rendah Diri

    Inferiority complex merupakan kondisi yang ditandai rasa percaya diri yang rendah pada seseorang.

    Baca Selengkapnya