Mengapa Pria Kerap Mengesampingkan Masalah Kesehatan Mental Walau Mereka Mengalaminya?
Masih banyak pria enggan mengakui bahwa mereka mengalami masalah kesehatan mental dan membutuhkan bantuan, mengapa?
Masih banyak pria enggan mengakui bahwa mereka mengalami masalah kesehatan mental dan membutuhkan bantuan, mengapa?
-
Mengapa depresi pada pria sulit dideteksi? Banyak depresi pada pria tidak dikenali dan diakui, padahal kondisi ini perlu segera ditangani sebelum menjadi parah.
-
Kenapa kesehatan mental mudah diabaikan? Kesehatan mental sering kali hilang dari perdebatan kesehatan masyarakat, meski itu penting untuk kesejahteraan.
-
Bagaimana stres bisa memengaruhi gairah pria? Stres, terutama terkait pekerjaan atau keuangan, dapat mengurangi gairah bercinta.
-
Bagaimana pria mengatasi depresi? Berbeda dari wanita, pria cenderung untuk mencari pengalih perhatian ketika mengalami depresi.
-
Bagaimana pria bisa mengatasi depresi? Mendiagnosis depresi dan mencari pengobatan dapat membantu menyelamatkan nyawa.
-
Kenapa stres berkepanjangan bisa jadi penyebab depresi terselubung? Stres yang sesekali terjadi bisa membantu kita untuk beradaptasi dan berkembang. Namun, stres yang berlangsung terus-menerus bisa menyebabkan gangguan kesehatan mental, termasuk depresi terselubung.
Mengapa Pria Kerap Mengesampingkan Masalah Kesehatan Mental Walau Mereka Mengalaminya?
Stereotip bahwa pria tidak memerlukan bantuan dalam mengatasi kesehatan mental merupakan salah satu ancaman yang tetap ada. Bukti menunjukkan bahwa lebih sedikit pria mencari bantuan untuk tantangan kesehatan mental dibandingkan wanita.
Meskipun kesadaran tentang masalah kesehatan mental meningkat dalam beberapa tahun terakhir, pria masih terpengaruh oleh maskulinitas toksik dan ketakutan untuk menunjukkan kerentanan. Faktor-faktor ini dan lainnya mempengaruhi keputusan pria untuk tidak mencari bantuan ketika mereka mungkin membutuhkannya.
Dilansir dari Verywell Mind, sebuah survei tahun 2023 terhadap 1.600 ayah di Amerika Serikat menemukan bahwa hanya sedikit pria merasa nyaman merasakan atau mengekspresikan emosi. Menurut survei tersebut, ada beberapa faktor yang mencegah pria untuk mencari bantuan kesehatan mental, termasuk tekanan sosial, rasa malu, dan ketakutan akan stigma yang melekat.
Pria tidak konsultasi ke terapis atau konselor kesehatan mental karena berbagai alasan, termasuk tekanan dari norma-norma sosial yang mengharuskan mereka menunjukkan kekuatan dan menahan diri dari mengekspresikan emosi.
Banyak pria juga merasa malu dan ragu-ragu untuk berbicara tentang masalah pribadi mereka, terutama ketika berkaitan dengan kesehatan mental. Dari sudut pandang kesehatan masyarakat, data dari Centers for Disease Control (CDC) menunjukkan bahwa pria lebih sedikit mencari bantuan kesehatan mental daripada wanita. Hanya sekitar 8 pria yang menerima konseling atau terapi menurut statistik tahun 2020 dari CDC.
Faktor usia juga memengaruhi kemauan pria untuk mencari bantuan, dengan penelitian menunjukkan bahwa semakin tua seseorang, semakin rendah kemungkinannya untuk mencari bantuan. Kondisi ini tentu membuat pria lebih rawan mengalami dampak buruk seiring bertambahnya usia.
Selain itu, kecenderungan pria untuk tidak mencari bantuan kesehatan mental juga tercermin dalam perilaku mereka terkait dengan kesehatan fisik.
Sebuah survei nasional menemukan bahwa banyak pria lebih memilih melakukan pekerjaan rumah tangga daripada pergi ke dokter untuk perawatan medis reguler. Keterbatasan dalam mencari bantuan kesehatan mental juga terlihat dalam keterlambatan diagnosis beberapa kondisi, seperti migrain, yang seringkali tidak terdiagnosis pada pria karena persepsi bahwa migrain adalah penyakit yang lebih umum terjadi pada wanita.
Depresi adalah salah satu masalah kesehatan mental utama yang memengaruhi pria, tetapi seringkali depresi pada pria diabaikan atau tidak terdiagnosis karena gejalanya mungkin berbeda dengan yang umumnya terjadi pada wanita. Masalah kesehatan mental lainnya yang signifikan bagi pria termasuk skizofrenia dan kecanduan alkohol serta penyalahgunaan zat.
Kemajuan zaman dan keterbukaan informasi saat ini seharusnya mengubah pendekatan pria terhadap kesehatan mental mereka. Kemajuan teknologi bisa membuat pria melakukan konsultasi kesehatan mental tanpa perlu diketahui lingkungan sekitar.
Selain itu pandangan toxic masculinity yang mengesankan pria harus serba kuat dan tidak butuh pertolongan juga butuh untuk dihilangkan. Kesehatan mental pria bukanlah sebuah isu yang memalukan namun hal yang butuh diatasi dengan tepat.