Kini Berusia 830 Tahun, Kabupaten Trenggalek Ternyata Sudah Jadi Daerah Mandiri sejak Zaman Kuno
Bagi masyarakat Trenggalek, bulan Agustus tidak hanya spesial karena merupakan HUT RI, tetapi juga Hari Jadi Kabupaten Trenggalek.
Kabupaten Trenggalek memasuki usia ke-830 pada 31 Agustus 2024 mendatang. Meski demikian, daerah ini diyakini sudah dihuni makhluk hidup sejak zaman prasejarah ribuan tahun lalu. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya artefak zaman batu besar seperti Menhir, Mortar, Batu Saji, Batu Dakon, Palinggih Batu, Lumpang Batu, dan lain sebagainya yang tersebar di daerah-daerah terpisah.
Meskipun banyak ditemukan peninggalan manusia purba, untuk menentukan kapan Kabupaten Trenggalek terbentuk belum cukup kuat tidak ditemukan tulisan pada artefak-artefak tersebut.
Baru setelah ditemukannya prasasti Kamsyaka pada tahun 929 Masehi, dapat diketahui bahwa Trenggalek pada masa itu sudah memiliki daerah-daerah yang mendapat hak otonomi, di antaranya Perdikan Kampak yang berbatasan dengan Samudra Indonesia di sebelah Selatan. Waktu itu wilayahnya meliputi Panggul, Munjungan dan Prigi.
Kota Gaplek
Menurut manuskrip Keraton Kasunanan Surakarta, kata Trenggalek secara sederhana ialah kota gaplek. Menurut manuskrip tersebut, nama Galek sudah muncul pada zaman Raja Mataram sebelum Mpu Sindok, yaitu Rakai Dyah Wawa (924-928).
Kata Trenggalek digunakan untuk menunjukkan daerah penghasil gaplek, ketela pohon yang dikeringkan. Gaplek pada zaman itu merupakan makanan rakyat jelata sekaligus hidangan khusus di keraton.
Gaplek diolah menjadi karak, dimasak seperti masak beras dan dihidangkan bersama-sama dengan air gula merah. Jenis gaplek yang digunakan ialah gaplek yang berwarna putih bersih.
Daerah penghasil gaplek jenis ini ialah kecamatan Bendungan, Kampak, Munjungan, Panggul, Pule, dan Watulimo. Di antara daerah tersebut, gaplek dari Bendungan di lereng gunung Wilis dianggap yang paling unggul.
Dari sebutan gaplek yang berasal dari ketela yang terang lama kelamaan berubah menjadi Trenggalek. Kata Trenggalek kemudian dipopulerkan di antaranya dalam tembang dan wangsalan, seperti: “Pohung garing, ayo mampir menyang Trenggalek.” Pohung garing yang dimaksud ialah gaplek.
Versi Lain
Mengutip laman lingua.soloclcs.org, asal-usul kata Trenggalek yang lain diperoleh melalui cerita tutur.
Pertama, cerita tutur ketika Penembahan Batoro Katong menjadi Adipati Ponorogo pada 1489-1532, menyebutkan Trenggalek sebagai daerah penghasil gaplek. Dikisahkan, Menak Sopal melakukan kesalahan dan mendapat hukuman agar bermukim di daerah penghasil gaplek dengan mengabdi pada Ki Ageng Joko Lengkoro di daerah Bagong Kecamatan Ngantru Trenggalek.
Versi lain asal-usul Trenggalek diperoleh dari cerita tutur dari sesepuh yang tinggal di Trenggalek. Menurut para sesepuh, kata Trenggalek berasal dari kata “sugal” yang berarti kasar dan “elek”. Sugal-elek menghasilkan kata galek yang berkonotasi masyarakat Trenggalek suka berperilaku “kurang baik” atau jelek.
Sejak zaman raja-raja, Trenggalek termasuk wilayah Wengker bagian Timur yang terkenal sebagai tempat para pertapa dan kumpulan black magic. Daerah Kampak, Munjungan, Panggul, Prigi, Bendungan dianggap representasi makna tersebut walaupun sekarang mengalami penurunan makna.