Kisah Perjuangan Ani Ema Susanti Jadi Sutradara Film Ternama Indonesia, Berawal dari Jadi Buruh Migran
Ia nekat jadi buruh migran ke Hongkong agar bisa membiayai kuliahnya sendiri
Ia nekat jadi buruh migran ke Hongkong agar bisa membiayai kuliahnya sendiri
Kisah Perjuangan Ani Ema Susanti Jadi Sutradara Film Ternama Indonesia, Berawal dari Jadi Buruh Migran
Tidak semua orang memiliki kesempatan menempuh jenjang pendidikan tinggi. Mirisnya, tidak sedikit anak-anak yang memiliki cita-cita berkuliah gagal meraihnya karena berbagai keterbatasan. Hal ini pernah dirasakan Ani Ema Susanti, sutradara film asal Jombang, Jawa Timur.
Nekat Jadi Buruh Migran
Pada tahun 1997, krisis keuangan berdampak langsung pada kondisi ekonomi orang tua Ani di Desa Pulo Gedang, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang. Praktis, mimpinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan kandas karena tidak ada biaya.
Meski demikian, Ani tak putus semangat untuk mewujudkan mimpinya kuliah. Ia melamar banyak lowongan pekerjaan di pabrik sekitar tempat tinggalnya, namun lamarannya ditolak.
Dia pun nekat berangkat ke Hongkong untuk menjadi burub migran.
"Di kampung saya banyak yang kerja jadi buruh migran di Hongkong, saya akhirnya ikut daftar," ujar Ani, dikutip dari akun YouTube miliknya.
Desa tempat tinggal Ani merupakan salah satu kantong buruh migran di Kabupaten Jombang.
Sempat Terlena
Ani beruntung memperoleh majikan baik hati. Ia dibebaskan untuk bepergian ke mana pun yang ia suka setelah pekerjaannya selesai.
"Dua tahun di Hongkong, udah ngerasa keenakan. Bos baik, apa-apa bebas. Bisa salat, ke perpustakaan, bisa main internet gratis," ujar Ani pada sebuah acara televisi.
Meski sudah nyaman, sang ibu mendorong Ani pamit pulang ke Indonesia demi mewujudkan cita-citanya kuliah.
Alih-alih melarang, majikan Ani di Hongkong justru sangat mendukung cita-citanya. Bahkan, sang majikan memberi uang saku tambahan untuk Ani pulang ke Indonesia.
Masuk Dunia Film
Ani mulai memasuki dunia perfilman profesional saat dirinya menjadi buruh migran di Hongkong.
"Saya suka menulis, terus kirim proposal ke Eagle Awards (kompetisi film dokumenter Indonesia). Karya saya jadi juara dan disponsori untuk dijadikan film," tutur alumnus SAE Institute Jakarta ini.
Film pertama Ani berjudul Helper Hongkong Ngampus, berkisah tentang perjuangan buruh migran untuk mengenyam pendidikan tinggi.
"Film kedua bercerita tentang kehidupan saya dan teman-teman di Hongkong berorganisasi. Dibiayai syuting ke Hongkong (oleh Nia Dinata)," jelas Ani.
Sejak saat itu hingga kini, Ani konsisten menyelami seluk-beluk dunia perfilman. Ia pernah bekerja sebagai sutradara maupun produser film pada beberapa perusahaan. Namun, sejak tahun 2010 ia memutuskan menjadi pekerja lepas. Ani Ema Susanti
Karya Film
Karya film Ani yang cukup terkenal ialah Helper Hongkong Ngampus (2007); Glo, Kau Cahaya (2023); dan Silenced Worker (2023). Pada tahun 2011 lalu, perempuan yang bergelar magister psikologi ini meraih penghargaan Piala Citra kategori Film Dokumenter Terbaik.