Pernah Tinggal di Kolong Jembatan Tol, Begini Nasib Pasutri yang Kini Pindah di Rusun
Merdeka.com - Pasangan suami istri, Firmansyah dan Iin, pernah menjadi penghuni kolong jembatan tol kawasan Kampung 1001 Malam, Kota Surabaya, Jawa Timur, selama belasan tahun. Kini, keduanya tinggal di Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Sumur Welut yang difasilitasi Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.
Keduanya mengaku lebih nyaman tinggal di Rusunawa Sumber Welut dan tidak perlu khawatir dengan keselamatan anak mereka.
"Beda jauh, nyaman di sini. Kalau di sana kan di bawah tol, banyak debu dan di pinggir sungai. Alhamdulillah di sini (rusunawa Sumur Welut) nyaman, tidak khawatir lagi dengan anak saya," ujar pasangan suami istri itu di Surabaya, Kamis (20/10/2022).
-
Apa yang dialami wanita dari Surabaya saat menikah bersamaan dengan saudaranya? Seorang wanita dari Surabaya, Jawa Timur, ternyata memiliki pengalaman pribadi yang dialaminya ketika menikah bersamaan dengan saudaranya. Ia hanya ingin anaknya tidak mengalami hal yang sama, yaitu kegagalan dalam membina rumah tangga.
-
Dimana lokasi rumah transmigrasi? Orang-orang yang mengikuti program transmigrasi akan disebarkan ke beberapa wilayah di Indonesia yang memiliki angka penduduknya yang masih lebih sedikit. Salah satunya di Sulawesi Tenggara tepatnya di Konawe Watutinawu.
-
Dimana keluarga ini tinggal? Rumah yang ia tempati merupakan warisan orang tuanya. Jalan berliku harus dilalui untuk sampai di rumah Kasimin. Perjalanan kemudian harus dilanjutkan dengan berjalan kaki menuruni tebing.
-
Kenapa mereka menikah setelah 9 tahun pacaran? Setelah bertahun-tahun menjalani hubungan tanpa restu orang tua, keduanya pun membuktikan kesetiaan cintanya masing-masing. Hingga pada akhirnya, pasangan ini pun mendapat restu orang tua dan memutuskan untuk menikah.
-
Dimana rumah pasangan lansia ini berada? Banyak keindahan yang terpancar dari Jawa Tengah. Pemandangan sawah rasanya masih bisa dengan mudah ditemukan di berbagai sudut wilayahnya. Seperti lokasi berikut ini. Di tengah-tengah area persawahan luas, justru ada rumah berlantai dua milik pasangan lansia yang jauh dari jalanan.
-
Dimana suami pengangguran ini tinggal? Sudah dilaporkan bahwa ia pindah ke Jepang sekitar delapan tahun yang lalu dan menikah dengan wanita bernama Fenghua.
Fasilitas Hunian
©2022 Merdeka.com/Instagram @ericahyadi_
Pemkot Surabaya memberikan fasilitas hunian rusunawa kepada 16 Kepala Keluarga (KK) yang sebelumnya tinggal di kolong jembatan tol Dupak, kawasan Kampung 1001 Malam. Para warga penerima fasilitas hunian rusunawa mengaku bersyukur kini bisa menjalani hidup yang lebih layak.
Iin dan Firmansyah misalnya, sudah belasan tahun bertempat tinggal di kawasan yang sangat tidak layak. Kediaman mereka beratap beton jembatan tol, lantainya berupa papan kayu, dan dindingnya dari triplek. Kondisi tersebut jelas tidak nyaman bagi Iin dan Firmansyah. Apalagi, saat ini Iin sedang hamil tua serta memiliki seorang anak balita.
Hidup belasan tahun di kolong jembatan bagai mimpi buruk untuk keluarga kecil itu. Pasalnya, kualitas udara, lingkungan, dan pengaruh sosial di kawasan tersebut jelas tidak layak dijadikan hunian.
Pasutri yang sehari-hari mencari nafkah sebagai pengamen mengaku tidak ingin kembali tinggal di bawah kolong jembatan tol. Keduanya mengaku ingin hidup lebih layak seperti masyarakat pada umumnya.
Pasutri ini kerap diejek orang karena nasibnya kurang beruntung. Meski demikian, keluarga kecil itu tak putus semangat.
"Kemarin sudah didata pemkot, mau diberi pekerjaan. Saya minta jadi tukang sapu. Kalau saya menganggur, kasihan anak dan istri saya," terang Firmansyah, dikutip dari Antara.
Jaminan untuk Warga
©2022 Merdeka.com/Instagram @ericahyadi_
Pemindahan warga kolong jembatan tol di kawasan Kampung 1001 Malam dilakukan pada Senin (17/10/2022). Pada kesempatan tersebut, Wali Kota (Walkot) Surabaya Eri Cahyadi mengungkapkan bahwa Pemkot tidak memindahkan warga dan menertibkan bangunan liar tanpa tindak lanjut. Pemkot Surabaya bertanggung jawab memberikan jaminan perhatian kesehatan, pendidikan, dan penghasilan kepada warga yang dipindahkan ke rusunawa Sumur Welut.
Jaminan dari Pemkot Surabaya membuat pasutri Firmansyah dan Iin merasa lega, keduanya pun berharap bisa menyekolahkan anak-anaknya.
"Tidak seperti orang tuanya, sejak kecil hidup di jalanan. Saya tidak ingin anak-anak bernasib sama seperti orang tuanya," harap Firmansyah.
Selain Iin dan Firmansyah, perempuan paruh baya bernama Surati juga merasakan pahitnya hidup di kolong jembatan tol kawasan Kampung 1001 Malam. Perempuan berusia 53 tahun itu hidup di hunian tak layak selama 25 tahun. Kini ia berpindah ke rusunawa Sumur Welut bersama tiga anak perempuannya.
Surati mengaku nyaman tinggal di rusunawa karena fasilitasnya lebih layak. Terlebih, rusunawa yang ditinggali telah dilengkapi berbagai fasilitas, mulai sembako, kipas angin, kasur, gas LPG 3 kilogram, hingga jaminan pekerjaan bagi penghuninya.
"Makanan juga dijamin, pagi, siang dan malam, setiap hari. Kemarin anak-anak saya juga sudah didata untuk dicarikan pekerjaan yang sesuai. Kalau saya, diberi pekerjaan menjadi juru masak," ungkap Surati. (mdk/rka)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemerintah merelokasi ratusan kepala keluarga berdomisili di kolong tol jembatan tiga ke rusun.
Baca SelengkapnyaWawan mengatakan, selama ini warga tersebut tinggal di kolong tol yang dari sudut kesehatan, kebersihan dan keamanan sangat kurang layak.
Baca SelengkapnyaPotret kehidupan masyarakat di ibu kotayang tinggal di bawah jalan tol.
Baca SelengkapnyaKorban penggusuran Dukuh Pakis curhat nasib yang ia alami usai rumahnya digusur. Ia kebingungan hendak tinggal di mana.
Baca SelengkapnyaViral kisah wanita rela temani suami mulai hidup dari nol dan tinggal di gubuk. Rela tinggalkan hidup mewah.
Baca SelengkapnyaKampung itu sering diterjang banjir dengan ketinggian hingga 1,8-2 meter.
Baca SelengkapnyaMantan Panglima TNI bertemu dengan pasangan lansia korban tsunami selat Sunda yang baru saja menikah dua hari sebelum bencana tsunami.
Baca SelengkapnyaSebelum tinggal di rumah baru, pasangan Arie Kriting dan Indah Permatasari tinggal di rumah kontrakan.
Baca SelengkapnyaJalanan yang sempit dan terjal sudah menjadi bagian dari keseharian mereka.
Baca SelengkapnyaPernikahan Okie Agustina dan Gunawan Dwi Cahyo kini tengah berada di ujung tanduk.
Baca SelengkapnyaDari penelusuran yang dilakukan, permukiman ini ditinggalkan penduduknya karena terlalu sering terkena banjir besar.
Baca SelengkapnyaRusunawa Marunda dibangun melalui Kementerian PUPR pada tahun 2004-2006
Baca Selengkapnya