Potret Telaga Polaman Malang, Kolam Suci Saksi Runtuhnya Kerajaan Singasari
Kolam ini juga saksi berdirinya Kerajaan Majapahit.
Kolam ini juga saksi berdirinya Kerajaan Majapahit.
Potret Telaga Polaman Malang, Kolam Suci Saksi Runtuhnya Kerajaan Singasari
Malang merupakan salah satu daerah wisata andalan di Jawa Timur. Kota ini memiliki beragam daya tarik wisata, baik wisata alam maupun wisata buatan. Salah satu objek wisata alam yang patut dikunjungi ialah Telaga Polaman.
-
Apa itu Telaga Sarangan? Telaga Sarangan merupakan telaga yang terbentuk secara alami pada ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut.
-
Dimana letak Telaga Sarangan? Terletak di Kaki Gunung Lawu
-
Bagaimana Telaga Sarangan terbentuk? Menurut legenda, terbentuknya telaga ini bermula dari sepasang suami istri bernama Kyai Pasir dan Nyai Pasir yang tinggal di lereng Gunung Lawu.
-
Apa yang menarik dari Telaga Sarangan? Telaga Sarangan adalah sebuah danau alami yang terletak di lereng Gunung Lawu, Magetan, Jawa Timur. Tempat ini dikenal karena keindahan alamnya yang menakjubkan dan udara yang sejuk.
-
Dimana lokasi kolam Tajaherang? Wilayah Subang lantai atas alias dataran tingginya memiliki banyak wisata alam. Salah satu yang belakangan tengah ramai adalah kolam air alami yang berada di tengah sawah, Kampung Ciseuti, Desa Jalancagak, Kecamatan Jalancagak.
-
Bagaimana proses terbentuknya Telaga Sarangan? Namun, sekitar sumber yang menjadi arena pelampiasan kemarahan telah berubah menjadi kubangan besar. MoksaMenurut cerita yang bergulir, di kubangan besar itulah keduanya moksa, menghadap Tuhan Yang Maha Esa tanpa meninggalkan jejak.
Telaga Polaman
Pemandian Sumber Polaman atau Telaga Polaman terletak di Desa Kalirejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. Konon, air di telaga ini berasal dari Gunung Arjuno.
Mengutip Liputan6.com, Telaga Polaman berada di ketinggian 3.339 meter di atas permukaan laut (mdpl). Tak heran jika kawasan ini sangat asri. Banyak dijumpai pohon-pohon besar di sekitar telaga.
Nuansa Sejarah
Kitab Negarakertagama, Pararaton dan Kidung Harsawijaya menyebut Polaman sebagai tempat pembuangan dan pengasingan Jayakatwang.
Saat terjadi pemberontakan, pasukan Mongol dalam perjalanan menuju Jawa untuk menghukum Kertanegara. Raja Singasari itu dianggap menghina utusan Kaisar Kubilai Khan, penguasa Kekaisaran Mongol.
Begitu tiba di Jawa, pasukan Mongol diberitahu Raden Wijaya, menantu Kertanegara bahwa telah terjadi pergantian kekuasaan. Raden Wijaya lalu bersekutu dengan pasukan Mongol untuk menyerang Daha, Kediri.
Gabungan pasukan Raden Wijaya dan pasukan Mongol berhasil menghancurkan Keraton Daha Kediri pada tahun 1293 Masehi.
Jayakatwang lalu ditawan di sebuah tempat yang memiliki danau kecil dengan penjagaan ketat pasukan Mongol. Danau ini dikenal dengan nama Polaman.
Konon, Jayakatwang hidup sampai tua dan meninggal di tempat pengasingannya di Polaman.
Versi lain menyebut Jayakatwang dieksekusi di atas kapal Pasukan Mongol sebelum pergi meninggalkan Jawa, setelah diserang balik oleh Raden Wijaya dan mendirikan Majapahit.
Mitos
Sumber Polaman diyakini tidak akan pernah habis airnya sepanjang masa. Mengutip laman Repository Universitas Brawijaya, setiap malam Jumat Legi, masyarakat menggelar tumpengan dan membakar dupa serta kemenyan di atas sumber air ini.
Pada 1 Suro yang disebut hari suci, pengunjung datang sejak sore sampai dini hari untuk mensucikan diri.
Menariknya, pengunjung tidak dikenai biaya saat berkunjung ke Sumber Polaman.