6 Kerajaan Besar di Jawa Timur pada Masa Lalu, Mulai Kanjuruhan sampai Majapahit
Jawa Timur termasuk provinsi yang menyimpan bukti sejarah kerajaan-kerajaan besar di Tanah Air.
6 Kerajaan Besar di Jawa Timur pada Masa Lalu, Mulai Kanjuruhan sampai Majapahit
Sebelum bersatu menjadi negara bernama Indonesia, wilayah nusantara terbagi menjadi banyak kerajaan.
Sejumlah kerajaan besar pernah menguasai sebagian besar wilayah Indonesia, antara lain Majapahit dan Sriwijaya.
Riwayat dan pusat kekuasaan kerajaan-kerajaan tersebut diketahui melalui prasasti atau hikayat sejarawan dari negeri asing.
Jawa Timur termasuk provinsi yang menyimpan bukti sejarah kerajaan-kerajaan besar di Tanah Air. Terutama kerajaan Hindu-Buddha yang berjaya sejak awal Masehi hingga abad 16.
Berikut ini beberapa di antara kerajaan-kerajaan besar di masa lalu yang berpusat di Jawa Timur.
6. Kerajaan Kanjuruhan
Kerajaan Kanjuruhan adalah kerajaan Hindu-Buddha tertua yang ada di Jawa Timur.
-
Siapa yang memimpin kerajaan Majapahit? “Dewi Suhita is the 6th King of the Majapahit Kingdom, who has the title Ratu Ayu Kencono Wungu, He led the Majapahit kingdom from 1429 AD - 1447 AD, The beauty and beauty of DEWI SUHITA made everyone admire and fall in love with him“ - Millen
-
Kapan Kerajaan Majapahit berdiri? Situs ini diperkirakan peninggalan kerajaan Majapahit yang eksis pada abad XIII – XV (Poeponegoro, 1992).
-
Kenapa Jawa disebut sebagai pusat kerajaan bersejarah? Pulau Jawa adalah pusat dari beberapa kerajaan bersejarah yang berperan penting dalam membentuk budaya dan sejarah Indonesia.
-
Apa peninggalan Kerajaan Tarumanegara? Peninggalan-peninggalan ini dapat memberi pandangan yang menarik tentang peradaban kuno kala itu.
-
Siapa raja Majapahit saat Banger berkembang? Seiring berjalannya waktu, daerah yang merupakan kawasan perbatasan dua kerajaan besar ini berkembang pesat. Sejarah Pada zaman Pemerintahan Prabu Radjasanagara (Sri Nata Hayam Wuruk), raja Majapahit yang ke IV (1350-1389), Probolinggo dikenal dengan nama Banger.
-
Apa saja daerah yang pernah jadi ibu kota Jawa Timur? Ibu Kota Jawa Timur Selain Bojonegoro, daerah lain yang pernah menjadi ibu kota Jawa Timur yakni Sepanjang (Sidoaro), Mojokerto, Kediri, Malang, Blitar, Jombang, Madiun, dan Nganjuk.
Kerajaan ini berdiri sekitar akhir abad ke-7 hingga pertengahan abad ke-8 M.
Lokasinya berada di wilayah Malang, yang saat ini menjadi salah satu kota besar di Jawa Timur.
Kerajaan Kanjuruhan dikenal dari prasasti Dinoyo yang bertarikh 682 Saka atau 760 Masehi.
Prasasti ini merupakan salah satu peninggalan kerajaan yang didirikan pada abad 6 dan 7 Masehi.
Melalui prasasti ini, diketahui bahwa raja pertama kerajaan ini adalah Dewasimha, yang kemudian digantikan oleh Sang Liswa.
Sang Liswa mendapat gelar Gajayana yang berarti gajah perkasa.
Gajayana adalah raja yang membawa kerajaan Kanjuruhan ke puncak kemakmuran dan kekuasaan.
Ia berhasil memperluas wilayah kerajaannya hingga mencakup lereng timur dan barat Gunung Kawi, bahkan sampai ke Pegunungan Tengger Semeru di sisi barat.
Setelah Gajayana wafat, tahta kerajaan diwarisi oleh menantunya, Pangeran Jananiya.
5. Kerajaan Majapahit
Salah satu kerajaan besar yang pernah berjaya di Jawa Timur adalah Kerajaan Majapahit.
Kerajaan ini merupakan penerus dari Kerajaan Singhasari yang runtuh akibat serangan Mongol pada tahun 1292 M.
Raden Wijaya, salah satu keturunan Singhasari, berhasil memanfaatkan situasi tersebut untuk mendirikan kerajaan baru dengan nama Majapahit pada tahun 1293 M.
Ia kemudian menjadi raja pertama dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.
Kerajaan Majapahit awalnya berpusat di Mojokerto, namun kemudian dipindahkan ke Trowulan oleh Jayanegara, putra dan penerus Kertarajasa.
Trowulan menjadi ibu kota Majapahit hingga masa pemerintahan Girindrawardhana, yang kemudian memindahkannya ke Kediri.
Masa kejayaan Kerajaan Majapahit terjadi pada zaman Gajah Mada, seorang mahapatih yang berkuasa dari tahun 1313 hingga 1364 M.
Gajah Mada berhasil menguasai seluruh wilayah nusantara, seperti yang dijanjikannya dalam Sumpah Palapa.
Ia juga membangun banyak bangunan-bangunan megah yang menunjukkan kemakmuran dan kebudayaan Majapahit.
4. Kerajaan Mataram Kuno
Mataram Kuno sempat berpusat di Yogyakarta sebelum berpindah ke Jawa Timur.
Pada abad kesembilan, Kanjuruhan mulai mengalami kemunduran karena Mataram Kuno mulai mengembangkan pengaruhnya di Jawa Timur.
Raja Mataram Kuno yang bernama Rakai Pikatan Dyah Saladu bahkan berhasil menaklukkan Kanjuruhan pada tahun 847 Masehi.
Awalnya, kerajaan ini berpusat di Bhumi Mataram yang kini mencakup wilayah Yogyakarta.
Kemudian, Kerajaan Mataram perlahan-lahan menggeser pusat pemerintahannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur sekitar 929 M--1029 M.
Lokasi pusat pemerintahannya berpindah di beberapa daerah. Oleh sebab itu, peninggalan sejarahnya pun berpencar.
Dua peninggalannya yang paling terkenal adalah Candi Borobudur dan Candi Candi Prambanan.
3. Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri adalah salah satu kerajaan tertua di Jawa Timur yang berdiri sekitar abad ke-11 hingga ke-13.
Kerajaan ini merupakan hasil pembagian wilayah dari Kerajaan Medangkamulan yang dipimpin oleh Raja Airlangga, seorang keturunan Wangsa Isyana.
Airlangga membagi kerajaannya menjadi dua bagian, yaitu Janggala dan Panjalu untuk menghindari perselisihan antara kedua putranya, Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan.
Sri Samarawijaya mendapat wilayah barat yang berpusat di Daha, sedangkan Mapanji Garasakan mendapat wilayah timur yang berpusat di Kahuripan.
Wilayah barat kemudian dikenal dengan nama Kediri yang meliputi daerah Kediri dan Madiun.
Wilayah timur dikenal dengan nama Janggala, yang meliputi daerah Malang dan Surabaya.
Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Jayabaya (1135-1157 M) dan Raja Kertajaya (1185-1205 M).
Kerajaan ini berhasil menguasai seluruh pulau Jawa dan sebagian Sumatera, serta menjalin hubungan dagang dengan negara-negara Asia lainnya.
Kerajaan ini juga terkenal dengan kemajuan sastra dan seninya, seperti terlihat dari karya-karya seperti Kakawin Bharatayuddha, Kakawin Arjunawiwaha, Kakawin Smaradahana, dan Kakawin Nitisastra.
2. Kerajaan Singhasari
Kerajaan Singhasari (dibaca Singosari) adalah kerajaan yang muncul sebagai penerus Kerajaan Kediri pada abad ke-13 hingga ke-14 Masehi.
Kerajaan ini didirikan oleh Ken Arok, seorang mantan pengawal Tunggul Ametung yang merupakan akuwu atau bupati di Tumapel.
Ken Arok membunuh Tunggul Ametung dan merebut istrinya yang cantik, Ken Dedes.
Ken Arok kemudian mengangkat dirinya sebagai raja dengan gelar Sri Rajasa Bathara Amurwabhumi pada tahun 1222 M.
Kerajaan Singasari mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Kertanegara (1268--1292 M) yang berhasil mempersatukan seluruh pulau Jawa dan menaklukkan Bali, Madura, Sunda, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.
Kerajaan ini juga berani menantang serangan Kekaisaran Mongol yang saat itu aktif melebarkan sayap ke seluruh Asia.
Kerajaan ini juga terkenal dengan kemajuan arsitektur dan patungnya, terlihat dari peninggalan-peninggalan seperti Candi Singhasari, Candi Jawi, Candi Kidal, Candi Jago, dan Candi Sumberawan.
Setelah bertahta, Ken Arok mulai mengakrabkan diri dengan para Brahmana demi melancarkan rencananya dalam menaklukkan Kerajaan Kediri yang yang kala itu dipimpin Kertajaya.
Setelah Kerajaan Kediri sukses ditaklukkan, Ken Arok memindahkan pusat kerajaannya ke Singasari.
1. Kerajaan Blambangan
Kerajaan ini didirikan pada tahun 1295 oleh Arya Wiraraja, seorang bawahan Raden Wijaya yang menjadi raja pertama Majapahit.
Kerajaan ini didirikan pada tahun 1295 oleh Arya Wiraraja, seorang bawahan Raden Wijaya yang menjadi raja pertama Majapahit.
Sebagai hadiah atas jasanya membantu mendirikan Majapahit, Raden Wijaya memberikan wilayah Blambangan kepada Arya Wiraraja dengan Lumajang sebagai ibu kotanya.
Kerajaan Blambangan memiliki sejarah yang panjang dan menarik. Kerajaan ini mampu bertahan hingga abad ke-18, meskipun Majapahit sudah runtuh pada abad ke-15.
Kerajaan ini juga menjadi kerajaan Hindu terakhir di Jawa yang berani melawan penjajah Belanda.
Namun, sayangnya, sejarah Kerajaan Blambangan tidak banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia.
Banyak sumber sejarah yang hilang atau tidak tercatat dengan baik.
Salah satu alasan mengapa sejarah Kerajaan Blambangan kurang populer adalah karena minimnya bukti-bukti arkeologis yang tersisa.
Menurut Edi Burhan Arifin, seorang peneliti dan dosen Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Jember, hanya ada sedikit prasasti yang berkaitan dengan Kerajaan Blambangan.
Selain itu, banyak cerita rakyat yang mengandung unsur legenda atau mitos, seperti kisah Damarwulan Menakjingga, yang sulit dibedakan antara fakta dan khayalan.
Kerajaan Blambangan memiliki wilayah yang luas dan subur.
Nama Blambangan sendiri berasal dari kata Balumbungan yang artinya lumbung.
Wilayah kerajaan ini meliputi Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso, Jember, hingga Lumajang.
Kekayaan sumber daya alam inilah yang membuat Kerajaan Blambangan menjadi incaran banyak pihak.
Tidak hanya Majapahit dan Mataram Islam, tetapi juga VOC yang ingin menguasai perdagangan di wilayah ini.