Surabaya Kota Pertama Indonesia yang Berpotensi Jadi Kota Layak Anak Kelas Dunia, Ini Fakta di Baliknya
Surabaya jadi kota pertama Indonesia yang berpotensi jadi Kota Layak Anak Kelas Dunia.
Hal ini tandai dengan terpilihnya Kota Pahlawan sebagai proyek pilot Program Child Friendly Cities Initiative (CFCI) yang digagas Unicef.
Surabaya Kota Pertama Indonesia yang Berpotensi Jadi Kota Layak Anak Kelas Dunia, Ini Fakta di Baliknya
Kota Surabaya adalah kota pertama di Indonesia yang berpotensi jadi Kota Layak Anak (KLA) kelas dunia. Hal ini ditandai dengan terpilihnya Kota Pahlawan sebagai proyek pilot Program Child Friendly Cities Initiative (CFCI) yang digagas Unicef, badan milik PBB yang berfokus pada isu anak.
(Foto: Freepik jcomp)
Apresiasi
Pemkot Surabaya bersama Unicef dan Bappenas RI melakukan Penandatanganan Rencana Kerja Tahunan (RKT) tentang Pemenuhan Konvensi Hak Anak untuk Program Child Friendly Cities Initiative (CFCI). Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI mengapresiasi seluruh elemen masyarakat di Kota Surabaya yang berkomitmen menjadikan Surabaya sebagai Kota Layak Anak Tingkat Dunia.
Perempuan dan AnakPemberdayaan
Pemkot Surabaya menggagas program Kampunge Arek Suroboyo Ramah Perempuan dan Anak (KAS-RPA) guna meningkatkan pemberdayaan warga di tingkat kelurahan dan kecamatan agar lebih responsif menangani masalah yang melibatkan perempuan dan anak.
(Foto: Freepik jcomp)
Kampung Percontohan
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mencontohkan kepedulian dan kesadaran warga terhadap penerapan KAS-RPA di Balai RW 05 Kelurahan Balongsari, Kecamatan Tandes, Surabaya.
"Di sana, edukasi dilakukan dengan menerapkan kesetaraan gender melalui berbagai informasi dan materi yang ditempel masyarakat di dinding Balai RW," ujar Wali Kota Eri.
Lima indikator pendukung penerapan KAS-RPA meliputi Kampung Aman, Kampung Belajar, Kampung Sehat, Kampung Asuh, serta Kampung Kreatif dan Produktif.
Harapan
Cak Eri, sapaan akrab Eri Cahyadi, berharap warga RW 05 Kelurahan Balongsari bisa memberikan edukasi kepada kampung-kampung lain di Kota Pahlawan.
"Saya berharap yang ada di kampung ini menjadi pionir, serta bisa ditularkan kepada kampung lainnya. Saya minta kepada DP3A-PPKB Surabaya dan seluruh jajaran pemkot agar Pak RW dan semua yang terlibat di sini menjadi mentor untuk kampung lain. Edukasi dari warga untuk warga," ungkapnya, mengutip dari ANTARA, Senin (20/11/2023).
Penuhi Hak Perempuan dan Anak
Sebagai implementasi Surabaya Kota Responsif Gender, seluruh masyarakat harus mengutamakan pemenuhan konvensi hak anak dan perempuan. Serta perlindungan pada anak dan perempuan.
(Foto: Freepik prostooleh)
Peran Berbagai Pihak
Kepala Dinas Pemberdayaan, Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-PPKB) Kota Surabaya, Ida Widayanti mengatakan, saat ini sudah ada 58 kampung yang menerapkan KAS-RPA. Penerapan KAS-RPA melibatkan Non-Governmental Organization (NGO), akademisi, dan pemerhati anak.
"Pemkot membudayakan keguyuban, kesadaran, serta kepedulian warga terhadap anak dan perempuan. Harapannya kampung-kampung di Surabaya terbiasa mengutamakan hak dan perlindungan pada anak dan perempuan," jelas Ida.