Tradisi Unik Warga Trenggalek Menghitung Jumlah Saudara Dipercaya Berikan Keselamatan dan Keberkahan Hidup Dunia Akhirat, Begini Caranya
Warga Trenggalek percaya menghitung jumlah saudara bisa memberi keselamatan dan keberkahan hidup dunia akhirat. Begini caranya.
Tradisi ini sudah dilakukan turun-temurun sejak zaman nenek moyang
Tradisi Unik Warga Trenggalek Menghitung Jumlah Saudara Dipercaya Berikan Keselamatan dan Keberkahan Hidup Dunia Akhirat, Begini Caranya
Bulan Suci
Bulan Suro merupakan bulan suci dalam kalender Jawa. Masyarakat Jawa meyakini bulan ini penuh keberkahan. Mereka menjalankan berbagai ritual dan tradisi untuk memperoleh keselamatan, kebahagiaan, dan melindungi diri dari kejadian yang tidak diinginkan.
-
Apa itu Tradisi Ngabungbang? Ngabungbang adalah ritual nyari sapeupeuting yang secara makna dalam bahasa Indonesia yaitu bergabung semalaman.
-
Apa tradisi leluhur yang masih dijalankan di Lebak Bitung? Warga di Kampung Lebak Bitung di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Sukabumi, masih menjaga adat dan tradisi para pendahulunya di masa lampau.
-
Kenapa Tradisi Ngabungbang dilakukan? Tujuannya tak dan lain dan tak bukan adalah bermunajat hanya kepada Allah SWT untuk memohon ampunan dan bertobat dari segala kesalahan yang telah diperbuat.
-
Kenapa warga Nganjuk membuat Gunungan Ketupat? Tradisi Gunungan Ketupat bertujuan untuk melestarikan tradisi Jawa Islam, yaitu tradisi sedekahan dan mencintai selawat dengan guyub rukun antar warga.
-
Siapa yang menjaga tradisi Batak? Desa ini adalah tempat di mana tradisi adat Batak masih dijaga dengan baik.
-
Apa yang unik dari tradisi Tabot di Bengkulu? Konon tradisi ini sudah ada sejak abad ke-14 melalui proses akulturasi.
Warga Trenggalek punya tradisi unik yang dilaksanakan setiap 1 Muharram atau 1 Suro, namanya Ngitung Batih. Tradisi menghitung jumlah saudara ini dipercaya mendatangkan keberkahan hidup di dunia dan akhirat.
(Foto: Pmekab Trenggalek)
Misalnya keluarga A berjumlah 7 orang, maka perlu dibuat takir plonthang sebanyak tujuh buah. Tujuannya untuk menyelamatkan batin dirisendiri agar jiwa dan raga tetap utuh, serta untuk memperoleh keselamatan, keberkahan, kebahagiaan dalam hidup di dunia dan di akhirat. Tradisi yang sudah dilakukan secara turun-temurun ini juga diyakini bisa melindungi diri dari kejadian yang tidak diinginkan
Mitos
Masyarakat Desa Dongko Kabupaten Trenggalek masih mempercayai mitologi Kanjeng Ratu Kidul sebagai penguasa laut selatan Jawa. Kepercayaan ini berkembang melalui kehadiran para penguasa kerajaan masa Mataram yang diyakini memiliki hubungan baik dengan Kanjeng Ratu Kidul.
Masyarakat meyakini dan menghormati keberadaan cerita legenda yang berkembang di kawasan Desa Dongko. Menurut cerita tutur yang diyakini masyarakat, bulan Suro digunakan Kanjeng Ratu Kidul untuk mengadakan pesta sendiri.
Mengutip dari artikel Tradisi Ngitung Batih Suranan di Desa Dongko Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek (Kajian Folklor) karya Nadila Ratnasari, ubarampe utama dalam Tradisi Ngitung Batih Suranana adalah takir plonthang yang dibuat berdasarkan jumlah keluarga dalam setiap rumah. Takir itu kemudian digantung di depan gerbang rumahnya setiap warga.
Tujuan diletakkan di depan rumah untuk persediaan makan pada saudara, terutama anak buah Kanjeng Ratu Kidul yang akan melewati kawasan Desa Dongko ini. Masyarakat Dongko juga percaya bahwa mengikuti tradisi Ngitung Batih bertujuan untuk menolak hal-hal yang dapat membawa bencana.
Tata Cara
Pelaksanaan tradisi Ngitung Batih dibagi dalam tiga tahapan, yakni tahap persiapan, pelaksanaan, serta tahap penutupan.
Tahap Persiapan
Tahapan ini terdiri dari beberapa kegiatan. Pertama, menyiapkan ubarampe. Kedua, keramas dan bebersih badan atau mandi besar menggunakan air sebagai penanda menyambut datangnya tahun baru bagi masyarakat Jawa.
Ketiga, mengundang saudara dan tetangga untuk kenduri. Biasanya kenduri ini dilakukan setelah zuhur atau setelah jam 12 siang, bisa juga dilakukan setelah magrib, tergantung kondisi dan kesiapan keluarga yang mempunyai hajat. Jumlah tetangga yang diundang terserah si empunya hajat.
Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan terdiri dari kegiatan Kenduri Ngitung Batih Suranan, memanjatkan doa, kemudian makan bersama.
Tahap Penutup
Tahap penutup terdiri dari uba rampe ambengan berupa takir plontang dan panjang ilangy ang telah didoakan digantung di pintu gerbang depan rumah yang mempunyai hajat. Takir plonthang yang diletakkan di sebelah kiri sebagai bentuk memohon keselamatan.
Sementara panjang ilang yang diletakkan disebelah kanan berisi cok bakal akan menjadi saksi wujud rasa hormat manusia kepada bumi dan alam semesta.