Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Hamdan, Busyro, dan Ramlan, kok dites lagi

Hamdan, Busyro, dan Ramlan, kok dites lagi Ketua MK Hamdan Zoelva. ©2014 merdeka.com/imam buhori

Merdeka.com - Sikap Ketua Mahkamah Konstitusi Hamdan Zoelva menyadarkan kita, betapa banyak yang berlebihan dan tak masuk akal dalam seleksi calon pejabat publik. Bayangkan, seorang hakim konstitusi, dengan reputasi baik dan banyak menerima apresiasi publik, harus menjalani tes lagi untuk menduduki posisi yang sama.

Bagi Hamdan hal ini dilematis. Sebagai hakim konstitusi, dia bersama delapan hakim yang lain sudah menghasilkan banyak putusan. Tetapi untuk kelanjutan masa jabatan, dia harus mengikuti tes calon hakim konstitusi lagi.

Jika mengikuti tes dan lolos, mungkin tidak ada persoalan. Tetapi jika tidak lolos, lalu bagaimana nilai putusannya selama ini? Publik pasti bertanya: lho ternyata selama ini putusan MK dibuat oleh hakim yang tidak kompeten dan tidak berintegriatas.

Orang lain juga bertanya?

Bagi Hamdan masalah bukan pada lolos atau tidak lolos, tetapi yang lebih penting adalah menjaga kredibilitas lembaga. Manakala putusan hakim dipertanyakan banyak orang, lantaran hakimnya dianggap rendah kualitasnya, maka runtuhlah kredibilitas lembaga. Apalagi posisi MK adalah “setengah dewa” dalam sistem ketatanegaraan.

Ketika Busyro Muqoddas mendaftarkan diri untuk menjadi calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi, banyak pihak berharap agar dia lolos tes dari tim seleksi, lalu diterima oleh DPR, dan kembali menduduki jabatan yang sama.

Pada tes seleksi, harapan itu kemungkinan besar terwujud. Reputasi Busyro sebagai pimpinan KPK selama ini bisa menjadi jaminan. Orang ini juga nyaris tidak pernah diterpa isu buruk. Lebih dari itu, tim seleksi yang mengetes Busyro saat ini hampir sama orangnya dengan yang mengetes Busyro empat tahun lalu. Kecil kemungkinan tim seleksi membuat standar ganda.

Jika Busyro tidak memiliki problem integritas (selama menjadi pimpinan KPK), maka uji kompetensi pasti terlewati. Itu sudah dibuktikan selama menjadi pimpinan KPK selama empat tahun. Akhirnya, Busyro dinyatakan lolos oleh tim seleksi. Kini namanya bersama satu calon lain sedang ditimbang-timbang oleh DPR.

Meskipun Komisi III DPR bertanya ini itu lagaknya paham urusan korupsi, namun sesungguhnya DPR hanya membuat keputusan politik: diterima atau ditolak, terlepas orang itu kompeten atau tidak, berintegritas atau tidak. Bagaimana pun, putusan politik lebih banyak atas pertimbangan untung atau rugi, suka atau benci. Itu hak penuh lembaga politik, yang suka atau tidak suka harus diterima, karena masyarakat sudah terlanjur memilihnya melalui pemilu.

Naas dialami oleh Prof Ramlan Surbaki, wakil ketua dan anggota KPU penyelenggara Pemilu 2004. Terlepas dari beberapa kasus korupsi yang menjerat ketua dan anggota KPU lainnya, penyelenggaraan Pemilu 2014 dinilai sukses. Pemilu legislatif yang memilih DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dikenal sebagai pemilu paling rumit di dunia; sedang pemilu presiden merupakan pengalaman pertama.

Karena itu, banyak kalangan mendorong Ramlan (yang terbebas dari tuduhan korupsi) untuk menjadi anggota KPU periode berikutnya. Di bersedia, dan bersiap menghadapi tes yang dilakukan tim seleksi, Prof Sarlito Wirawan dkk.

Tentu, tim seleksi bentukan Presiden SBY ini berbeda dengan tim seleksi bentukan Presiden Megawati, yang dulu merekrut Ramlan, dkk. Peraturannya juga beda. Yang paling menyolok tim seleksi bentukan Presiden SBY ini terdiri dari lima guru besar yang tidak memiliki latar belakang keilmuan politik dan pemilu.

Hasilnya memang tidak terbayangkan oleh siapun pun. Ramlan tidak lolos tes psikologi untuk menjadi anggota KPU. IQ, kepemimpinan, dan nasionalismenya dinilai tidak mencukupi. Hasil tes itu jelas menghina sekaligus merusak akal sehat masyarakat: bagaimana mungkin orang yang sukses menyelenggarakan pemilu, dinyatakan tidak lolos tes seleksi anggota KPU.

Dampaknya, Pemilu 2009 lebih buruk dari pemilu sebelumnya, jika tidak boleh disebut pemilu terburuk. Bagaimana bisa berjalan baik, kalau pemilu diurus oleh orang-orang yang tidak kompeten, yakni orang-orang yang tidak memiliki pengatahuan dan pengalaman mengurus pemilu. Inilah buah karya Prof Sarlito Wirawanwa dkk.

Belajar dari pengalaman kasus Hamdan Zoelva, Busyro Muqodas, dan Ramlan Surbakti, model seleksi calon pejabat publik harus ditata ulang.

Pertama, bagi orang-orang yang sedang menduduki jabatan, dan hendak melanjutkan jabatan yang sama, maka mereka tidak perlu mengikuti uji kompetensi dan integritas lagi. Sungguh, tidak masuk akal menguji orang yang sudah teruji menjalankan perannya. Lagi pula sebelumnya, mereka sudah menjalani uji kompetensi dan integritas, yang meterinya kurang lebih sama.

Apabila model seleksi berlebihan ini diterus-teruskan, kita akan kehilangan orang-orang terbaik di bidangnya. Dalam kasus Hamdan, hasratnya untuk menjaga kredibilitas lembaga, menjadi penghalang; sedang dalam kasus Ramlan, perangkat tes yang dibikin tim seleksi, menjadikan dia tersingkir.

Kedua, mereka yang berhasrat atau didorong untuk melanjutkan masa jabatan, cukup menghadapi keputusan politik dari lembaga yang berwenang: diangkat lagi atau tidak. Ini soal keputusan politik. Jadi serahkan sepenuhnya kepada DPR atau presiden.

Katakanlan ada oran yang mau melanjutkan itu terindikasi tidak kompeten dan tidak berintegritas saat menjalankan tugasnya, maka hal itu pasti akan jadi pertimbangan presiden dan DPR. Kita tidak perlu naif, menganggap presiden atau DPR terlalu bodoh untuk mengangat kembali orang-orang yang jelas bereputasi buruk. (mdk/war)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Ketua KPU Jawab Tudingan Kecurangan Debat Cawapres: Roy Suryo Tukang Fitnah
Ketua KPU Jawab Tudingan Kecurangan Debat Cawapres: Roy Suryo Tukang Fitnah

Hasyim menjelaskan, apa yang disampaikan Roy dalam akun sosial media X @KRMTRoySuryo1 sangat tidak mendasar.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Benny Tantang Calon Hakim di DPR: Berani Tangani Perkara Kasus Pemerasan Firli Bahuri?
VIDEO: Benny Tantang Calon Hakim di DPR: Berani Tangani Perkara Kasus Pemerasan Firli Bahuri?

Anggota Komisi III DPR Benny K Harman melakukan fit & proper test terhadap calon hakim agung, Kamis (23/11)

Baca Selengkapnya
Hasil Tes Kesehatan Tiga Paslon Pilkada Jakarta Selesai Pekan Depan
Hasil Tes Kesehatan Tiga Paslon Pilkada Jakarta Selesai Pekan Depan

Nantinya hasil tes akan diserahkan langsung oleh RSUD Tarakan untuk ketiga bakal paslon.

Baca Selengkapnya
Komisi III Setop Uji Kelayakan Calon Hakim Agung, Ternyata Ada Kesalahan
Komisi III Setop Uji Kelayakan Calon Hakim Agung, Ternyata Ada Kesalahan

Hal tersebut, kata Habiburokhman, tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung (UU MA).

Baca Selengkapnya
Tidak Ada Senyum, Ini Ekspresi Anies-Cak Imin saat MK Tolak Seluruh Gugatan Sengketa Pilpres 2024
Tidak Ada Senyum, Ini Ekspresi Anies-Cak Imin saat MK Tolak Seluruh Gugatan Sengketa Pilpres 2024

Tidak Ada Senyum, Ini Ekspresi Anies Saat Hakim MK Tolak Seluruh Gugatan Sengketa Pilpres 2024

Baca Selengkapnya
Masinton PDIP: Putusan MK Bagian Skenario Besar Politik Pelanggengan Kekuasaan
Masinton PDIP: Putusan MK Bagian Skenario Besar Politik Pelanggengan Kekuasaan

Politikus PDIP Masinton menilai putusan MK soal syarat calon presiden dan calon wakil presiden jauh dari batas nalar.

Baca Selengkapnya
Hamdan Zoelva Bicara Putusan MK Terkait Batas Usia Capres-Cawapres: Hukum Pincang Ketika Pejabat Abaikan Etik
Hamdan Zoelva Bicara Putusan MK Terkait Batas Usia Capres-Cawapres: Hukum Pincang Ketika Pejabat Abaikan Etik

Hal itu dikatakan Hamdan Zoelva saat acara 'Desak Anies' di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Selasa (19/12).

Baca Selengkapnya
Hasil Tes Kesehatan Tiga Paslon di Pilkada Jakarta Dinyatakan Sehat Jasmani dan Rohani
Hasil Tes Kesehatan Tiga Paslon di Pilkada Jakarta Dinyatakan Sehat Jasmani dan Rohani

Tiga bakal calon gubernur dan wakil gubernur di Pilkada Jakarta 2024 sudah menjalani tes kesehatan pada pekan kemarin di RSUD Tarakan.

Baca Selengkapnya
Hakim MK Potong Sesi Bicara Hotman Paris & Ketua KPU: Pertanyaan Bapak Apa?
Hakim MK Potong Sesi Bicara Hotman Paris & Ketua KPU: Pertanyaan Bapak Apa?

Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Suhartoyo menegur Anggota Tim Hukum Prabowo-Gibran Hotman Paris lantaran bertele-tele menyampaikan pendapat

Baca Selengkapnya
Kubu AMIN Protes Hotman Paris Bikin Tertawa Hakim MK: Pernyataan Ngeyel Itu Juga Enggak Pantas Hotmen
Kubu AMIN Protes Hotman Paris Bikin Tertawa Hakim MK: Pernyataan Ngeyel Itu Juga Enggak Pantas Hotmen

Hal ini terjadi dalam sidang perselisihan hasil pemilu 2024 di Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Rabu (3/4).

Baca Selengkapnya
Prabowo Dituding Kena Stoke 2 Kali, Ini Hasil Tes Kesehatan Capres-Cawapres 2024
Prabowo Dituding Kena Stoke 2 Kali, Ini Hasil Tes Kesehatan Capres-Cawapres 2024

Hasil pemeriksaan kesehatan pasangan calon (paslon) diserahkan Kepala RSPAD Gatot Soebroto Budi Sulistya kepada Ketua KPU RI Hasyim Asy'ari.

Baca Selengkapnya
Hakim MK Saldi Isra, Enny Nurbaningsih & Arief Hidayat Dissenting Opinion Putusan Sengketa Pilpres
Hakim MK Saldi Isra, Enny Nurbaningsih & Arief Hidayat Dissenting Opinion Putusan Sengketa Pilpres

Tiga hakim konstitusi menyampaikan pendapat berbeda atau dissenting opinion terhadap putusan sengketa Pilpres 2024 Anies-Cak Imin.

Baca Selengkapnya