Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kuliah tanam padi di universitas sawah baru

Kuliah tanam padi di universitas sawah baru Dahlan Iskan. ©2012 Merdeka.com/Idris Rusadi

Merdeka.com - “Lapor Pak, hari ini tadi panen pertama.”

“Lho, kok cepat?” Jawab saya.

“Kan sudah 102 hari,” jawab Dirut PT Sang Hyang Seri (Persero), Dr Upik Rosalina Wasrin.

“Kok saya tidak diundang?” Tanya saya lagi.

“Kan baru coba-coba. Tidak sampai lima hektar,” jawab Upik lagi.

“Biar pun hanya lima hektar kan bersejarah,” kata saya.

“Sebentar lagi kan panen yang lebih luas,” jawab alumnus IPB dan Universitas Paul Sabatier, Toulouse, Prancis itu.

“Hasilnya berapa ton per hektar?” Tanya saya lagi.

“5,25 ton, Pak,” jawabnya.

Begitulah. Sawah baru yang dibuka BUMN di Ketapang, Kalbar, sudah mulai panen. Sekarang pun tiap hari masih panen. Di sawah baru itu tiap hari memang dilakukan penanaman padi sehingga hampir tiap hari juga bisa panen.

Panen pertama ini adalah hasil penanaman yang dilakukan ramai-ramai oleh para direksi BUMN yang secara bersama-sama bertekad all-out membantu peningkatan produksi beras nasional.

Kini, di Ketapang, rata-rata setiap hari dilakukan penanaman padi 15 ha. Sampai minggu ini sudah lebih 500 ha sawah baru tercipta di sana. Sampai akhir Juni nanti sudah harus 1.000 ha. Begitulah terus-menerus dilakukan hingga akhirnya nanti akan mencapai 100.000 ha.

Banyak sekali suka-duka menciptakan sawah baru di Ketapang ini. Sejak awal berbagai kesulitan itu memang sudah dibayangkan. Bahkan Dirut PT SHS saat itu, Kaharuddin, menyatakan produksi pertama sawah baru itu nanti maksimal hanya 4 ton. Memang begitulah teorinya. Maka ketika hasil panen pertama itu mencapai 5,25 ton, sawah baru ini memberikan hope yang baik.

Panen pertama itu pun dilakukan lima hari lebih cepat dari seharusnya. Ada gelagat hama ulat grayak akan menyerang. Daripada dipanen ulat, General Manager PT SHS Ketapang, Kusmiyanto, memutuskan segera memanennya. “Waktu itu berminggu-minggu tidak ada hujan. Sawah mengering. Sungai di dekat situ lagi surut. Maka muncullah ulat grayak,” ujar Kusmiyanto.

Munculnya hama ulat grayak memang sudah diperkirakan. Lahan yang selama ini dibiarkan tidak ditanami pasti dihuni berbagai renik beserta telurnya. Ketika dibuat sawah, pada dasarnya telur-telur itu masih ada di situ. Hanya saja tidak bisa menetas karena tergenang air.

“Begitu berhari-hari tidak ada air, menetaslah,” ujar Kusmiyanto yang alumni Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang itu.

Pengalaman baru yang terbesar dari “universitas sawah baru” ini adalah dalam menata air. Bulan pertama pembukaan sawah baru seperti tidak ada persoalan. Pembukaan lahannya, pengolahan tanahnya, penanamannya, lancar-lancar saja. Maklum waktu itu musim hujan.

Begitu tidak ada lagi hujan, ketahuanlah berbagai macam kekurangannya. Tata air untuk perencanaan 500 ha tentu beda dengan untuk perencanaan ribuan hektar. Di sinilah diskusi, solusi, dan action terus dilakukan.

Dari pengalaman bulan pertama dan kedua itulah penyempurnaan dilakukan. Hasilnya terlihat dari kian cepatnya pertambahan pencetakan sawah baru. Bulan pertama, satu hari rata-rata hanya bisa mencetak 7 ha sawah baru. Sekarang pencetakan dengan alat-alat modern itu sudah bisa 15 ha per hari. Tiga bulan lagi direncanakan bisa 50 ha per hari.

Kian lama kian banyak pelajaran yang bisa diambil. Saya sudah minta kepada Kusmiyanto untuk mendokumentasikan semua persoalan yang muncul, jalannya diskusi, dan penyelesaian masalah yang diambil. Semua itu akan menjadi dokumen penting untuk program pencetakan sawah baru di masa depan.

Penerapan berbagai teknologi pun dicoba di Ketapang. Berbagai jenis benih ditanam, diamati, dan dilihat perkembangannya. Demikian juga berbagai macam pupuk. Termasuk pupuk dan benih dari PT Batantekno (Persero) hasil kerjasama dengan Batan dan BPPT. Benih padi Si Genuk yang diiradiasi nuklir juga segera dicoba seluas 10 ha di Ketapang. Digabung dengan pupuk cair hasil kerjasama mereka.

Si Genuk sudah dicoba di lahan SHS di Sukamandi, Jawa Barat, dan siap panen minggu ini. Di sini nama benih ini bermutasi menjadi Si Denok. Lahannya bersebelahan dengan lahan dengan benih Ciherang. Secara kasat mata sudah terlihat beda.

Saya melihat perbedaan itu saat meninjaunya. Waktu itu padinya sudah mulai agak menguning. “Yang Si Denok terlihat menggarehal,” ujar seorang staf PT SHS yang hanya bisa menggambarkannya dalam istilah Sunda.

Sawah baru di Ketapang itu direncanakan ditanami padi dua kali setahun. Setelah panen pertama itu, sawah tersebut akan ditanami padi lagi, tapi jenis gogo. Ini untuk mengantisipasi kesulitan air di musim kemarau. Toh hasilnya juga tidak banyak berbeda. Setelah gogo barulah akan ditanami jagung.

Sebenarnya saya minta ditanami kedelai, sekalian untuk ikut mengatasi kekurangan kedelai, tapi tidak ada yang cukup pede melakukannya. Saya mengalah. Saya tahu kedelai memang jenis tanaman untuk iklim subtropik. Perlu penyiapan khusus untuk ditanam di Ketapang.

Fokus pemikiran tim Ketapang saat ini masih bagaimana mencetak sawah baru yang sekalian harus bisa memecahkan segala hambatannya.

Sawah baru ini, kalau berhasil, akan memaksa PT SHS untuk berubah total. Sudah bertahun-tahun BUMN ini tidak memiliki landasan bisnis yang kuat. Bisnis utamanya menyediakan benih, tetapi kemampuan menyediakan benih sendiri tidak sampai 5 persen dari kebutuhan benih nasional.

Akibatnya SHS harus bekerjasama dengan begitu banyak penangkar benih. Dengan segala permainannya. SHS tidak memiliki margin yang cukup untuk bisa mengembangkan dirinya menjadi tulang punggung penyedia benih unggul nasional. Bahkan SHS terlibat pola gali-lubang-tutup lubang yang lama-lama lebih dalam lubangnya dari tutupnya.

Kini begitu banyak BUMN yang mendukung SHS menyukseskan pencetakan sawah baru itu. Bukan saja untuk kecukupan pangan nasional, tapi juga untuk masa depan SHS sendiri yang harus kokoh.

PT Pertani (Persero), BUMN bidang pertanian lainnya, juga tidak lebih kuat dari SHS. Landasan bisnisnya juga rapuh. Agamanya juga sama: gali-lubang-tutup-lubang. Tumpang tindih pula.

Tahun ini PT Pertani baru mulai memiliki dasar bisnis yang nyata: spesialis di bidang pasca panen. Tidak akan tumpang-tindih dengan PT SHS dan Perum Bulog. Bahkan ketiganya akan bisa bersinergi untuk secara tuntas membantu persoalan petani di segala lini.

Di hulu, BUMN membantu produksi beras melalui program “yarnen”, bayar kalau sudah panen. Petani yang tidak memiliki kemampuan mengadakan benih unggul dan pupuk, dibantu BUMN. Agar hasil panennya lebih besar. Bantuan itu dikembalikan saat panen. Tahun ini program yarnen, bagian dari Gerakan Peningkatan Produksi Pertanian Berbasis Korporasi (GP3K) BUMN, harus mencapai 2,6 juta hektar.

Di hilir, ada Bulog yang menampung seberapa besar pun hasil panen. Tahun lalu Bulog sudah membuktikan diri mampu mencapai prestasi terbaiknya. Tahun ini, Dirut Bulog Soetarto Alimuso bertekad untuk lebih baik lagi.

Hulu-hilirnya sudah mulai bergerak. Tapi tengah-tengahnya masih bolong. Penanganan gabahnnya masih belum mendapat perhatian. Bagaimana petani harus merontokkan gabah, mengeringkan dan menggilingnya, masih belum ada BUMN yang menerjuninya.

PT Pertanilah yang akan menjadi spesialis di tengah-tengah ini. Caranya: mengadakan mesin-mesin pengering gabah. Syaratnya: mesin itu tidak boleh menggunakan bahan bakar minyak. Tahun ini PT Pertani membangun 100 pabrik pengering dengan bahan bakar sekam padi.

Selama ini memang sudah banyak mesin pengering gabah di Bulog, tapi semuanya menggunakan solar. Mahalnya bukan main. Akhirnya tragis: nganggur semua!

*Oleh Dahlan Iskan

Menteri BUMN (mdk/rin)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Harga Beras Terus Melonjak, Food Estate di Kalimantan Tengah Baru Panen Raya Bulan Maret
Harga Beras Terus Melonjak, Food Estate di Kalimantan Tengah Baru Panen Raya Bulan Maret

Panen padi di food estate Kalimantan Tengah baru 20 persen dari luas lahan 7.164 hektare.

Baca Selengkapnya
Warga Kampung Kaliki Merauke Bersyukur Harapan Miliki Sawah Sendiri Diwujudkan Pemerintah
Warga Kampung Kaliki Merauke Bersyukur Harapan Miliki Sawah Sendiri Diwujudkan Pemerintah

Keinginan sejak lama warga Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Papua Selatan untuk memiliki lahan pertanian padi akhirnya terpenuhi.

Baca Selengkapnya
BPDPKS Kementan Targetkan 4.000 Penerima Beasiswa di Tahun 2025 Ciptakan SDM Berkompeten
BPDPKS Kementan Targetkan 4.000 Penerima Beasiswa di Tahun 2025 Ciptakan SDM Berkompeten

Staf Divisi Penyaluran Dana BPDPKS, Rangga Rahmananda menyatakan program beasiswa ini telah dilaksanakan sejak 2016.

Baca Selengkapnya
Percepatan Produksi Beras Nasional, Mentan Amran Serukan 'Tanam Culik' dari Tuban
Percepatan Produksi Beras Nasional, Mentan Amran Serukan 'Tanam Culik' dari Tuban

Gerakan panen dilakukan di lahan 77 hektare dengan hasil produksi rata-rata 7,5 sampai 8 ton/hektare.

Baca Selengkapnya
Punya Laboratorium Kultur Jaringan, Kaltim Kembangkan Varietas Unggul
Punya Laboratorium Kultur Jaringan, Kaltim Kembangkan Varietas Unggul

Optimisme dalam kemajuan sektor pertanian semakin diperkuat dengan kehadiran Laboratorium Kultur Jaringan yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Kaltim

Baca Selengkapnya
Setiap Hari Panen, Kabupaten Tanah Laut Siap Penuhi Beras Nasional
Setiap Hari Panen, Kabupaten Tanah Laut Siap Penuhi Beras Nasional

Para petani di Kabupaten Tanah Laut menggelar panen raya padi hasil produksi tahun 2023.

Baca Selengkapnya
Bahlil: Semua Kalimantan Menjadi Penyangga IKN
Bahlil: Semua Kalimantan Menjadi Penyangga IKN

IKN akan memberikan dampak ekonomi bagi Kalimantan, terutama Kalimantan Utara dan Kalimantan Selatan.

Baca Selengkapnya
KLHK Serah Terima Hasil Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai Seluas 27 Hektar di Bangka Tengah
KLHK Serah Terima Hasil Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai Seluas 27 Hektar di Bangka Tengah

Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Baturusa KLHK, Muchtar Effendi menjelaskan, ada kewajiban bagi perusahaan untuk melakukan penghijauan.

Baca Selengkapnya
Jokowi Sebut Persemaian Mentawir Sudah Rampung, Siap Hijaukan Kawasan IKN
Jokowi Sebut Persemaian Mentawir Sudah Rampung, Siap Hijaukan Kawasan IKN

Persemaian Mentawir siap menghijaukan ibu kota nusantara.

Baca Selengkapnya
Lewat Cara Ini, Kementan Genjot Indeks Pertanaman Sawah di Lahan Rawa
Lewat Cara Ini, Kementan Genjot Indeks Pertanaman Sawah di Lahan Rawa

Mentan optimis program ini bisa memacu aktivitas tanam di musim kedua tahun ini

Baca Selengkapnya
Dukung Ketahanan Pangan, Nelayan Ini 'Sulap' Pekarangan Jadi Lahan Bercocok Bertanam
Dukung Ketahanan Pangan, Nelayan Ini 'Sulap' Pekarangan Jadi Lahan Bercocok Bertanam

Sebelum menjalankan program ini tentu dilakukan pemetaan lapangan, sehingga program yang dijalankan benar-benar tepat sasaran.

Baca Selengkapnya
Berseragam Lengkap, Jenderal Bintang Satu Panen Bawang Merah
Berseragam Lengkap, Jenderal Bintang Satu Panen Bawang Merah

Ini membuktikan bahwa komoditas bawang merah dapat tumbuh dengan baik di wilayah Kabupaten Bekasi.

Baca Selengkapnya