Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Manipulasi konvensi berujung frustrasi

Manipulasi konvensi berujung frustrasi Konvensi Partai Demokrat. ©2013 Merdeka.com/M. Luthfi Rahman

Merdeka.com - Setelah hasil pemilu legislatif diketahui melalui quick count, beberapa petinggi Demokrat menyatakan bahwa Konvensi Partai Demokrat akan dihentikan. Tiga orang sudah bicara: Ketua Fraksi Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf, Ketua Harian DPP Partai Demokrat Syarief Hasan, dan Wakil Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Marzuki Alie. Kepastian penghentian konvensi tinggal menunggu pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat SBY.

Gagasan SBY menggelar konvensi mencari calon presiden Partai Demokrat memang patut dihargai. Ini sebuah terobosan politik di tengah kejumudan karena yang nekat mencalonkan diri jadi presiden, orangnya itu-itu saja: tua, track record buruk, kapasitas kepemimpinan diragukan, dan populer tapi elektabilitas rendah. Padahal kita butuh pemimpin baru yang segar, bersih, jujur, sederhana, antikorupsi, dan kapabel.

Konvensi Partai Demokrat diharapkan bisa mencari orang seperti itu. Namun di balik gagasan cerdas tersebut, banyak orang bertanya-tanya tentang motif sesungguhnya dari konvensi. Mereka menuduh, ini cara Demokrat menaikkan citra diri, setelah namanya terpuruk akibat korupsi. Konvensi diharapkan bisa menaikkan elektabilitas Demokrat yang terus meluncur dari partai pemenang pemilu menjadi partai medioker.

Orang lain juga bertanya?

Saya termasuk orang yang mengapresiasi gagasan SBY menggelar konvensi. Saya juga berharap konvensi ini akan menghasilkan anak muda enerjik bervisi yang dirindukan banyak orang. Sudah sewajarnya jika konvensi menjadi berkah buat Partai Demokrat, karena keberaniannya bersikap terbuka dalam mencari calon presiden. Keterbukaan adalah tuntutan banyak orang di tengah kelamnya politik persekongkolan.

Tetapi ketika gagasan konvensi itu mulai diimplementasi, saya mulai ragu atas kesungguhan SBY dalam menggelar konvensi. Saya sadar bahwa konvensi membutuhkan pengorganisasian besar dan administrasi yang rumit. Namun ketika masalah manajemen konvensi itu direduksi menjadi survei calon presiden, maka saya menyimpulkan: SBY melakukan manipulasi politik.

Konvensi itu pemilihan calon presiden oleh anggota partai. Tujuannya agar anggota partai memilih sendiri orang-orang yang diyakini mampu untuk bertarung menjadi presiden menghadapi calon dari partai lain. Oleh karena itu, seluruh anggota partai harus benar-benar mengetahui track record dan kemampuan calon presidennya. Konvensi menyangkut reputasi partai dalam memimpin negara, sehingga mereka yang lolos konvensi harus benar-benar orang hebat pilihan partai.

Mungkin Partai Demokrat, seperti halnya partai politik lain, tidak memiliki sistem administrasi keanggotaan yang baik, sehingga tidak bisa atau kesulitan untuk melibatkan orang-orang yang diklaimnya sebagai anggota partai, untuk ikut memilih calon presiden dalam konvensi. Oke bisa dipahami.

Tapi sesungguhnya Demokrat bisa melakukan pemilihan secara perwakilan. Maksudnya, pengurus partai politik tingkat kabupaten/kota dan provinsi diberi hak untuk memilih calon presiden. Jika masih dianggap kurang representatif, libatkan seluruh anggota DPRD kabupaten/kota dan DPRD provinsi dari Demokrat untuk ikut memilih. Mudah dan murah.

Namun rupanya SBY memilih jalan pintas: memilihan calon presiden Partai Demokrat melalui survei. Cilakanya, responden survei bukan berdasarkan anggota atau simpatisan Demokrat, melainkan seluruh penduduk. Jadi, yang memilih calon presiden Partai Demokrat bukan warga Partai Demokrat melainkan seluruh warga negara yang diambil berdasarkan sampel survei.

Tentu saja pemilihan calon presiden seperti itu bukan konvensi. Saya lebih suka menyebutnya survensi. Inilah manipulasi politik senyatanya.

Tentu tidak ada yang salah dengan manipulasi politik itu, karena memang tidak ada ketentuan hukum yang dilanggar. Namun langkah SBY itu, saya yakini tidak akan menghasilkan apa-apa, kecuali pemberitaan media. Konvensi hanya akan menarik orang-orang yang merasa dirinya pantas menjadi presiden, tetapi kepantasan itu semu, sebab hanya diukur dari survei.

Jika kemudian konvensi ala Demokrat tidak menghasilkan apa-apa, itu sudah bisa diprediksi. Yang patut disesalkan adalah keterlibatan beberapa akademisi yang paham dengan seluk beluk etika politik, tetapi berbangga diri terlibat acara manipulasi politik massal ini. Padahal kehormatan akademis tidak ternilai harganya. (mdk/tts)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Penampakan Pagar-Pagar DPR yang Jebol dan Rusak usai Demo Tolak RUU Pilkada
Penampakan Pagar-Pagar DPR yang Jebol dan Rusak usai Demo Tolak RUU Pilkada

Total sebanyak empat pagar DPR jebol oleh demonstran yang menolak pengesahan RUU Pilkada.

Baca Selengkapnya
Fakta-Fakta RUU PIlkada, Dibahas Sejak Agustus 2023 Mandek di Akhir Tahun hingga 'Ngebut' Usai Putusan MK
Fakta-Fakta RUU PIlkada, Dibahas Sejak Agustus 2023 Mandek di Akhir Tahun hingga 'Ngebut' Usai Putusan MK

Demikian pernyataan Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco. Politikus Partai Gerindra itu resmi membatalkan pembahasan RUU Pilkada usai desakan massa, Kamis (22/8) malam.

Baca Selengkapnya
PK Ditolak MA, Partai PRIMA Gagal jadi Peserta Pemilu 2024
PK Ditolak MA, Partai PRIMA Gagal jadi Peserta Pemilu 2024

MA mengungkapkan alasan menolak PK Partai PRIMA hingga gagal jadi peserta Pemilu

Baca Selengkapnya
MK Tolak Gugatan PPP di Serang, Permohonan Pemungutan Suara Ulang Dinilai Tak Relevan
MK Tolak Gugatan PPP di Serang, Permohonan Pemungutan Suara Ulang Dinilai Tak Relevan

Menurut MK, dalil Pemohon a quo tidak beralasan menurut hukum.

Baca Selengkapnya
VIDEO: PPP Keras Tahun Ini Tak Lolos Pileg: Penyelenggara Pemilu Penuh Kecurangan!
VIDEO: PPP Keras Tahun Ini Tak Lolos Pileg: Penyelenggara Pemilu Penuh Kecurangan!

Anggota Komisi II DPR fraksi PPP Syamsurizal menegaskan pemilu tahun ini penuh kecurangan yang terstruktur, sistematis dan masif.

Baca Selengkapnya
Deretan Aksi Nyeleneh Caleg Gagal Dapat Suara, Bakar Petasan hingga Bongkar Makam
Deretan Aksi Nyeleneh Caleg Gagal Dapat Suara, Bakar Petasan hingga Bongkar Makam

Beberapa Caleg yang diduga tak meraup suara banyak pun mengalami kekecewaan.

Baca Selengkapnya
PPP Gagal ke Senayan Setelah Semua Gugatan Ditolak MK
PPP Gagal ke Senayan Setelah Semua Gugatan Ditolak MK

Total ada 24 gugatan hasil pileg 2024 digugat PPP ke MK.

Baca Selengkapnya
KPU Minta MK Tolak Tudingan Suara Nasdem Berkurang Bikin Golkar Bertambah di Dapil Jabar 1
KPU Minta MK Tolak Tudingan Suara Nasdem Berkurang Bikin Golkar Bertambah di Dapil Jabar 1

Golkar menilai dalil permohonan Partai NasDem yang menyatakan suaranya berkurang sebanyak 494 suara pada 60 TPS adalah mengada-ada.

Baca Selengkapnya
Breaking News: Didemo Sampai Pagar Jebol, DPR Batal Sahkan RUU Pilkada dan Ikut Putusan MK
Breaking News: Didemo Sampai Pagar Jebol, DPR Batal Sahkan RUU Pilkada dan Ikut Putusan MK

akil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad menjamin Revisi Undang-undang Pilkada batal disahkan menjadi undang-undang.

Baca Selengkapnya
Terkendala Sistem KomandanTe, Sejumlah Caleg PDIP Terpilih Terancam Gagal Dilantik
Terkendala Sistem KomandanTe, Sejumlah Caleg PDIP Terpilih Terancam Gagal Dilantik

KomandanTe bagian dari strategi pemenangan elektoral terpimpin secara gotong royong yang bertumpu pada mesin partai untuk memenangkan PDIP di Jawa Tengah

Baca Selengkapnya
Gugatan Sengketa Pileg 2024 Ditolak MK, PPP: Kami Telah Berjuang Sehormat-hormatnya
Gugatan Sengketa Pileg 2024 Ditolak MK, PPP: Kami Telah Berjuang Sehormat-hormatnya

"PPP telah berjuang sebaik-baiknya dan sehormat-hormatnya," kata Sekjen PPP kata Arwani

Baca Selengkapnya
FOTO: Ekspresi Mardiono Kecewa Gugatan PPP Ditolak MK, Siap Tempuh Jalur Hukum dan Politik
FOTO: Ekspresi Mardiono Kecewa Gugatan PPP Ditolak MK, Siap Tempuh Jalur Hukum dan Politik

PPP menilai MK tidak melakukan pemeriksaan secara komprehensif sehingga keputusan diberikan tak mengakomodir keadilan rakyat memilih PPP.

Baca Selengkapnya