Membangun kota ke atas
Merdeka.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok membayangkan warga kaya tinggal di pinggiran kota, sedangkan warga berpenghasilan pas-pasan, tinggal di pusat kota. Orang kaya bisa menggunakan mobil pribadi menjangkau kota, sedang orang biasa bisa berhemat biaya transportasi untuk memenuhi kebutuhan lain.
Agar warga biasa bisa tinggal di pusat kota, maka pemerintah harus menyediakan rumah hunian di pusat kota. Apartemen, rumah susun huni, rumah susun sewa, atau apapun namanya, harus tersedia dan terjangkau. Itu artinya, kehidupan akan menumpuk di pusat kota. Karena tanah sempit, pembangunan harus ke atas.
Pertumbuhan kota-kota besar di banyak negara sejak 1970-an, memang cenderung ke atas. Banyak kota mengonsentrasikan pembangunan di pusat kota. Mereka bukan hanya membangun gedung perkantoran bertingkat di pusat kota, tetapi juga apartemen murah.
-
Bagaimana Jakarta meningkatkan kenyamanan warganya? Jakarta dibangun lebih kekinian. Kalau kata anak sekarang, 'Instagramable Banget' Halte Transjakarta tak sekadar tempat naik turun penumpang. Sambil nunggu bus, kini bisa berselfie ria.
-
Siapa pemilik rumah masa kecil Pak Jokowi? Rumah sederhana itu milik Wiroredjo dan Sani, yang tak lain merupakan kakek dan nenek Presiden Jokowi.
-
Bagaimana Pak Jokowi merawat rumah masa kecilnya? Sebenarnya bangunan itu hendak direnovasi, namun dari pihak Presiden Jokowi menginginkan agar bangunan itu tetap dijaga keasliannya. 'Biar jadi sejarah. Ternyata rumah seperti ini menjadi rumah orang nomor satu di Indonesia,' kata Pak Mulyono.
-
Bagaimana Jokowi bantu warga? 'Tadi sudah saya sampaikan yang meninggal segera akan diberikan santunan, kemudian yang rumahnya rusak untuk menenangkan beliau-beliau masyarakat akan segera bantuannya diberikan dan dimulai pembangunannya. Tetapi sekali lagi, dengan catatan lahan untuk relokasi sudah ditetapkan dari Pak Bupati,' jelas Jokowi usai meninjau lokasi banjir lahar dingin di Nagari Bukik Batabuah, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Selasa (21/5).
-
Di mana rumah masa kecil Pak Jokowi berada? Presiden Joko Widodo menghabiskan masa kecilnya di beberapa rumah yang ia tempati bersama keluarganya. Salah satunya rumah masa kecilnya yang berada di Dusun Gumukrejo, Desa Giriroto, Kecamatan Ngemplak, Boyolali.
-
Bagaimana Jokowi ingin tingkatkan kesejahteraan rakyat? 'Pak Joko Widodo menetapkan kebijakan akan menghentikan, menjual kekayaan kita dalam bentuk mentah dengan murah ke luar negeri,' ujar Prabowo.
Ini kontras dengan apa yang terjadi di Jakarta dalam 30 tahun terakhir. Pembangunan kota meluas, menuju pinggiran dan perbatasan, bahkan melampaui daerah lain. Sawah-sawah berubah jadi perumahan, sehingga ratusan miliar biaya pembangunan irigasi terbuang percuma.
Pemerintah berpikiran pendek: membangun perumahan di pinggiran kota lebih mudah, karena harga tanah murah. Pemerintah tidak mencegah pelahapan lahan-lahan pertanian oleh perusahaan properti, tetapi malah memfasilitasinya.
Rencana besar untuk membangun rumah susun di berbagai kawasan kota Jakarta pada 1980-an, tidak jadi kenyataan. Yang dibangun hanyalah rumah susun "percontohan" di Tanah Abang, Pejompongan, Tebet, dan Klender.
Dengan dalih bahwa rumah susun mahal dan tidak cocok dengan gaya hidup masyarakat, membuat pembangunan rumah susun berhenti. Perluasan Jakarta menjadi tidak terkendali, menyeberang di Bekasi, Depok, Bogor dan Tangerang.
Penduduk tinggal jauh dari pusat kota, tempat mereka bekerja setiap hari. Tentu saja penghasilan mereka habis untuk biaya transportasi. Apalagi pemerintah tidak menyediakan transportasi massal yang menghubungkan perumahan di pinggiran kota dengan pusat kota.
Karena kendaraan umum tidak nyaman, warga menggunakan kendaraan pribadi: mobil dan motor. Terjadilah kemacetan di mana-mana. Setiap hari waktunya habis di jalan. Mereka lelah dan stress, sehingga tidak produktif.
Di ranah keluarga, angka perselingkuhan dan perceraian meningkat karena warga tidak punya cukup waktu bersama keluarga. Sedang di ranah negara, angka subsidi BBM membengkak akibat dibuang sia-sia di jalan.
Kini, setelah kampung besar Jakarta menjadi semakin buruk, derita warga semakin tinggi dan kerugian negara semakin banyak, harapan ditumpukan kepada Jokowi dan Ahok untuk mengatasinya. Integritas, kesederhanaan, dan konsistensi menjadi modal penting untuk melawan iming-iming uang yang melenakan pejabat Jakarta.
Gagasan untuk membangun kampung susun di bantaran sungai menjadi pilihan utama, karena tidak mungkin menggusur warga. Pendekatan intensif yang dilakukan Jokowi ke warga, membuat jalan lempang membenahi hunian sekaligus lingkungan sungai.
Demikian juga rehabilitasi dan pembangungan rumah susun di pusat-pusat kota, terus dicarikan jalan keluarnya. Memang tidak mudah meyakinkan warga utuk merelakan tanah dan bangunannya untuk membangun rumah susun. Namun pendekatan dan kepercayaan kepada Jokowi dan Ahok, kesulitan itu akan mudah diatasi.
Masalahnya sekarang adalah tinggal menunggu komitmen DPRD DKI Jakarta dalam mengalokasikan anggaran. Juga kesungguhan birokrasi pemerintahan DKI Jakarta dalam mengelola dana pembangunan.
Jika semuanya lancar, inilah titik awal membangun kota Jakarta ke atas. Langkah pertama mengubah kampung Jakarta menjadi metropolitan.
*penulis adalah wartawan merdeka.com (mdk/tts)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup warga Jakarta sekaligus untuk menata kawasan perkotaan.
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil-Suswono (RIDO) bakal menjalankan Program Kampung Keren Jakarta, yaitu penataan kawasan kumuh agar sehat dan indah.
Baca SelengkapnyaUntuk menangani masalah kemacetan, RK akan memperbanyak rumah murah di tengah kota
Baca SelengkapnyaRK yakin warga Jakarta bisa lebih produktif dan hidupnya lebih sehat karena aktivitasnya tidak habis waktu di jalan dengan adanya perumahan vertikal itu.
Baca SelengkapnyaJakarta kian mempesona. Setiap tahunnya banyak proyek baru yang membuat Jakarta kian metropolitan meski nantinya tak lagi menjadi ibu kota.
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil ingin mengembangkan konsep transit oriented development (TOD) demi mengatasi masalah kebutuhan perumahan untuk masyarakat Jakarta.
Baca SelengkapnyaUrbanisasi besar-besaran di Jakarta dimulai pada tahun 1949, ketika Ibukota dipindahkan kembali ke Jakarta. Sebelumnya ibu kota berada di Yogyakarta.
Baca SelengkapnyaPembangunan ini akan diserahkan kepada UMKM, koperasi, hingga Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil menambahkan, salah satu yang kini akan dicarikan solusi adalah mengenai tempat tinggal warga Jakarta.
Baca SelengkapnyaSeharusnya kalau itu dibagi rata ke 40 Kota di Indonesia dalam waktu lima tahun bisa akan bisa menjadikan kota lain selevel Jakarta.
Baca SelengkapnyaCalon Gubernur Jakarta nomor urut 3 Pramono Anung kembali menyatakan bahwa kendala utama bagi warga memiliki rumah adalah mahalnya pembebasan lahan.
Baca SelengkapnyaKawasan aglomerasi itu termuat dalam Bab IX tentang kawasan regional.
Baca Selengkapnya