Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Membuat pangan tidak lagi senggol-senggolan

Membuat pangan tidak lagi senggol-senggolan Dahlan Iskan. ©2012 Merdeka.com/Idris Rusadi

Merdeka.com - Meski pengadaan beras tahun ini sudah mencapai 3,1 juta ton, Dirut Perum Bulog Sutarto Alimoeso masih terus keliling daerah.

Hari Minggu kemarin, misalnya, Sutarto masih “liburan” di sawah-sawah di sekitar Yogyakarta. “Tahun ini, target kami 3,6 juta ton,” katanya. Sebuah target yang ambisius yang membuat seluruh jajaran Bulog kerja keras tanpa weekend.

Bulog memang seperti sedang “balas dendam”: target satu tahun itu dibuat sama dengan hasil pengadaan beras selama dua tahun sebelumnya dijadikan satu. Bulog pun mengerahkan “pasukan semut” yang merayap ke desa-desa dan ke sawah-sawah di seluruh Indonesia.

Orang lain juga bertanya?

Seluruh jajaran pemerintah memang terlihat all-out tahun ini. Besarnya impor beras tahun lalu (dan tahun sebelumnya) memang cukup membuat kita malu. Menko Perekonomian Hatta Rajasa hampir tiap minggu mengadakan rapat pengadaan beras. Menteri Keuangan Agus Martowardojo tahun ini mencairkan uang muka pengadaan beras lebih cepat dari biasanya.

Dan Tuhan memberikan iklim yang luar biasa.

Tahun ini iklim sangat bagus bagi seluruh petani beras, tebu, dan tembakau. Hujan tahun ini sangat deras di awal tahun, berkurang di pertengahan, dan kering di musim kemarau. Panen padi melimpah di mana-mana. Panen tembakau mencapai puncak panen rayanya. Dan panen tebu menghasilkan rendemen yang luar biasa.

Di tengah krisis pangan dunia saat ini, iklim yang begitu bagus yang diberikan Tuhan tahun ini memang harus disyukuri dengan kerja keras. Apalagi kalau bulan depan Tuhan sudah memberikan hujan untuk Jawa. Saat ini hujan memang sudah sampai di Sumatera dan semoga, seperti diramalkan oleh ahli cuaca, bulan depan sudah tiba di Jawa.

“Kalau sampai akhir Oktober belum ada hujan, kita memang harus waspada. Pengadaan beras bisa-bisa tidak mencapai target,” kata Sutarto.

Itu karena petani sudah sangat pandai. Begitu pertengahan Oktober belum ada hujan, petani tidak akan jual gabah lagi. Gabah itu akan ditahan di rumah masing-masing untuk cadangan pangan. Ini karena petani tahu kalau hujannya mundur, musim tanamnya juga akan mundur, yang berarti musim panen berikutnya juga mundur. Mereka perlu cadangan pangan lebih banyak di rumah masing-masing.

Saat ini seluruh gudang Bulog penuh dengan beras. “Hari ini, beras kami yang ada di gudang mencapai 2,1 juta ton,” ujar Sutarto. Angka itu perlu dikemukakan karena belum pernah Bulog memiliki beras dari pengadaannya sendiri sebanyak itu. “Entah sudah berapa tahun kami belum pernah mencapai angka rata-rata setinggi ini,” katanya.

Kalau begitu, apakah tahun ini Indonesia sudah terbebas dari keharusan impor beras? Teoritis, beras memang sudah cukup. Impor tidak perlu lagi. Namun keputusan untuk tidak impor beras sebaiknya juga tidak perlu kesusu. Kalau pun Indonesia perlu impor beras, tujuannya bukan lagi untuk mencukupi kebutuhan, melainkan sekadar untuk “jaga-jaga”.

Jumlahnya pun tentu tidak akan besar. “Jaga-jaga” itu juga penting mengingat kecukupan beras tidak bisa disepelekan --misalnya sekadar karena untuk gagah-gagahan.

Semangat petani menanam padi memang menyala-nyala. Dengan harga beras sekarang ini, petani “lupa” menanam yang lain, misalnya kedelai. Sepanjang harga kedelai hanya sedikit di atas harga beras (apalagi sama dengan harga beras), tidak akan ada petani yang mau menanam kedelai.

Saat ini tanaman yang bisa bersaing dengan padi hanyalah tebu. Dengan perbaikan manajemen di seluruh pabrik gula BUMN, hasil gula yang diraih petani saat ini sangat memuaskan.

BUMN sendiri akan terus meningkatkan bantuannya untuk dua komoditi itu. Bahkan di musim tanam yang akan datang, program BUMN yang disebut Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K), dengan program yarnen alias bayar setelah panen, dinaikkan dua kali lipat. Dalam program yarnen ini, BUMN memberikan pinjaman bibit unggul dan pupuk yang semuanya tepat waktu.

Dengan demikian petani tidak asal membeli benih (misalnya cari benih yang murah yang disesuaikan dengan kemampuan keuangannya). Demikian juga petani tidak asal membeli pupuk, bahkan kadang tertipu pupuk palsu.

Mengingat hasil program yarnen tahun ini sangat menggembirakan, maka BUMN meningkatkan program yarnen hingga mencapai 3,2 juta hektar. Dengan program ini, sawah yang semula hanya menghasilkan 5,5 ton/ha bisa menghasilkan 7 ton/ha. Di atas kertas program ini akan menyumbangkan kenaikan produksi beras sebesar 1,5 juta ton setahun (dua kali panen).

Seluruh BUMN bidang pangan (PT Sang Hyang Seri, PT Pertani, PT Pupuk Indonesia, dan Perum Bulog) terjun secara “total-football”. Masing-masing mendapat jatah “yarnen” sekian ratus ribu hektar. Lengkap dengan kewajiban pembinaannya.

Manajemen di masing-masing perusahaan itu (termasuk anak-anak perusahaan mereka) memang sudah selesai ditata. Sudah siap terjun ke sawah lebih dalam. Konsep dream team tidak hanya berlaku untuk masing-masing perusahaan tapi juga untuk seluruh klaster BUMN bidang pangan.

Tidak boleh lagi di antara perusahaan itu yang, misalnya, senggol-senggolan. Apalagi sikut-sikutan. Semua harus menyatu untuk kesuksesan program pemerintah di bidang pangan.

Bentuk kekompakan itu juga harus bisa dilihat di lapangan. Mereka sudah memutuskan untuk melakukan rayonisasi. Tidak akan ada lagi istilah “rebutan” lahan. Kalau di satu kecamatan sudah ada PT Sang Hyang Seri, misalnya, tidak boleh lagi PT Pertani masuk ke kecamatan itu. Apalagi dengan program yang berbeda. Itu akan membuat petani bingung.

Maka minggu-minggu ini akan ada “serah-terima” wilayah. Siapa yang harus mundur dari kecamatan tertentu dan siapa yang harus maju di kecamatan tersebut. Satu perusahaan punya tanggungjawab wilayah yang jelas.

Pemetaan sudah selesai. Terkomputerisasi. Bagi yang ingin tahu kecamatan apa di bawah binaan perusahaan yang mana bisa dilihat di data-base BUMN bidang pangan. Lengkap dengan data kios-kios pertaniannya.

Perkiosan ini juga ditata ulang. Tidak berjalan sendiri-sendiri dengan modelnya sendiri-sendiri. Kios milik PT Sang Hyang Seri, misalnya, harus juga menjual produk PT Pertani, PT Pupuk Indonesia, dan Perum Bulog. Demikian juga sebaliknya.

Tidak boleh lagi petani dibuat mondar-mandir. Misalnya, untuk membeli bibit unggul harus mencari kios SHS. Lalu untuk membeli pembasmi hama harus lari ke kios PT Pertani. Dan untuk membeli pupuk harus mencari kios PT Pupuk Indonesia. Semua barang harus ada di semua kios. BUMN mana pun pemiliknya.

Karena penataan ini menyangkut seluruh infrastruktur di seluruh kabupaten di seluruh Indonesia, maka perlu juga dikontrol pelaksanaannya. Mana yang sudah sempurna dan mana yang masih belum berjalan. Seluruh direksi BUMN pangan sudah all-out mengusahakannya, tapi siapa tahu masih ada yang terlena.

Arifin Tasrif, Dirut PT Pupuk Indonesia yang menjadi “ketua kelas” kelompok ini juga sudah menyiapkan pasukan khusus: brigade hama. Di setiap kabupaten disiapkan satu brigade hama. Dilengkapi dengan sarana dan bahan-bahan yang diperlukan. Termasuk data jenis-jenis hama yang biasa muncul di suatu kawasan.

Brigade hama ini sudah terlatih. Nama-nama anggota brigade pun sudah ditentukan untuk setiap kabupaten lengkap dengan nomor hand-phone mereka. Mereka juga wajib tinggal di kabupaten itu dan aktif memonitor lapangan.

Pembagian yang jelas tidak hanya menyangkut wilayah binaan, tapi juga bidang usaha. Dirut Sang Hyang Seri yang baru, Kaharuddin, memilih mengkhususkan diri di bidang penyediaan benih unggul. Titik. Tidak akan main-main di pupuk. Untuk 3,2 juta hektar program yarnen tersebut, misalnya, semua benihnya dicukupi oleh SHS.

PT Pertani, konsentrasi di bidang pasca panen. Dirut PT Pertani yang baru, Eddy Budiono, tidak perlu lagi rebutan dan jegal-jegalan untuk memenangkan proyek benih, misalnya. Atau memenangkan proyek pupuk. PT Pertani akan konsentrasi pada penanganan gabah.

Gedungnya yang baru di daerah Pasar Minggu nanti pun akan diberi nama Graha Gabah.

Sedang PT Pupuk Indonesia akan sepenuhnya bertanggungjawab untuk penyediaan pupuk dan brigade hamanya.

Ditingkatkannya program yarnen secara drastis ini sekalian untuk mengkompensasi kemungkinan mundurnya program pencetakan sawah baru, akibat lahan yang dicadangkan di Kaltim ternyata tidak tersedia.

Program pangan ini memang besar, menantang, dan mulia. Manajemen yang diperlukan juga amat khas dan njelimet. Tapi pengalaman menarik dalam menangani yarnen tahun ini, telah menimbulkan optimisme yang besar untuk mampu melipatduakannya tahun depan.

Melihat senangnya para petani yang terlibat di program ini, menimbulkan gairah untuk terus dan terus meningkatkannya.

Deputi Menteri BUMN bidang ini, M Zamkhani, juga masih sangat muda dan enerjik untuk mengkoordinasikan semua itu. Musim tanam yang akan datang, insya-Allah dua bulan lagi, adalah kick-off yang sebenarnya.

*Oleh Dahlan Iskan

Menteri BUMN (mdk/rin)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Wujudkan Mimpi Prabowo: Mentan Yakin Bisa Swasembada Pangan, Begini Terobosannya
Wujudkan Mimpi Prabowo: Mentan Yakin Bisa Swasembada Pangan, Begini Terobosannya

Prabowo yakin Indonesia bisa swasembada pangan dalam waktu lima tahun.

Baca Selengkapnya
Erick Thohir Mau Gabungkan Ekosistem Pupuk dan Pangan, Begini Respons Dirut Bulog
Erick Thohir Mau Gabungkan Ekosistem Pupuk dan Pangan, Begini Respons Dirut Bulog

Erick Thohir ingin membentuk holding sektor pupuk dan pangan.

Baca Selengkapnya
Holding BUMN ID Food Bakal Jual Anak Usaha Pembuat Kondom Hingga Karung
Holding BUMN ID Food Bakal Jual Anak Usaha Pembuat Kondom Hingga Karung

Rencana divestasi empat anak perusahaan tersebut telah masuk dalam road map hingga 2025 mendatang.

Baca Selengkapnya
Plt Mentan Dorong Pembangunan Ekosistem Pangan Nasional
Plt Mentan Dorong Pembangunan Ekosistem Pangan Nasional

Ekosistem pangan nasional ini bukan hanya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional, tetapi didorong untuk memenuhi kebutuhan pangan Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya
Penempatan Bulog dan PT Pupuk Indonesia di Bawah Kementan Dinilai Untungkan Petani
Penempatan Bulog dan PT Pupuk Indonesia di Bawah Kementan Dinilai Untungkan Petani

Hal ini dilakukan untuk menciptakan ekosistem yang lebih terintegrasi dari hulu ke hilir.

Baca Selengkapnya
Wujudkan Keamanan Pangan, Begini yang Dilakukan Badan Pangan Nasional
Wujudkan Keamanan Pangan, Begini yang Dilakukan Badan Pangan Nasional

Kolaborasi penting untuk mencegah potensi ketidakamanan pangan

Baca Selengkapnya
Bapanas: Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat Mulai Panen, Mudah-mudahan April Harga Beras Mulai Normal
Bapanas: Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat Mulai Panen, Mudah-mudahan April Harga Beras Mulai Normal

"Mudah-mudahan di bulan April harga (beras) sudah mulai terkendali dan berjalan normal," kata Maino

Baca Selengkapnya
Erick Thohir: BUMN dan Badan Gizi Berkolaborasi Wujudkan Swasembada Pangan
Erick Thohir: BUMN dan Badan Gizi Berkolaborasi Wujudkan Swasembada Pangan

Erick menyebut salah satu poin utama yang dibahas adalah inisiatif pendirian Satuan Pelayanan Gizi (SP).

Baca Selengkapnya
Muncul Wacana Pupuk Indonesia dan Bulog Berada di Bawah Kementan Mulai Tahun Depan
Muncul Wacana Pupuk Indonesia dan Bulog Berada di Bawah Kementan Mulai Tahun Depan

Usulan tersebut rencananya bakal diajukan melalui Peraturan Presiden (Perpres) terkait pengelolaan pertanian yang akan dilakukan pada tahun depan.

Baca Selengkapnya
Bulog Gandeng Pelindo Tingkatkan Pelayanan Bongkar Muat Komoditas Pangan
Bulog Gandeng Pelindo Tingkatkan Pelayanan Bongkar Muat Komoditas Pangan

Perum Bulog menjalin kerjasama kemitraan strategis bersama Pelindo.

Baca Selengkapnya
Amran Sulaiman Siap Mundur dari Mentan Jika Gagal Berantas Mafia Impor
Amran Sulaiman Siap Mundur dari Mentan Jika Gagal Berantas Mafia Impor

Amran berharap dukungan Komisi IV DPR RI untuk mewujudkan program swasembada pangan melalui program cetak sawah.

Baca Selengkapnya
Atasi Lonjakan Harga Pangan, Pemerintah Daerah Gencarkan Gerakan Tanam
Atasi Lonjakan Harga Pangan, Pemerintah Daerah Gencarkan Gerakan Tanam

Gerakan tanam ini diharapkan bisa mengendalikan inflasi dan menjaga ketahanan pangan.

Baca Selengkapnya